Anisa pun melihat – lihat jenis mobil Lamborghini yang terpajang di showroom. Mata Anisa tertuju pada Lamborghini terbaru. Dan hanya ada satu saja terpajang.
“ Rupanya ada yang merengek minta mobil sama suaminya, Rat,” ucap seorang Wanita cantik yang tiada lain adalah Ilena.
“ Kayanya gitu, masa kamu dibeliin mobil sementara istrinya tidak,” sahut Ratna.
Anisa hanya terdiam, malas untuk meladeninya. Anisa tahu kalau itu adalah Ilena. Karena mereka pernah berseteru di mall pada saat belum menikah dengan Firman. Sementara Alina melirik kearah Ilena.
“ Apa kamu liat – liat. Bilang sama temanmu itu. Gak usah mimpi untuk beli mobil disini, gak mungkin mas Firman mau beliin istrinya yang kaya mummy itu mobil sport,” ejek Ilena.
" Kamu ngomong apa?" Alina melangkah hendak menampar Ilena. Namun segera di tahan oleh Anisa.
" Udah Al, gak usah diladeni," larang Anisa.
" Kakak kenal sama dia?" tanya Alina.
" Aku ini kekasihnya mas Firman yang paling dicintai melebihi apapun. Buktinya aku dibeliin mobil baru. Gak kaya dia yang gak tahu malu. Jadi istri tapi gak dianggap masih aja bertahan. Dasar w************n bisanya numpang hidup," Kata - kata Ilena kali ini membuat Anisa terusik harga dirinya.
" Yuk Al. Kita bayar dulu mobil ini, setelah itu kita pergi. Dari pada kita ribut didisini, mas ini berapa harganya?" tanya Anisa.
" Heh...ini mobil mau gua beli," bentak Ratna.
" Kamu mana ads duit, udah Rat, tanya harganya terus bayar," Anisa menghentikan langkahnya.
" Jadi, siapa yang minat dengan mobil ini?" tanya sales marketing,
" Jelas aku lah, mana mungkin dia?" jawab Ratna sambil melirik kearah Anisa yang dari tadi mencoba untuk bersabar. Semantara Alina sudah gatel tangannya sejak tadi, namun masih ditahan oleh Anisa.
" Baik kalau gitu mba, silahkan dibayar. Harganya 22 M," jawab sales marketing membuat Ratna dan Ilena tersentak kaget.
" Kenapa? katanya mau beli mobil ini, jadi gak?" tanya sales maketing sedikit kesal dengan tingkah laku Ratna dan Ilena.
" Kayanya gak jadi mas, kalau gitu biar saya bayar tunai, ini kartu kredit saya silahkan digesek," jawab Anisa membuat Ratna dan Ilena semakim emosi karena merasa dipermalulan.
Senentara Alina tertawa mengejek. Sambil memandang jijik kearah Ilena dan Ratna. Namun secara tidak diduga, Ilena menghampiri Anisa dan melayangkan tangannya ingin menampar wajah Anisa.
" Dasar perempuan matre, berani sekali kamu morotin harta cowok aku," hanya tinggal beberapa centimeter lagi tangan Ilena sampai ke pipi Anisa, tiba - tiba tangannya tertahan oleh cengkraman Alina yang merupaka ahli beladiri.
Alina memelintir tangan Ilena hingga membuat Ilena meringis kesakitan. Dan secara tiba - tiba dan juga cepat, telapak tangan Alina mendarat di pipi ilena.
" Auw..."
" Kurang ajar berani sekali kamu nampar aku, awas aku bilang sama mas Firman, biar kakakmu itu ditalak," ancam Ilena yang tidak tahu kalau Alina itu adalah adik Firman.
" Denger baik - baik, jangan pernah sekali lagi mengganggu rumah tangga kakaku, atau aku akan buat kamu lebih dari ini, kalau kamu gak terima pergi sana bilang kalau yang napar kamu itu namanya Alina,...ingat Aku Alina," ucap Alina sambil nenunjuk wajahnya sendiri.
" Ada ya wanita yang bangga menjadi pelakor," celetuk seseorang.
" Itu namanya orang yang gak tahu diri," jawab temennya.
" Iya heran masa iri lihat istrinya dibeliin mobil sama suaminya. Hal yang wajar kalau suami membelikan mobil yamg lebih bagus sama istrinya,"
Mendengar cemooh orang, Ilena dan Ratna pergi dengan rasa malu. Hatinya dongkol dengan kejadian itu. Ilena berniat mengadukan kejadian itu pada Firman.
" Kak, kakak pulang sendiri gak apa - apa kan?" aku mau ke rumah temen dulu sebentar," ucap Alina.
Alina udah tahu tujuan Ilena dan Ratna, dia pasti pergi menemui Firman dikantornya.
" Ya udah kamu hati - hati, Al," jawab Anisa tidak menaruh curiga apa - apa kalau sebenarnya Alina akan melabrak Firman dan Ilena.
Sementara itu, Firman sedang santai setelah selesai menandatangani berkas laporan. Firman duduk sambil bersandar, pikirannya melayang merasakan pelukan Anisa tadi malam.
Entah kenapa, semakin hari semakin susah untuk menjauh dari Anisa. Walau pun saat ini masih belum bisa melihat wajah Anisa, tapi rasa nyaman bila bersama Anisa semakin terasa akrab dijiwanya.
' Kenapa aku semakin tidak bisa jauh dengan Anisa? padahal aku belim melihat wajahnya? tapi hatiku seperti tidak memperdulikan itu. Yang aku inginkan adalah bersama dengan Anisa setiap hari,' ucap Firman tidak sadar.
Firman memejamkan mata. Pikirannya melayang mencari Anisa.
' Anisa sedang apa ya? apa dia jadi beli mobil? apa aku hubungi saja biar aku tau keadaanya? tapi kalau aku menghubing, nanti dia kegeeran, dan menganggap aku sudah jatuh cinta,' Firman meracu dalam hatinya.
Lamunan Firman dibuyarkan oleh kedatangan Ilena yang menangis dengan pipi merah dan bengkak akibat tamparan Alina.
" Astaga, kamu kenapa sayang? siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Firman sambil mengelus pipi Ilena yang bengkak.
Ilena memeluk dan menenggelamkan wajahnya didada Firman sambil tidak henti menangis.
" Kamu tega mas, kamu bilang kamu tidak perduli dengan istrimu. Tapi kenyataanya, dia kamu beliin mobil seharga 22 M, sementara aku hanya mobil seharga 1,5 M, kamu keterlaluan," ucap Ilena sambil memukul - mukul d**a Firman.
" Gila apa aku beliin dia mobil seharga itu. Jangankan mobil, uang aja belum pernah aku kasih," jawab Firman.
" Tapi nyatanya. Barusan aku ketemu dia di showroom, dan membeli mobil itu seharga 22 M chas lagi. Uang dari mana coba kalau bukan dari kamu. Pokoknya, aku mau kamu ambil mobil itu buat aku," ucap Ilena.
" Kalau masalah dia beli mobil, itu duit dia sendirilah. Dia itu anak tunggal seorang pengusaha sudah pasti pewaris tunggal kekayaan ayahnya. Jadi kalau hanya beli mobil haraga segitu kecil buat Anisa," jelas Firman yang langsung membuat Ilena terkejut.
Ilena dan ratna baru tahu, kalau Anisa ternyata bukan wanita sembarangan.
" Tapi kamu harus balas perbuatannya padaku, lihat ini," ucap Ilena sambil menunjukan pipinya yang bengkak dan merah.
" Kamu yakin ini tamparan Anisa? kalau aku meragukan, soalnya Anisa tidak mungkin berani menyakiti orang lain," tanya Firman ragu.
" Kamu kenapa sih mas, ngebelain dia terus, jangan - jangan kamu sudah jatuh cinta ya sama dia? sampai - sampai kamu tidak percaya sama aku," tanya Ilena kesal.
" Bukan begitu sayang, cuma aku rasa Anisa tidak mungkin melakukan ini pada kamu.Aku tahu itu, jadi siapa sebenarnya yang menampar kamu? biar aku balas sepuluh kali lipat," jawab Firman.
" Aku," Satu suara membuat Firman langsung spot jantung. Bagaimana tidak, yang datang adalah Alina adiknya.
" Heh...kamu itu tidak sopan masuk kantor orang tidak permisi," bentak Ilena.
Sementara Firman wajahnya begitu pucat saat melihat Alina berdiri dan menatapnya.