"Dari mana saja, kamu?"
Alicia, yang baru saja masuk ke dalam rumah, menangkap sebuah suara di indera pendengarannya. Memutar badannya ke arah ruang tamu. Dapat ia lihat, Vincent sedang duduk di sana.
Memilih acuh. Alicia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Tak disangka. Tubuh Alicia berputar, karna Vincent menahan lengannya dengan kencang. Yang otomatis, membuat tubuh Alicia menubruk d**a bidang Vincent.
"Lepas," ketus Alicia, sambil mendorong tubuh Vincent menjauh.
"Kenapa kamu ga jawab pertanyaanku?" tanya Vincent kesal.
Dahi Alicia mengkerut. "Bukankah, kamu ga peduli lagi padaku. Untuk apa kamu sekarang bertanya seperti itu?" tanya Alicia balik.
Mona, yang baru saja akan masuk ke dalam rumah. Menghentikan langkahnya, kala ia melihat perdebatan antara kedua majikannya. Dengan perlahan, ia pun memundurkan kembali langkahnya agar kedua orang tersebut tak menyadari kehadirannya.
"Tapi, kamu masih tetap istriku," tegas Vincent penuh penekanan.
Alicia tertawa hambar. "Dengar, Tuan Vincent. Jangan pernah campuri urusanku. Lebih baik, kita bersikap layaknya orang asing. Seperti sebelumnya," tegas Alicia, sambil menunjuk d**a Vincent dengan jari telunjuknya.
"Heh. Sepertinya, benar. Kamu sudah memiliki pria lain di luar sana. Makanya, kamu bisa ...." Ucapan Vincent terhenti, saat ia merasakan rasa panas di pipinya. Alicia, baru saja melayangkan tamparan di wajah tampan pria itu.
"Tutup mulut busukmu, itu! Jika kamu hanya memfitnahku. Lebih baik, kamu diam!"
Vincent yang tersulut emosi, menarik Alicia cepat menuju kamar pria itu. "Mari kita lihat. Siapa yang busuk di sini." Vincent tak peduli. Meski Alicia sudah berontak dan meminta ia untuk melepasnya. Alih-alih melepas. Pria itu, justru semakin kencang menarik Alicia. Hingga membuat tangan wanita itu memar.
Sesampainya mereka di kamar. Vincent langsung mengunci pintu kamar. Kemudian, menghempas Alicia di atas kasur. Dan, tanpa menunggu lama. Pria itu menindih Alicia, seraya melumat bibir Alicia kasar.
Alicia memukul tubuh Vincent. Namun, tak berpengaruh apapun pada lelaki itu. Akhirnya, Alicia memilih untuk mencengkram rambut Vincent kuat. Dan hal itu, berhasil membuat Vincent melepas ciumannya.
Vincent yang semakin geram. Melepas ikat pinggang yang ia kenakan, untuk mengikat kedua tangan Alicia.
"b******k!" umpat Alicia, saat wanita itu tak bisa melepas ikatannya.
Tanpa menunggu lama. Ia melepas celana dalam Alicia. Juga celananya.
Alicia menjerit. Manakala Vincent memasukinya secara paksa.
Sakit. Bukan hanya tubuhnya. Tapi juga, hatinya.
Sungguh. Vincent bagai binatang buas sekarang. Tak peduli akan Alicia yang sejak tadi menangis. Meski mulut wanita itu, ia bungkam dengan mulutnya.
Belum puas dengan pelepasan pertamanya. Vincent kembali melanjutkan aksinya.
Kali ini, ia merobek pakaian yang Alicia gunakan. Hingga Alicia polos, tanpa sehelai benang pun.
Sebelum melanjutkan aksinya, Vincent terlebih dahulu memindai. Dari kepala, hingga ujung kaki Alicia. Berusaha mencari jejak, yang mungkin saja ditinggalkan secara tak sengaja oleh selingkuhan Alicia.
Namun, dua kali ia memindai. Tak ia dapati jejak apapun di sana.
Tak puas memindai tubuh bagian depan. Vincent membalik tubuh Alicia hingga telungkup. Kembali, ia memindai. Dan lagi-lagi, tak ia dapati jejak apapun di sana.
Vincent menindih Alicia, seraya berbisik padanya. "Aku tak menyangka. Kalian mampu bermain bersih. Tak ada jejak apapun, yang pria itu tinggalkan di tubuhmu."
Alicia, yang awalnya sudah pasrah karna memang merasa lelah. Seketika emosi, demi mendengar ucapan Vincent barusan.
Sekuat tenaga, wanita itu menyingkirkan tubuh Vincent yang menindihnya. Kemudian, duduk sambil berusaha menjauh dari Vincent.
"Apa maksudmu berbicara seperti itu?" tanyanya, dengan tatapan penuh amarah.
Vincent menanggapi santai. "Ga usah munafik. Selama ini, kamu memang punya pria simpanan di luar sana, kan?"
Alicia bangkit dengan susah payah. Lalu, mendekati Vincent. Tanpa Vincent duga. Alicia melayangkan satu tinjuan pada wajahnya.
"Dengar, b******k! Aku ga pernah selingkuh dengan siapa pun. Bahkan, aku ga tertarik untuk menjalin hubungan terlarang dengan siapa pun. Entah dari mana kamu mendapat informasi seperti itu. Yang pasti. Kamu terlalu bodoh, karna mencerna semua informasi itu mentah-mentah."
Menarik selimut yang tergeletak di bawah. Alicia berniat pergi dari kamar Vincent.
"Tapi, kamu dengan murahannya sudah menyebar nomor ponsel kamu ke sembarang pria."
Langkah Alicia terhenti. Kemudian, ia berbalik menatap Vincent.
"Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti. Seingat Alicia. Tak pernah sekali pun, ia memberikan nomor ponselnya pada pria mana pun. Terlebih, pria yang tak ia kenal. Bahkan, hanya beberapa orang saja, yang memang mengetahui nomor ponselnya. Sedang untuk urusan pekerjaan. Biasanya, nomor ponsel Mona lah, yang ia gunakan.
"Jangan berpura-pura, Al. Karna kenyataannya, seorang pria pernah menghubungimu di tengah malam."
Alicia berpikir keras. Memaksa otaknya untuk mengingat, kapan seorang pria menghubunginya saat tengah malam. Namun, sekeras apa pun ia mencoba. Tak dapat ia ingat sama sekali.
Melihat Alicia yang seperti tengah berpikir keras. Vincent pun, akhirnya memberitahunya. "Kau, tak akan menemukan nomor ponsel pria itu. Karna aku, sudah memblokirnya. Bahkan, aku juga sudah menghapus riwayat panggilannya, dari ponselmu." Vincent tertawa mengejek. Membayangkan Alicia akan bersedih, karna ia menghapus nomor pria itu.
Vincent semakin senang, saat melihat raut wajah Alicia, yang berubah menjadi merah karna menahan emosi. Dan ia, semakin senang saat Alicia berjalan mendekatinya. Vincent yakin. Wanita itu pasti kesal karna tak bisa berhubungan dengan pria itu, lagi.
"Apa, karna penelepon pria itu. Kamu melakukan ini padaku?"
"Apa?" Vincent mengerjap. Tak mengerti dengan pertanyaan Alicia.
"Apa karna pria itu menghubungiku di malam hari. Kamu jadi bersikap acuh padaku. Berpikir buruk tentangku. Bahkan, kamu juga memperkosaku?" Alicia menjerit, saat bertanya seperti itu pada Vincent.
Vincent terkejut, dengan reaksi Alicia. Tak menyangka, wanita itu akan bereaksi seperti ini. Tapi, ia tetap berusaha untuk terlihat santai. "Tentu saja. Aku ga sudi, w************n seperti kamu berani selingkuh di belakangku."
"Kamu, benar-benar b******k, Vincent."
Air mata Alicia mengalir. Sungguh, ia tak paham dengan Vincent. Bagaimana bisa, pria itu menganggapnya seperti itu. Bahkan, tanpa ia bertanya kebenarannya pada Alicia.
Tak ingin lebih lama berada di kamar Vincent. Alicia pun, segera keluar dari kamar. Tak peduli, jika ada pekerja di rumahnya, yang melihat kondisinya tanpa busana kini. Yang ia inginkan sekarang adalah, jauh dari Vincent. Sejauh mungkin.
***
Sesampainya di kamar. Ada Mona, yang sedang membereskan pakaian Alicia. Mona terkejut, melihat Alicia hanya berbalut selimut. Juga, tangan yang terikat ikat pinggang. Gegas, ia menghampiri nyonya-nya tersebut.
"Kenapa tangan Nyonya terikat seperti ini?" tanya Mona dengan nada penuh kekhawatiran. Secepat mungkin, Mona melepas ikat pinggang tersebut. Lalu, menutup kembali tubuh Alicia dengan selimut. Karna, saat Mona melepas ikatan di tangan Alicia. Selimut itu terjatuh.
Alicia tak menjawab. Tatapannya, berubah menjadi kosong sejak ia keluar kamar Vincent.
Alicia tak menyangka. Ternyata, selama ini Vincent acuh padanya hanya karna ada pria yang menghubunginya di tengah malam. Padahal, ia sendiri tak tau siapa pria itu. Dan, Alicia lebih tak menyangka Vincent berpikir ia selingkuh di belakang pria itu sampai tega memperkosanya seperti tadi.
Alicia berjanji pada dirinya sendiri. Ia, tak akan memaafkan Vincent.
"Mona," panggil Alicia, yang langsung dijawab langsung oleh Mona.
"Kemasi semua barang-barangku. Kita pergi secepatnya."
Mona terlihat bingung. Namun, tak urung tetap mengikuti perintah bosnya itu.
Memilih bersiap. Alicia pun, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Begitu memasuki kamar Alicia, Vincent dibuat tertegun, saat melihat Mona tengah mengemasi pakaian milik Alicia. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Saya sedang mengemas pakaian nyonya, Tuan," jawab Mona sambil menundukkan wajahnya.
"Untuk apa?" tanya Vincent, lagi.
"Nyonya bilang, ia ingin pergi, Tuan." Vincent terdiam, mendengar jawaban Mona.
Tak lama kemudian, Alicia yang sudah selesai menyiapkan dirinya, keluar dari kamar mandi. Ia terkejut, melihat keberadaan Vincent di kamarnya. Memilih abai, ia pun berjalan melewati Vincent dan mendekati Mona.
"Jangan lupa untuk bawa pengering rambut saya ya, Mon. Tadi masih ada di dalam kamar mandi. Jangan sampai itu tertinggal," ujar Alicia. Ia, benar-benar mengacuhkan Vincent. Menganggap seperti lelaki itu tak ada di kamarnya.
Keduanya, tetap sibuk dengan kegiatan mengemas mereka. Hingga tak menyadari, bahwa Yolanda juga menatap heran kondisi mereka.
"Itu, Alicia kenapa berkemas?" bisik Yolanda pada Vincent. Yang tentu saja, membuat pria itu terkejut bukan main.
"Bunda? Sejak kapan ada di sini?" tanya Vincent pelan.
Alicia, yang baru menyadari kehadiran Yolanda, langsung menghampiri ibu mertuanya itu.
"Bunda," sapa Alicia, sambil memeluknya.
"Kamu kok, berkemas?" tanya Yolanda, dengan rasa penasaran yang belum terjawab.
Alicia melirik ke arah Vincent sekilas. Lalu, mulai menarik Yolanda untuk keluar dari kamarnya.
Memilih berjalan ke arah belakang rumah. Keduanya duduk di depan kolam renang. Alicia pun, memutuskan untuk menceritakan semua perlakuan Vincent terhadapnya. Termasuk, pemerkosaan yang baru saja ia alami.
Yolanda membuka mulutnya lebar. Tak menyangka. Menantunya itu begitu pintar menutup rapat semua masalah darinya. Bahkan, tak sedikit pun Alicia menunjukkan kesedihan di depannya. Hingga, Yolanda berpikir bahwa hubungan anak dan menantunya itu baik-baik saja selama ini.
Yolanda juga tak habis pikir. Bagaimana bisa, anak tersayangnya melakukan hal b***t itu pada istrinya sendiri. Padahal, jika Vincent mau mempermasalahkan kedekatan Alicia dengan pria lain. Kenapa tidak dari dulu saja. Saat, Alicia menggeluti pekerjaan sebagai model majalah dewasa. Yang mana, sudah pasti baginya untuk berdekatan dengan pria lain, yang merupakan pasangannya dalam sesi pemotretan.
Paham dengan kondisi Alicia yang masih terguncang. Yolanda pun, akhirnya pasrah mengijinkan menantunya itu untuk pergi dari rumah ini. Meski, ia harap hanya untuk sementara. Minimal, sampai Yolanda bisa memberikan pelajaran pada Vincent, atas semua kebodohan yang sudah ia perbuat. Hingga membuat Alicia menderita sampai seperti ini.