Adanya sebuah keajaiban

2342 Kata
Pernikahan tidak hanya mempersatukan dua insan laki-laki dan perempuan saja, akan tetapi juga dengan kedua keluarga. Maka jelaslah, restu dan juga ridho dari kedua orang tua adalah sesuatu yang harus dipatuhi dan diperhatikan. Kekhawatiran yang selalu menyelimuti seseorang, sesungguhnya dapat mengundang malapetaka. Namun rasa takut itu tidak bisa ditepis dengan begitu saja, jika sudah menyerang dalam benak diri. ????? Panas dingin dalam sekujur tubuh Mia membuatnya merasa benar-benar tidak tenang. Orang tuanya yang hingga sampai hari ini, tidak dapat dikabari sama sekali, membuatnya gelisah. Dia memang mempunyai orang tua tapi seakan-akan layaknya tidak mempunyai. Hanya karena sebab pakaiannya yang telah berubah menjadi gelap dan serba panjang, membuat dirinya tidak diakui lagi oleh sang Ayah. Di hari yang sakral ini apakah mungkin orang tuanya akan datang menghadiri dan menjadi walinya? Tepat hari ini dalam beberapa hitungan jam lagi, Mia akan segera dipersunting oleh sosok yang baru ditemuinya dalam tiga minggu yang lalu, lewat cara taaruf mereka sepakat untuk memutuskan kejenjang yang lebih dalam lagi yaitu pernikahan. Entah Mia akan merasa bahagia atau tidak, setelah dia menjadi istri dari calon suaminya itu. Apakah mungkin pernikahan yang diidam-idamkan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan ataupun kebalikannya darinya? Dilihat dari pertemuan awalnya saja dengan sang calon suami, begitu tidak mengenakan. Belum lagi kabar dari orang tuanya yang belum ada kejelasan dari Pak Kyai Narudin. Tiga hari yang lalu, Mia mendapatkan informasi jika Pak Kyai akan menemui orang tuanya yang berada di Bandung. Tapi hingga saat ini, Mia sendiri belum mengetahui kabar baik dari beliau mengenai hasil pertemuannya dengan orang tuanya. Ibu Hafinah hanya berucap kepada Mia, bahwasannya dia harus tetap yakin dan percaya hanya kepada-Nya, karena jika sesuatu hal yang baik untuk dilakukan, maka halangan apapun itu akan dipermudah pada setiap jalannya. Sekiranya seperti itu yang diucapkan oleh Ibu Hafinah. Mia kini tengah berada di sebuah ruang rias, yang didampingi oleh Vio. Atas permintaan langsung dari Mia sendiri, Vio tidak diperbolehkan jauh-jauh darinya. Mia saat ini sedang dirias oleh penata busana terkenal, seorang perias kenalan dari Catrina, Mamah dari Fero sekaligus calon mertua Mia. Gaun putih panjang dan indah yang dihiasi dengan mutiara berwarna silver yang sangat dominan, memberi kesan elegan pada setiap motifnya. Gaun tersebut sangat terlihat mewah ketika dikenakan oleh Miandhita Permata. Tidak lupa juga jilbab panjang yang membalut kepalanya, dihiasi dengan motif yang senada, dan kain tipis polos berwarna putih yang digunakan untuk menutupi sebagian wajahnya, beserta sebuah mahkota kecil yang bertengger dikepalanya. Semua persiapan acara pernikahan itu sudah diatur dengan sedemikian rupa oleh kedua orang tua Fero. Semua konsep yang ditata dalam pernikahan itu atas rekomendasi langsung dari Catrina selaku Mamah dari Fero. Dari mulai dekorasi, hidangan, dan bahkan tamu undangan yang kebanyakan dari kalangan atas. Tak segan juga mereka mengundang awak media untuk meliput acara pernikahannya itu. Karena Fero sendiri saat ini sedang naik daun, sebab Fero telah memecahkan rekor menjadi pengusaha termuda selama 6 tahun berturut-berturut, jadi wajar jika setiap poin penting dalam hidup Fero akan selalu diburu oleh para wartawan. ????? Seorang wanita yang umurnya mungkin sudah memasuki 32 tahun. Sosok itu dengan sangat telaten merias wajah Mia. Dia sangat kagum atas setiap inci pada paras indah yang dimiliki oleh Mia. Ukiran pada wajah Mia hampir mendekati sempurna, kulitnya yang putih, bersih dan bercahaya, hidungnya yang mancung serta bulu mata yang lentik dan panjang. Bentuk garis rahangnya yang menjerumus seperti bentuk V, dengan bola matanya berwarna biru yang dapat memberi kesan teduh ketika menatapnya. “Baru pertama kalinya bagi saya, merias wajah secantik ini, tapi tidak mau memperlihatkannya kepada yang lain. Masya Allah banget kamu nak,” ucap perias itu. “bersyukur Fero bisa mendapatkanmu.” Wanita itu memakaikan mahkota kecil dikepala Mia. “Terimakasih mba, atas pujiannya. Tapi alangkah baiknya mba tak perlu melebih-lebihkannya.” “Saya tidak melebih-lebihkan, saya berucap hanya berdasarkan fakta. Sejauh ini saya belum pernah menemukan sosok yang seperti kamu ini, Mia. Kebanyakan dari mereka yang saya tanganin, biasanya mereka akan dengan antusiasnya ingin menunjukkan wajah cantiknya kepada khalayak orang. Seakan-akan dialah yang tercantik,” ucap wanita perias itu. Berlebihan memang. “Kecantikan saya hanya untuk suami saya nanti mba,” Mia tersenyum dibalik niqobnya. “Meskipun dulu saya pernah memberikannya kepada yang lain,” batin Mia. Selesai sudah perias itu merias diri Mia. “Alhamdulillah akhirnya selesai. Kalau begitu saya ijin pamit keluar ya, semoga kamu dan Fero bisa menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah,” ujar wanita itu. “Aamiin terimakasih Mba, atas doanya,” jawab Mia. Perias itu membereskan alat-alat make-upnya, setelahnya dia pamit pergi meninggalkan Mia dan Vio di ruangan tersebut. Keheningan menyelimuti keduanya yang masih berada di ruangan tersebut. Mia kembali menitikkan air matanya lagi, Vio mengusap lembut pundak Mia memberikan sedikit ketenangan dan kekuatan untuk Mia. Ingatan Mia terhadap orang tuanya kembali terlintas, bayangan itu terlihat sangat jelas dalam memorinya. Hari dimana Mia yang seharusnya bahagia, tapi ini kebalikan dari yang semestinya. Vio memutuskan untuk memeluk Mia, Vio sendiri tidak tau harus melakukan apa, kecuali hanya dengan berdoa. Vio berharap setelah Mia menikah nanti, semoga kebahagiaan akan selalu menghampiri kehidupan Mia yang selanjutnya. Sudah cukup kepahitan dalam hidup Mia yang dia rasakan dengan begitu rapuh. “Mia, sudahilah tangisanmu ini. Jangan sampai calon suami dan mertuamu mengetahuinya. Bisa jadi mereka berpikir yang tidak-tidak, takutnya nanti mereka berpikir bahwa kamu menikah hanya karena terpaksa,” ujar Vio. “Hikss ... Vi, saya tidak tau lagi hikss ... hikss ... apa nanti jadinya pernikahan saya, jika tanpa restu dari Ayah, apakah nanti saya akan jadi anak durhaka karena telah lancang menikah tanpa persetujuan dan restu darinya, hikss ....” “Tidak Mia, kamu tidak salah. Mata hati mereka hanya masih tertutup karena sebuah ketakutan yang belum tentu kejelasannya. Niat kamu untuk menikah sangatlah mulia Mia, bersabarlah dan percayalah akan ada sebuah keajaiban untuk orang-orang yang mampu bersabar,” terang Vio. “Mia sudah ya menangisnya, sudah cukup air mata yang kamu buang untuk menangisi yang telah usai. Lihatlah! Niqobmu jadi basah seperti ini, karena tangisanmu yang tidak bisa reda, apa kata calon mertuamu jika beliau mengetahuinya, berhentilah jangan kecewakan orang yang telah percaya padamu,” lanjut Vio dengan senyuman yang dibalik niqobnya. Mia mengusap air matanya dengan tisu yang dibantu oleh Vio. Mia kembali beristigfar dan melafadzkan bacaan yang sering dia lakukan untuk memuji Tuhan-nya. Pintu ruangan diketuk dan dibuka sendiri oleh orang tersebut. Dua sosok wanita yang sudah berumur dengan sangat anggun berjalan menghampiri Mia dan Vio yang tengah berdampingan di meja rias. “Assalamualaikum,” ucap keduanya. “Waalaikumussalam,” jawab Mia dan Vio bersamaan. Dua sosok wanita itu adalah Ibu Hafinah dan Catrina, keduanya mendekati Mia dan Vio dengan senyum bahagianya. “Masya Allah ... calon menantuku kamu begitu sangat cantik sayang,” ujar Catrina. Mia berusaha tersenyum dibalik niqobnya, “Terimakasih tante,” jawab Mia. “Hey, kenapa masih memanggilnya dengan sebutan tante, bukankah sudah dari awal saya katakan panggil saya dengan sebutan Mamah. Apalagi saat ini kamu akan jadi menantuku, maka secara otomatis kamu adalah anakku, Mia sayang,” jelas Catrina yang mendapatkan sedikit tawaan dari mereka. Ibu Hafinah berdoa, semoga Mia mendapatkan kebahagiaan baru di keluarganya yang baru. “Ehh ... iya tan — ehh ... maaf Mamah maksudnya,” ucap Mia terbata. “Uhmm ... kamu selain cantik, kamu juga lucu ya Mia. Mamah sangat menyayangimu Mia, Mamah tidak sabar ingin membawamu ke rumah Mamah. Tapi ... Fero bersikeras untuk membawamu langsung ke apartemennya. Dia tidak mau jika harus membawamu tinggal bersama dengan kami terlebih dahulu.” Catrina sedikit lesu mengingat permintaan dari sang anak yang ingin langsung membawa menantunya langsung ke apartemen miliknya. “Tapi tidak apa-apa, Mamah akan sering mengunjungi kalian disana,” lanjutnya. Sebagai istri yang baik maka Mia akan selalu mengikuti apa kata suaminya, karena ketika akad itu berjalan dan ucapan sakral itu dilontarkan maka saat itu juga surganya telah berpindah kepada suaminya dan bukan lagi pada Ibunya, tapi bukan berarti dia telah berhenti berbakti kepadanya Ibunya. Obrolan-obrolan kecil terus berlanjut melihat waktu akad nikah masih kurang dari satu jam lagi. Persiapan semuanya sudah selesai hanya tinggal menunggu waktu akad saja itu tiba. Suara ketukan pintu terdengar kembali berbunyi dari luar pintu ruang rias tersebut. Kini Vio sendiri yang berjalan untuk membukakan pintu itu, dan menyambut seorang wanita paruh baya yang belum pernah Vio lihat sebelumnya. Terlihat dari wajahnya, wanita itu mirip sekali dengan sosok perempuan yang saat kini tengah mengenakan gaun pengantin. Apakah mungkin sosok itu adalah Bunda dari Mia? “Assalamualaikum,” ucap wanita itu. “Waalaikumsalam,” jawab mereka serentak. Semua orang melihat dan menyambut kedatangan sosok wanita tersebut. Wanita itu tersenyum dengan sangat getir dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Mia membalikkan badan untuk dapat melihat siapa sosok yang telah datang untuk menemuinya itu, dan betapa kagetnya dia, setelah mengetahui ternyata itu adalah Ibundanya. Mia menumpahka air matanya kembali, dia tidak dapat berkata apa-apa lagi, dia bangkit dari tempatnya dan berlari ke arah wanita itu berdiri. “Bunda ....” Dengan terus menangis Mia memeluk Ibunda tercintanya, Chesytiani. Keduanya berbagi rasa, memeluk satu sama lain, merindukan kehangatan yang pernah hilang karena keegoisan yang dimiliki. Mereka berpisah sudah cukup lama. Mia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, selain hanya menangis, dia benar-benar sungguh sangat bahagia karena Ibundanya kini dapat hadir diacara berbahagianya ini, dan dia berharap semoga ini bukanlah sebuah mimpi. Chesyitiani melepas pelukan Mia dan menangkup wajah Mia serta membelainya, “Kamu terlihat sangat cantik sayang, hiks ....” dengan terus terisak Chesyitiani mencium berkali-kali Putri tercintanya. “Maafkan Bunda, maafkan Bunda yang terlalu banyak salah denganmu sayang hiksss ....” “Tidak Bunda, Bunda tidak salah. Mia yang harusnya minta maaf, maaf karena telah meninggalkan Bunda,” ujar Mia dengan kembali memeluk Ibundanya, Chesytiani. Sepasang Ibu dan anak terus berpelukan, saling berbagi kehangatan yang telah lama tidak mereka rasakan. “Bun, bagaimana dengan Ayah. Apakah bunda kesini bersama Ayah?” “Tentu sayang, sekarang Ayahmu sedang menjadi walimu didepan, Bunda tidak menyangka kamu sekarang sudah menjadi besar, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri. Bunda berharap ... semoga suamimu selalu menyayangimu sampai kapanpun itu.” Chesyitiani kembali mencium pipi Mia. Catrina berjalan mendekati keduanya dengan sebening air mata yang telah jatuh, Catrina ikut terharu menyaksikan keduanya. Catrina mengetahui kehidupan Mia dan keluarganya dari Hafinah, Hafinah menceritakan semua kehidupan tentang Mia kepadanya, agar Catrina dapat menerima Mia dengan apa adanya tanpa ada yang ditutupinya sama sekali. “Terimakasih mba, sudah mau datang,” ucap Catrina menepuk pelan pundak Chesyitiani. “Mah, ” ujar Mia. “Mamah udah pernah ketemu dengan bunda?” “Iya sayang,” Chesyitiani yang menjawab. “Catrina, saya sungguh-sungguh berterimakasih, karena kamu telah meyakinkan suami saya untuk menjadi wali dari Putrinya, dan saya bersyukur sekarang kita telah menjadi besan,” ungkap Chesyitiani. “Maksud Bunda?” Mia belum mengerti. “Sayang, ternyata Bundamu ini sahabat Mamah waktu SMA, Mamah dulu tinggal dan bersekolah di Bandung dan semenjak saat SMA kami telah bersahabat. Ini sebuah keajaiban dan takdir yang mempersatukan kita untuk bersama,” ungkap Catrina. “Iya Mia, setelah lulus SMA Catrina ini pindah keluar negeri dan saat itu kita tidak pernah berkomunikasi kembali, Ayah kamu juga kenal baik dengan Catrina. Dulu Bunda sempat menjaili Catrina dengan Ayahmu, dan sering juga menjodoh-jodohkan mereka berdua, tapi entah kenapa Ayahmu lebih menyukai Bunda, dan jadilah Ayah dengan Bundamu yang bersama,” jelas Chesyitiani. “Ya ampun Mba kamu masih ingat saja. beruntung waktu itu saya tidak ada rasa dengan Mas Wima, coba saja kalau ada, mungkin saya akan membencimu karena telah merebut Mas Wima dari saya hehee ....” ujar Catrina. Beberapa hari yang lalu Pak Kyai Narudin bersama dengan kedua orang orang tua Fero yaitu Wirawan dan Catrina, mengunjungi rumah orang tua Mia untuk meminta ijin menikahkan Mia dengan Fero. Wimanata, Ayah dari Mia menolak memberi restu untuk Mia, tapi