Ceburu Tak beralasan

1188 Kata
" Sekarang kita bicara masalah pekerjaan itu, jadi gak diserahin ke gua? Soalnya, gua lagi butuh banget dana untuk acara pernikahan gua dengan Disa," ucap Mirza. " Tentu saja jadi, karena gua yakin kalau lo yang megang, pasti hasilnya tidak akan megecewakan," jawab Firman. " Tapi, gua butuh dana sekarang, buat panjer semua kebutuhan untuk pesta nanti," ucap Mirza, " Itu sih soal gampang. Memangnya lo butuh dana berapa dulu?" tanya Firman sambil meraih cangkir berisi kopi fan menyesapnya. " gak banyak, cuma butuh tiga ratus juta dulu," jawab Mirza jujur. " Oh...Ya udah gua transfer nanti siangan. Soalnya gua mau ngajak Ilena makan siang, sekalian ngajak dia shopping. Soalnya Ilena sedang ngambek. Semalam gua gak jadi ketemuan," jawab Firman. " Man, kalau boleh, perbanyaklah waktu lo buat Anisa. Karena dia itu lebih penting dibuat bahagia dibanding Ilena, kalau memang lo gak bisa, ceraikan dia, biarkan Anisa bahagia dengan laki - laki yang bisa menghargainya," saran Mirza. " Gua juga mau gitu, tapi kalau gua pisah sama Anisa, maka semua milik Aisyah jadi milik dia, lagian gua penasaran denga napa yang lo katakana barusan," jelas Firman. “ Ya udah, gua pamit dulu. Ingat jangan lupa transfer, Assalammualaikum” ucap Mirza pamit. “ Waalaikum Salam,” jawab Firman. Tak lama Setelah Mirza pergi, ada pesan masuk ke handphonenya. Tentu saja pesan dari Ilena yang sedang ditunggunya dari tadi. [ Mas maaf tadi aku lagi mandi. Gimana jadi gak beliin aku mobil? ] pesan dari Ilena membuat Firman langsung berbunga. [ Jadi dong sayang, kamu tunggu ditempat biasa ] jawab Firman membalas pesan Ilena. [ ok ] Firman pun segera pergi tanpa bas abasi lagi. Menemui Ilena lebih penting baginya dibandingkan dengan apapun. Setelah selesai membelikan Ilena mobil, Firman pun langsung pulang tak lupa jemput Anisa dulu takut kena seprot Habibi kalau sampai tidak dijemput. “ Yuk pulang,” ajak Firman sesampainya di halaman parker kantor Anisa, dan ternyata Anisa sudah menunggunya. Anisa tidak berani membantah. Walau sebenarnya dia sudah pesan taksi online. Terpakasa harus dibatalkan. Anisa sebetulnya malas diantar jemput oleh Firman. Karena tidak ada ketenangan yang dirasakan Ketika bersamanya. “ Kenapa sih kamu gak beli mobil aja? Kan jadinya ngerepotin aku kalau kaya gini. Gara – gara kamu, ilena jadi marah sama aku,” ucap Firman kesal. Anisa tidak menjawab. Malas ngeladeni suami yang rese macam Firman yang lebih mementingkan selingkuhanya dibanding istrinya. Makanya Anisa memilih diam dari pada nanti ujung – ujungnya rebut gak jelas. “ Ditanya malah diam aja, dasar perempuan aneh,” Firman makin kesal, karena merasa diacuhkan oleh Anisa. “ Iya, besok aku beli,” jawab Anisa kesal, “ Dan mulai besok gak usah antar jemput aku lagi, urus aja selingkuhan mu itu,” sambungnya. “ Bagus kalau begitu. Aku bisa berlama – lama sama Ilena. Inget yak amu yang larang aku untuk antar jemput kamu, bukan aku tidak mau,” ucap Firman. Anisa diam. Senjata utama yang dimiliki saat ini adalah sabar. Anisa merasa hanya itulah satu – satunya jalan untuk bisa tetap bertahan sama suami temperamental macam Firman. Semua Anisa lakukan hanya untuk kebahagiaan kedua mertuannya. Entah sampai kapan Anisa bisa sabar menghadapi prilaku Firman yang belum berubah. Setiap kali bersamanya, Firman selalu menyebut nama Ilena didepan Anisa. Firman sama sekali tidak menghargai Anisa sebagai istrinya. Dia malah sengaja ingin membuat Anisa makin sakit hati, dengan membangga – bangain Ilena. “ Kamu begitu bangga dengan kecantikan Ilena, mas. Tunggu saja, akan aku buat kamu bertekuk lutut saat kamu tahu siapa aku. Aku akan ikuti permainanmu itu mas,” batin Anisa. Sesampainya dirumah, Anisa langsung masuk kamar. Diikutu oleh Firman yang ingin ganti pakaian, sementara Habibi dan Fatimah tengah pergi begitu juga Alina. Setelah tahu kedua orang tuanya tidak ada, Firman seperti terlepas dari penjara, Dia langsung menghubungi Ilena didepan Anisa. " Hai sayang, kok tumben bisa nelepon lagi dirumah? apa abah dan umi tidak marah?" jawab wanita diseberang sana dengan suara lembut dan manja. " Orang tuaku lagi ada acara pengajian. Makanya aku bebas bisa nelpon kamu, sayang," jawab Firman. " Memangnya istri kamu tidak marah? atau istri kamu juga ikut sama orang tua kamu?" tanya Ilena. " Dia ada nih lagi nguping. Dia itu gak penting. Yang lebih penting buat aku itu kamu," jawab Firman sambil ngelirik kearah Anisa yang lagi baca buku. Wajahnya cuek biasa saja. " Sayang, minggu depankan aku ulang tahun, Aku mau dirayain di hotel mewah. Sekalian kamu lamar aku, gimana?" ucap Ilena. " Iya apa sih yang engga buat kamu. Kamu kan cinta aku, sayang," jawab Firman semakin sengaja ingin membuat Anisa cemburu dan sakit hati. " Oh iya, terima kasih mobilnya ya sanyang, aku suka banget," ucap Ilena. " Kamu itu bidadariku, sudah pasti aku akan memberikan yang istimewa buat kamu," jawab Firman mencoba memancing Anisa agar makin cemburu. Semrntara Anisa masih tidak bereaksi, sekarang dia malah asik chatingan entah dengan siapa. " Udah dulu ya sayang, nanti sambung lagi," ucap Firman menutup panggilannya. Firman melirik kearah Anisa yang sedang asik chating. Seandainya dia tidak memakai cadar, mungkin terlihat sambil tersenyum membaca chat entah dari siapa. ' Berani sekali dia chatingan sama cowok didepanku,' ucap Firman dalam hati. Tanpa basa - basi, Firman pun merebut Handphone Anisa dari tangannya, hingga membuat Anisa kaget. " Apa - apaan sih kamu mas?" ucap Anisa sambil menatap suaminya. " Justru kamu yang apa - apaan. Beraninya kamu selingkuh di depan aku. Dasar perempuan rendah," bentak Firman sambil melotot kearah Anisa. " Memang kenapa? tidak boleh? aku gak marah saaf barusan kamu bermesraan sama simpananmu," jawab Anisa kesal. Perkataan Firmnan sudah sangat keterlaluan. Anisa sudah mulai hilang kesabaran. Baru beberapa hari menikah, Anisa sudah dihadapkan dengan kelakuan suaminya yang makin tidak masuk akal. " Aku ini laki - laki, bebas memiliki istri lebih dari satu juga. Sementara kamu, sama sekalu tidak menghargaiku sebagai suami," Firman semakin emosi mendengar perkataan Anisa barusan. Anisa berdiri dan menghampiri Firman. Kemudian mengambil Handphonenya. Anisa memperlihatkan chatingannya denga Raina sepupunya. " Baca, dari tadi aku chatingan dengan sepupuku Raina. Makanya jangan asal menuduh tanpa bukti," ucap Anisa sambil melangkah menuju lemari baju. Anisa mengeluarkan kopernya. Kemudian mulai mengemas seluruh pakaiannya kedalam koper. Aniaa sudah gak sanggup lagi berlama - lama tinggal bersama Firman. " Kamu mau ngapain?" tanya Firman kaget. Segera Firman mencekal tangan Anisa ysng sudah selesai mengemas pakaiannya, dan bersiap untuk pergi. " Aku mau pergi. Ngapain lagi aku disini. Kamu kan ingin aku pergi biar bisa bebas berhubungan dengan Ilena," jawab Anisa sambil memepis tangan Firman. " Tidak boleh, kamu tidak boleh pergi. Apa yang harus aku kataka sama abah dan umi," larang Firman sambil menarik tangan Anisa yang sudah melangkah menuju pintu kamar. Tarikan yang cukup kuat oleh Firman, membuat Anisa kembali berada dalam pelukan suaminya. bahkan kali ini, wajahnya begitu dekat dengan wajah suaminya. d**a mereka berdua pun merapat. Sehingga benda kembar milik Anisa pun menempel kedada Firman. ' Kenapa setiap kali aku menyentuhnya dadaku berdebar. Aku semakin ingin memeluknya lebih lama, agar aku bisa mencium wangi tubuhnya yang luar biasa,' batin Firman Ada daya tarik yang cukup kuat dirasakan oleh Firman dan Anisa. Mereka saling pandang dalam jarak hanya beberapa inchi saja, sampai hembusan nafas mereka bisa terasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN