Mobil Impianku

1198 Kata
Tarikan yang cukup kuat oleh Firman, membuat Anisa kembali berada dalam pelukan suaminya. bahkan kali ini, wajahnya begitu dekat dengan wajah suaminya. d**a mereka berdua pun merapat. Sehingga benda kembar milik Anisa pun menempel kedada Firman. ' Kenapa setiap kali aku menyentuhnya dadaku berdebar. Aku semakin ingin memeluknya lebih lama, agar aku bisa mencium wangi tubuhnya yang luar biasa,' batin Firman Ada daya tarik yang cukup kuat dirasakan oleh Firman dan Anisa. Mereka saling pandang dalam jarak hanya beberapa inchi saja, sampai hembusan nafas mereka bisa terasa. ' Masyaallah, semakin dekat wajah mas Firman semakin tampan. Aku sampai tidak bisa bernafas melihat ketampanannya. Andai saja kamu mencintaiku, sudah tentu aku akan mengambdikan diriku seumur hidupku,' bisik Aniaa dalam hatinya. Jantung Anisa kembali berdetak kencang. Dadanya berdebar saat pandangan pirman tertuju pada bola matanya yang indah. Anisa bisa melihat begitu jelas. Ketampanan Firman semakin jelas dijarak yang bigitu dekat. Anisa sadar, ia pun segera mendorong tubuh suaminya agar menjauh. " Mau kamu apa sebenarnya mas?" tanya Anisa sambil membenarkan cadarnya yang hampir lepas. " Aku tidak ingin kamu pergi dari sini," jawab Firman sambil mengambil koper milik Anisa. " Kenapa kamu tidak mengijinkan aku pergi? bukankah kamu tidak mencintaiku?" tanya Anisa. " Karena aku suamimu. Mencintai atau tidak, aku berhak melarangmu keluar rumah tanpa seijinku," jawab Firman. Anisa hanya bisa diam. Walau bentuk bagaimana pun juga, Firman masih suaminya. Dan dia tidak boleh melawan perintah seorang suami. Sementara Firman meletakan kembali pakaian Anisa dari dalam koper dan dimasukan kembali kedalam lemari. Anisa tidak bisa berbuat banyak. Apapun itu, Anisa harus tetap patuh pada perintah suaminya. " Sekarang kamu tidur. Besok.aku antar kamu kekantor," bujuk Firman. Entah kenapa, Firman merasa berat untuk ditinggalkan Anisa. Sepertinya dia sudah mulai agak nyaman dengan keberadaan Anisa. " Kamu tidak gerah tidur dengan memakai cadar," ucap Firman memancing agar Anisa membuka cadarnya. " Enggak, memangnya kenapa? kamu ingin aku melepas cadarku? kalau kamu mau, aku akan buka cadarku biar kamu bisa melihat wajahku," tanya Anisa sambil menatap suaminya yang duduk bersandar ke headboard tenpat tidurnya. " Siapa bilang aku ingin kamu melepas cadarmu, aku cuma nanya kamu gerah atau tidak tidur pakai cadar," elak Firman menepus tuduhan Anisa. Firman menyangkal keinginannya untuk melihat wajah Anisa. Padahal hatinya berhatap betul untuk segera tahu wajah istrinya itu. Tapi Gengsinya terlalu tinggi. Firman tidak mau kalau samapai Anisa mengetahui bahwa dia sudah mulai ada perasaan pada Anisa. “ Ya sudah kalau tidak mau, aku tidak akan pernah melepas cadarku selama kamu tidak memintanya, dan mencintaiku,” jawab Anisa sambil beringsut turun dari tempat tidurnya, berjalan menuju pintu kamar. “ Kamu mau kemana?” tanya Firman. “ Ngambil minum,” jawab Anisa tanpa menoleh kearah Firman. “ Tolong bikini kopi dong, aku mau memeriksa laporan keuangan bulan ini,” ucap Firman sambil mengikuti Anisa keluar untuk menuju ruang kerjanya. “ Iya,” jawab Anisa pendek. Selelasi membuatkan kopi untuk Firman, Anisa kembali kekamarnya. Anisan menuju kamar mandi, dan melepas cadarnya. Menatap cermin yang ada dihadapannya sehingga terlihat bayangan wajah cantiknya yang sedikit pucat serta matanya yang sembab. Ditempat ini Anisa selalu melepaskan semua kesedihannya akibat prilaku Firman yang selalu membuatnya menangis. Ada keingingan untuk pergi menjauh dari kehidupan Firman, namun Anisa sama sekali tidak berdaya. Hatinya sudah mulai merasakan kehadiran sosok seorang Firman. Cukup lama Anisa berada didalam kamar mandi, hingga akhirnya, pintu pun diketuk. Suara panggilan terdengar dan membuatnya sedikit lega, “ Kak, dipanggil abah sama umi,” panggil Alina. Rupanya mereka sudah pada pulang. “ Iya bentar,” sahut Anisa sambil kembali memakai cadarnya. Anisa keluar dari kamar mandi. Dan langsung menuju ruang keluarga untuk bergabung dengan Habibi dan Fatimah juga Alina. Sementara Firman masih mengerjakan tugasnya, memeriksa laporan bulanan perusahaan. “ Neng, ini umi beliin kamu bakso kesukaanmu,” ucap Fatimah sambil menyerahkan kantung plastic berisi dua bungkus bakso untuknya dan satu lagi untuk Firman. “ Terima kasih umi,” jawab Anisa sambil melangkah menuju dapur untuk mengambil mangkok. “ Suamimu sudah pulang?” tanya Habibi. “ Sudah abah, kami pulang bareng tadi. Mas Firman jemput Anisa dikantor, Sekarang mas Firman sedang memeriksa laporan keuangan perusahaan,” jawab Anisa. Setelah memindahkan Baksonya kemangkok, Anisa berjalan menuju ruang kerja Firman. Anisa kagum dengan sikap Firman yang begitu serius soal kerjaan. “ Mas, nih bakso biar seger,” ucap Anisa sambil meletakan mangkok bakso di meja ditambah sepiring nasi. Firman memang suka makan bakso dengan nasi. Sementara Firman masih sibuk memeriksa seluruh berkas laporannya dengan teliti. Anisa merasa kasihan. Dia tahu kalau suaminya belum makan. Anisa pun segera menyendokan nasi yang sudah dicampur kuah bakso, dan mengantarkannya kemulut Firman. Anehnya, Firman tidak menolak. Dia malah menikmati disuapin oleh Anisa, Sampai habis tidak tersisa. “ Minum dulu mas, aku mau beresin ini dulu kedapur,” ucap Anisa sambil membawa mangkok kosong dan piring bekas nasi. Firman menatap Anisa yang keluar dari ruang kerjanya. Ada perasaan nyaman saat Anisa menyuapinya. Hati kecilnya sudah mulai merasakan kalau dia sudah menyukai Anisa. Namun Egonya terlalu tinggi, hingga Firman masih terus menahan perasaannya. ‘ Aku tahu kalau aku sudah mulai menyukai kamu, tapi aku tidak mau harga diriku jatuh gara – gara kamu mengetahui kalau aku sudah memiliki perasaan itu. Dan juga, aku belum siap untuk kehilangan Ilena saat ini,’ ucap Firman dalam hatinya. Anisa sudah tertidur saat Firman masuk kekamar. Firman pun membaringkan tubuhnya disamping Anisa. Guling yang biasa di pakai sebagai batas pun di pindahkan ke atas, agar bisa memberikan kebebasan pada Anisa yang Ketika tidur selalu memeluk guling itu. Waktu sudah mulai subuh, Anisa terbangun dengan perasaan kaget yang tidak terkira, karena merasakan tangannya memeluk tubuh Firman yang tidur terlentang, “ Astaghfirullah, apa yang aku lakukan? Kemana gulingku?” Anisa terlihat seperti salah tingkah. Dia bingung sendiri. Kenapa tiba – tiba guling itu berubah menjadi tubuh suaminya. Jantungnya serasa mau copot, saat tangan Firman yang melingkar dibahunya secara perlahan menarik tubuhnya, hingga Anisa kembali masuk dalam dekapan suaminya. ‘ Ya ampun, kenapa dadaku berdebar lebih kencang? Dan nafasku semakin sesak,’ ucapnya dalam hati. Namun Anisa tidak mau kalau Firman melepaskan pelukannya. Ada rasa nyaman saat separuh badannya berada didada suaminya. Sayup – sayup terdengar Adzan subuh berkumandang. Anisa pun mencoba untuk melepas pelukan Firman. Namun bukannya terlepas, Firman malah mengeratkan pelukannya dan mendekapnya lebih dalam. ‘ Ada apa dengan mas Firman? kenapa dia tidak mau melepaskan pelukannya? Atau dia mengira kalau aku ini Ilena?’ Anisa membatin. Tangannya kembali mencba melepaskan pelukan Firman. Dan kali ini Firman pun melepaskan pelukannya. Anisa beringsut turun dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sekalian mengambil air wudhu. Anisa dikejutkan dengan kehadiran Firman yang berdiri didepan pintu kamar mandi. Wajah Anisa sedikit memerah seandainya tidak terhalang cadar. Anisa malu setelah apa yang berlaku barusan. Anisa pun segera pergi untuk menyiapkan perlengkapan Shalat buat suaminya. Dan seperti biasa, mereka pun melaksanakan Shalat subuh berjamaah. Anisa yang diantar oleh adik iparnya, hari ini berencana untuk membeli mobil yang akan dipakainya kekantor. Sebelumnya Anisa menolak untuk diantar oleh Firman. Anisa ingin membeli mobil jenis Lamborghini yang diidamkannya sejak dulu. Namun pada saat ulang tahunya, sang ayah malah menghadiahi sebuah mobil Bentley. Anisa pun melihat – lihat jenis mobil Lamborghini yang terpajang di showroom. Mata Anisa tertuju pada Lamborghini terbaru. Dan hanya ada satu saja terpajang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN