Ini, pagi kedua Alicia mendapati Vincent tidur di sebelahnya. Padahal, pria itu memiliki kamarnya tersendiri. Dan menurut Mona, juga beberapa pekerja di rumahnya, pria itu hampir tak pernah tidur di kamar Alicia sebelumnya. Bahkan, meski mereka menghabiskan malam panas bersama. Biasanya, Vincent akan langsung kembali ke kamarnya. Segera, setelah hasratnya telah terpenuhi.
Lagi dan lagi. Pria itu menunjukan sikap yang aneh pada Alicia. Membuat Alicia, yang pada dasarnya merupakan Nadia, merasa bingung.
Terdengar bunyi getaran ponsel di nakas. Alicia melirik, dan melihat ponsel Vincent lah yang bergetar. Ragu, dia menyentuh bahu polos Vincent untuk membangunkan pria itu.
"Vincent, bangun. Ponselmu bergetar sejak tadi."
Vincent bergumam. Namun, enggan membuka matanya. Ia hanya menggeliat kecil. Kemudian, merubah posisi tidurnya menjadi lebih nyaman.
Malas. Akhirnya Alicia memilih untuk mengabaikan panggilan tersebut. Ia pun, turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun sebelum masuk ke kamar mandi, Alicia terlebih dahulu mengambil pakaian ganti untuk ia kenakan di dalam. Ia tak ingin, kejadian kemarin terulang lagi. Tubuhnya, sudah cukup lelah dengan kegiatan panasnya semalam.
Berendam di air hangat dengan aroma melati yang menyegarkan untuknya, menjadi kegiatan favorit Alicia belakangan ini. Ia, bahkan betah berendam selama setengah jam jika sudah di dalam.
"Al."
Terdengar, suara ketukan di pintu bersamaan dengan suara yang sangat Alicia kenal. Suara Vincent.
"Ada apa?" jawab Alicia, yang masih sibuk menikmati aroma melati yang menguar memenuhi ruangan itu.
"Aku akan kembali ke kamarku." Dahi Alicia mengkerut mendengar ucapan Vincent barusan. Entah apa maksudnya pria itu, memberitahukan hal itu padanya.
"Oke." Hanya itu tanggapan Alicia.
Kembali hening. Sepertinya, Vincent sudah keluar dari kamar Alicia.
Alicia merenung. Mau tak mau, memikirkan sikap aneh Vincent sejak kemarin. Entah mengapa, semua tak sama dengan apa yang Mona selalu ceritakan padanya selama ini. Bahkan, berbeda juga dengan Vincent yang ia kenal selama beberapa bulan ini.
Biasanya, lelaki itu selalu acuh padanya. Meski, mereka kadang sarapan di satu meja yang sama. Tak sedikit pun, Vincent mengajaknya mengobrol. Kecuali hanya menanyakan beberapa hal yang memang penting. Tak pernah ia berbasa-basi pada Alicia. Bahkan, pria itu juga sanggup menahan hasratnya untuk waktu yang lama.
"Apa, dia lagi kerasukan, ya?" tebak Alicia, bodoh.
Alicia mengakhiri kegiatan berendamnya. Kemudian, menggunakan pakaiannya segera. Tanpa berdandan, atau bahkan sekedar mengeringkan rambutnya. Alicia langsung menuju meja makan, karna desakan dari perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.
Sesampainya di meja makan. Alicia dibuat terkejut dengan kedatangan ibu mertuanya, yang sudah duduk manis di depan meja makan. Gegas, ia menghampiri wanita paruh baya yang tahun depan akan memasuki usia 52 tahun. Namun, tak terlihat sedikit pun, kerut di wajahnya.
"Apa kabar, Bun?" sapa Alicia sambil mencium pipi kanan dan kiri Yolanda, ibu mertuanya.
"Baik, Sayang," jawab Yolanda sambil tersenyum manis pada Alicia.
Vincent, yang duduk di ujung meja, menatap heran pada keduanya. Ini, pertama kalinya ia melihat ibu dan istrinya bisa saling tersenyum hangat satu sama lain.
Dalam ingatannya. Alicia, sangat malas jika harus bertemu dengan Yolanda. Apalagi, sejak Yolanda semakin mendesak Alicia untuk memberikannya cucu dalam waktu dekat. Alicia, yang merupakan seorang model, sangat menentang keingian ibu mertuanya itu karna tak ingin tubuh indah yang merupakan aset berharganya rusak. Sejak itu, Alicia semakin menghindar untuk bertemu dengan Yolanda. Karna tak ingin terus mendengar desakan Yolanda.
Dan, malam sebelum kecelakaan itu, adalah hari di mana Yolanda kembali menanyakan perihal cucu pada Alicia. Yang membuat Alicia, akhirnya pergi menuju kelab malam langganannya. Hingga akhirnya, Alicia kecelakaan karna mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.
Menghiraukan Vincent, yang tengah menatap keduanya dengan heran. Alicia dan Yolanda, justru semakin asik dengan obrolan mereka.
"Al. Kita jadi, kan ke salon langganan kamu itu?" tanya Yolanda di sela kunyahan makannya.
"Jadi dong, Bun. Aku udah hubungi mereka, buat nyiapin ruangan buat kita," jawab Alicia antusias.
Tak kalah antusias, Yolanda kembali menanggapi ucapan Alicia. "Jangan lupa, abis itu kita juga harus ke butik langganan Bunda. Buat ambil baju kembaran yang udah kita pesen."
Vincent terbatuk, mendengar ucapan Yolanda barusan. Gegas, ia meminum air dengan cepat. Setelah merasa lega, Vincent akhirnya bertanya pada Yolanda. "Bun," panggilnya, yang membuat Yolanda menoleh ke arahnya. "Bunda, ga lagi sakit, kan?" tanyanya memastikan.
Mengernyitkan dahi, Yolanda tertawa geli menatap Vincent. "Menurut kamu. Apa, Bunda bakal ada di sini, kalau Bunda sakit?" Yolanda menggeleng pelan.
"Ya, bukan gitu. Soalnya, Bunda keliatan aneh banget sekarang," jelas Vincent, dengan tangan yang menggosok leher bagian belakang, meski tak gatal.
Yolanda melirik jam di lengannya. "Vin. Dari pada kamu kebanyakan tanya hal ga jelas. Lebih baik, kamu berangkat kerja sekarang," usir Yolanda, halus.
Meski sebenarnya Vincent enggan pergi. Namun, karna tuntutan pekerjaan terpaksa ia harus segera beranjak dari sana. Apalagi, sekretaris bawelnya sudah puluhan kali menghubungi ponselnya, yang sengaja ia abaikan.
Vincent beranjak dari tempat duduknya. Dan menghampiri Yolanda. Kemudian, pria itu mengecup dahi Yolanda sebelum ia meninggalkan mereka.
"Loh, kamu ga cium Alicia juga?" Vincent menghentikan langkahnya. Lalu berbalik, menatap Yolanda dengan tatapan yang semakin heran. Sedang Yolanda, hanya tersenyum. Acuh dengan rasa heran yang menyelimuti anaknya itu.
"Cepetan, Vin," perintahnya lagi. Yang membuat Vincent kembali berjalan menghampiri mereka.
Alicia memegang tangan Yolanda. "Ga perlu, Bun," tolak Alicia, yang juga diabaikan Yolanda.
Meski merasa aneh. Namun, Vincent tetap mencium dahi Alicia sesuai perintah sang bunda. Lalu setelahnya, meninggalkan mereka tanpa menoleh sedikit pun.
Yolanda tersenyum, melihat menantu di depannya. Semburat merah, terlihat begitu jelas di pipinya. Menandakan, apa yang Vincent lakukan barusan sungguh berdampak padanya.
Pada awalnya, Yolanda sangat menentang pernikahan Vincent dan Alicia. Apalagi, dengan profesi Alicia yang merupakan seorang model majalah dewasa. Sungguh, ia ingin membatalkan pernikahan anak semata wayangnya tersebut.
Hanya saja perusahaan Valentino, sang suami, saat itu sedang membutuhkan suntikan dana yang cukup besar. Jadi, dengan menikahkan Vincent dengan Alicia. Secara otomatis, Roy akan langsung memberikan dana tersebut pada Valentino. Hal itu lah, yang membuatnya terpaksa menyetujui pernikahan mereka.
Bahkan, setelah setahun pernikahan Vincent dan Alicia. Yolanda masih tetap belum bisa menerima Alicia di hatinya. Apalagi, penolakan Alicia soal memberinya cucu, yang selalu membuat Yolanda jengkel tiap kali membahasnya.
Namun, entah kenapa sejak kecelakaan tiga bulan lalu. Menantunya itu seperti berubah.
Seminggu setelah Alicia kecelakaan. Yolanda baru bisa menjenguknya. Yolanda kira, Alicia akan memakinya. Karna bagaimana pun, dia menjadi salah satu penyebab kecelakaan Alicia.
Namun, yang ia temui justru sebaliknya. Alicia, menjamunya dengan sangat sopan dan baik. Tak ada caci maki. Tak ada kata-kata kasar, seperti yang biasa Alicia lontarkan di depannya. Yang ada hanya, bahasa yang halus dan sangat sopan. Sangat berbeda dengan Alicia yang ia kenal selama ini.
Sejak saat itu, Alicia mulai sering mengunjungi Yolanda di kediamannya. Atau, justru Yolanda yang mengunjungi menantu kesayangannya itu.
Iya, kesayangan.
Sejak dua bulan lalu, Yolanda sudah menerima Alicia sebagai menantunya. Bahkan, wanita itu juga sudah sangat menyayangi Alicia bagai anaknya sendiri. Mereka, kerap pergi ke luar tanpa sepengetahuan Vincent. Maka tak heran, jika pagi ini Vincent merasa aneh melihat kedekatan keduanya. Karna memang, Vincent tak tau sama sekali.
Makanan di piring Alicia sudah tandas. Ia pun, ijin kepada Yolanda untuk mengganti bajunya. "Bun, aku ganti baju sebentar, ya."
Yolanda mengangguk, kemudian memilih pindah dan duduk di ruang keluarga untuk menonton televisi sambil menunggu Alicia selesai bersiap.
Tak butuh waktu lama bagi Alicia untuk siap. Karna memang, ia hanya mengganti baju dan mengeringkan rambutnya tanpa berdandan. Alicia pikir, rasanya percuma jika ia berdandan sekarang. Karna nantinya, di salon ia akan kembali didandani dengan dandanan yang lebih baik.
Alicia menghampiri Yolanda, yang tengah asik menonton acara talkshow pagi. "Bunda. Yu, berangkat," ajak Alicia.
Yolanda menoleh, dan langsung berdiri. Sambil merangkul lengan Alicia, Yolanda mengikuti langkah Alicia.