mereka berusaha menjelaskan secara pelan-pelan dan menyakinkan bahwa Mia bukanlah dari sekelompok radikal seperti yang dikira oleh Wimanata, begitupun dengan calon suaminya Mia. Penjelasan demi penjelasan itu terus dilontarkan dengan sangat tenang tanpa paksaan, hingga akhirnya diterima oleh Wimanata karena dia sendiri percaya kepada Catrina selaku teman baik dirinya dan istrinya, Chesytiani. Sebuah rahasia baru kini telah terungkap, Mia bersyukur ternyata kedua orang tua dan mertuanya dulu pernah bersahabat dan itu sebuah anugerah keajaiban untuk dirinya. Apakah ini akhir dari sebuah penantian dari kesabarannya? Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 125 : “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan 5.000 Malaikat yang memakai tanda”. Orang-orang yang sabar dalam menjalani kehidupannya seringkali merasakan keajaiban langsung dari Allah SWT. Kita jangan pernah memandang enteng orang-orang sabar karena ia selalu berada dalam pengawasan Allah dan malaikat-malaikatnya. Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan mendapatkan pahalanya secara sempurna tanpa hitungan. Dapat diketahui bahwa pahala bagi orang yang bersabar ini sungguh luar biasa, besar pahalanya dan sungguh tidak terhitung banyaknya. ????? Dalam Mazhab Syafi’i yang banyak dianut di Indonesia, rukun nikah yang menjadi syarat sahnya pernikahan ada lima, yakni ijab kabul (shigat), mempelai pria, mempelai wanita, dua orang saksi, dan juga wali. Dari segi rukun diatas, memang restu orangtua tidak termasuk. Namun adanya wali yang seharusnya merupakan ayah atau saudara laki-laki kandung dengan jelas mengisyaratkan adanya keharusan keterlibatan keluarga kandung dalam pernikahan. Artinya, harus ada restu agar pernikahan bisa diberkahi. Apalagi, bila yang tidak memberikan restu adalah orangtua dari pihak perempuan, pernikahannya bisa dianggap tidak sah. Karena selagi masih punya ayah atau saudara laki-laki, perempuan tidak boleh memakai wali hakim untuk menikah. Jika orangtua pihak laki-laki yang tidak memberikan restu, memang tidak akan memengaruhi rukun sahnya pernikahan. Akan tetapi, rumah tangga yang tidak mendapat restu orangtua, hingga berkonflik pastinya tidak akan bahagia. Banyak orang yang berkonflik dengan orangtuanya karena masalah restu saat ingin menikah, hingga akhirnya memaksa kawin lari, dan putus hubungan dengan keluarga kandung. Hal ini tentunya akan menghantui seumur hidup dan membayangi pernikahan kalian. Kesimpulan dari ulasan di atas adalah, bahwa perempuan tidak bisa menikah tanpa restu dan persetujuan orangtuanya sebagai wali. Sedangkan laki-laki bisa menikahi perempuan yang diinginkannya walau tak mendapat restu orangtua, namun akan menjadi beban psikologis yang dibawa seumur hidup. Orangtua sebagai wali, juga harus memerhatikan kebahagiaan anak, jangan jadikan humor-humor negatif yang beredar dari calon pasangannya sebagai patokan kebahagiaan. Kenali calon mantu yang dibawa anak sebelum memutuskan dia layak atau tidak untuk menjadi pendamping hidup sang anak. Oleh sebab itu, sebisa mungkin bila restu belum ada, diusahakan dan perjuangkan hingga bisa mendapatkannya. Karena restu orangtua akan membuat pernikahan yang dijalani jauh lebih berkah dan tentu bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN