Vincent tak meninggalkan kamar Alicia. Meski wanita itu sudah tertidur memunggunginya. Ia, tetap bertahan di kamar itu tanpa peduli akan seperti apa reaksi Alicia esok hari.
Memilih mengecek pekerjaannya, sebagai pengalihan dari hasrat yang tak tersalurkan. Vincent tersentak, saat ada panggilan masuk di ponsel Alicia.
Terlihat, nomor tak dikenal melakukan panggilan pada Alicia.
Vincent melirik jam di pojok layar laptopnya. "Di jam segini? Serius?" gumamnya heran. Vincent berpikir. Untuk apa seseorang menelpon istrinya itu di jam segini.
Lalu, sekelebat pikiran negatif menyerangnya. Kala ia mengingat, sang bunda yang saat ini pasti belum sampai di rumahnya. Mungkin saja, ada suatu hal yang buruk yang terjadi pada bundanya. Hingga, orang asing menghubungi istrinya itu. Gegas, ia mengangkat panggilan tersebut.
Belum sempat Vincent menyapa, suara di seberang sana sudah membuat Vincent terdiam.
"Selamat malam, Alicia." Vincent tetap terdiam. Penasaran ingin tahu, hal apa yang akan disampaikan sang pemanggil. "Maaf, ya. Aku menghubungi kamu malam-malam gini. Soalnya, aku udah kangen aja sama kamu." Dapat Vincent dengar, tawa kecil dari sana.
Dada Vincent bergemuruh, demi mendengarkan gombalan dari laki-laki di seberang sana.
"Beraninya, anda. Menghubungi istri orang di jam seperti ini." Suara Vincent terdengar sangat dingin. Hingga, tanpa Vincent sadari sambungan itu telah diputus secara sepihak oleh sang pemanggil.
"b******k!" umpat Vincent, saat ia menyadari bahwa panggilan itu sudah terputus.
Vincent menatap punggung Alicia yang terlelap di sebelahnya. Amarah terhadap Alicia, kini menguasai dirinya. "Beraninya Alicia, memberikan nomor ponselnya pada sembarang pria." Vincent berdecih, lalu tersenyum miring. "Tadi, saat aku mengatakan untuk jangan coba bermain api di belakangku. Dia tersinggung, hingga marah. Lalu sekarang, kenyataannya mlaah dia yang menyebar nomor ponselnya pada pria lain. Sungguh, munafik."
Vincent meletakkan ponsel Alicia kembali. Setelah sebelumnya memblokir nomor pria tadi. Juga, menghapus riwayat panggilan di sana. Biar saja, Alicia tak dapat berhubungan lagi dengan pria itu. Agar Alicia, tau rasa. Begitu pikir Vincent.
Berdiri dari duduknya. Vincent memilih pergi meninggalkan kamar itu. Dari pada ia terus berada di sana, dan melihat Alicia yang memuakkan.
Suara pintu yang dibanting dengan keras, membuat Alicia terbangun dari tidurnya. Jantungnya pun, berdetak begitu kencang akibat rasa kaget yang luar biasa. Melihat ketidakberadaan Vincent di kamarnya, membuat Alicia tau jika yang keluar barusan adalah Vincent. Memilih abai. Alicia kembali melanjutkan tidurnya.
***
Pagi ini, terjadi perang dingin antara kedua suami istri itu. Alicia yang bertahan dengan marahnya, akibat ucapan Vincent semalam. Juga, Vincent yang marah akibat penelepon pria semalam. Meski Alicia tak mengetahui hal tersebut.
Keduanya kompak, tak ada yang mengeluarkan satu patah kata pun. Mereka, tetap makan dalam hening. Hingga piring mereka menjadi kosong. Mereka tetap abai satu sama lain.
Vincent beranjak pergi. Tanpa menoleh sedikit pun ke Alicia.
Alicia membanting sendok keras, saat Vincent sudah menghilang di balik pintu. Hingga menimbulkan bunyi yang nyaring di ruangan yang sunyi tersebut. Bahkan, beberapa asisten rumah tangga mereka berjingkat kaget saat mendengarnya.
"Vincent, kurang ajar! Beraninya dia bersikap seperti ini padaku. Padahal, dia yang sudah menyinggung perasaanku. Bukannya meminta maaf. Malah dia yang balik marah," omel Alicia panjang lebar. Tangannya terkepal, menahan amarahnya. Wajahnya, bahkan sudah memerah sejak ia membanting sendok tadi.
Mona berjalan mendekat. "Nyonya," sapa Mona, sambil menyodorkan ponsel Alicia yang sejak tadi berdering di kamar.
Alicia, yang pada dasarnya merupakan Nadia. Memang tidak terbiasa menggunakan ponsel dalam waktu lama. Biasanya, ia akan menggunakan ponsel untuk waktu lama hanya saat menelepon Yolanda saja. Selebihnya, ponsel itu lebih sering tergeletak di nakas kamar. Atau, dipegang oleh Mona.
Alicia mengernyit, melihat nomor baru menghubunginya. Ia pun, menoleh ke arah Mona dengan tatapan bertanya. Mona, yang memang tak tau siapa yang menghubungi hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya saja.
Memilih mengabaikan panggilan tersebut. Alicia, lebih memilih mendinginkan hatinya yang emosi dengan berenang. Lagipula pikirnya. Jika itu adalah telepon penting, biasanya sang penelepon akan mengirim pesan singkat nantinya.
***
Bulan sudah menampakkan wajahnya. Bahkan kini, suasana juga sudah sunyi senyap. Hanya terdengar suara jangkrik, yang menemani Alicia duduk di balkon kamarnya. Entah mengapa, ia merasa aneh dengan sikap Vincent hampir tiga hari ini.
Pria itu, kembali bersikap dingin padanya.
Meski kemarin mereka duduk bersama di meja makan. Nyatanya, Vincent menganggap keberadaan Alicia seperti tak ada. Hingga membuat Alicia jengah dan memilih untuk sarapan setelah Vincent berangkat bekerja pagi tadi.
Alicia berpikir, Vincent akan mencari keberadaannya saat ia tak berada di meja makan. Namun ternyata pemikiran Alicia salah. Pria itu, sedikit pun tak peduli pada Alicia. Bahkan, sekedar bertanya pada Mona, atau asisten rumah tangga yang lain pun, tidak. Padahal biasanya, ia selalu menanyakan Alicia kapan pun itu. Entah bertanya apakah Alicia sudah makan atau belum. Atau bahkan, pertanyaan remeh seperti sedang apa Alicia sekarang.
Sungguh. Alicia tak habis pikir dengan sikap Vincent yang seperti itu. Bukankah, harusnya ia yang marah. Dan, Vincent yang harus membujuknya agar memaafkan pria itu. Namun, mengapa justru sekarang sepertinya malah pria itu yang marah pada Alicia.
***
Seminggu berlalu sudah. Pasangan suami istri itu terlibat perang dingin. Alicia, sudah tak peduli lagi akan sikap Vincent sekarang. Ia lebih memilih, untuk menikmati hidupnya dengan menghabiskan banyak waktu di salon atau pusat kebugaran.
Seperti saat ini. Alicia baru saja selesai berolahraga di salah satu pusat kebugaran, yang terletak di dalam mall besar di pusat kota. Merasakan perutnya lapar. Ia pun, menghentikan langkahnya di salah satu resto Korea.
"Kamu mau makan apa, Mon?" tanya Alicia, tanpa menatap Mona. Pandangannya, sibuk memindai buku menu yang ada di hadapannya.
"Sepertinya, saya pesan bibimbap aja, Nyonya." Alicia mengangguk mendengar jawaban Mona.
Setelah menentukan apa yang ingin ia makan. Alicia pun, memesan makanan melalui tablet yang tersedia di resto tersebut.
"Jaman sekarang, kayanya drama Korea sama lagu-lagu Korea lagi populer banget, ya?" Alicia memandang sekeliling. Terlihat, resto Korea ini sangat ramai pengunjung. Kebanyakan, pengunjungnya anak-anak muda yang datang bersama temannya. Namun, ada juga pengunjung yang sudah berkeluarga.
Mona memajukan tubuhnya sedikit condong ke arah Alicia. "Di resto ini, katanya kita bisa request lagu Korea favorit kita, Nyonya," bisik Mona memberi informasi.
Sayangnya. Alicia, tak mengenal sama sekali dengan artis Korea. Hingga, ia tak bisa ikutan request lagu Korea.
"Kamu sendiri, kenal sama artis Korea itu?" tanya Alicia penasaran.
"Kalau idolnya, ga banyak yang saya kenal. Karna, saya lebih mengikuti trend dramanya," aku Mona sedikit malu.
"Oh, ya? Bisa kamu rekomendasiin ke saya drama yang bagus saat ini?" ujar Alicia penuh antusias. Beberapa kali menguping pembicaraan orang-orang di pusat kebugaran. Berhasil membuat Alicia jadi penasaran tentang drama Korea tersebut. Lagi pula, sepertinya akan menyenangkan baginya untuk menghabiskan waktu dengan menonton drama tersebut.
Mona mengangguk. Ia pun, mulai menyebutkan beberapa drama Korea yang saat ini sedang tayang. Juga, beberapa drama yang sudah tamat. Namun, memiliki jalan cerita yang bagus. Ada juga, beberapa drama yang menurut Mona tak membosankan. Meski sudah ditonton berkali-kali olehnya.
Hingga makanan sudah terhidang di depan mereka. Obrolan seputar drama Korea, masih saja terus berlanjut. Terlebih, Mona menunjukkan beberapa artis Korea dengan visual luar biasa tampan bagi Alicia. Membuatnya, makin semangat membahasnya dan tak sabar untuk segera menonto drama mereka.