"Harusnya ada mama saya, Pak." Jawab Zea. Elvan mengkedikkan bahunya tanda dia tidak tahu lebih detilnya.
"Ya sudah kalau begitu saya pulang dulu yah, Pak. Makasih sudah mengantar saya." Pamit Zea.
"Gak usah, Pak. Saya jalan kaki aja, rumah saya deket dari sini." ucap Zea ketika dia melihat Elvan juga ikut berdiri dari tenpat duduknya.
"Siapa yang mau antar kamu? Saya mau bayar makanan saya setelah itu saya mau pulang." balas Elvan cuek.
"Ya Tuhan ... dasar dosen galak bin killer! Ngeselin banget!!!" Teriak Zea dalam hatinya.
Langkah Elvan terhenti ketika dia hendak masuk kedalam mobil tapi mahasiswinya masih berdiri di tempat tadi terakhir mereka ngobrol.
"Kok masih diri di sana? Cepat sana pulang, udah malem dan mendung, sebentar lagi hujan jangan jadi alasan kamu kehujanan dan gak masuk kelas saya besok." Ucap Elvan lalu dia masuk kedalam mobilnya dan melajukan mobilnya keluar area komplek perumahan Zea.
Sampai mobil sang Dosen tidak terlihat lagi, Zea baru pergi dari sana. Dengan sedikit berlari kecil karena mengkhawatirkan mamanya. Pasalnya sang Dosen tadi bilang rumahnya gelap tidak ada orang, padahal yang Zea tau mamanya selalu di rumah.
"Ma ... Mama ..." panggil Zea ketika dia sudah masuk kerumahnya. Perasaannya gak enak karena dari pintu gerbang tidak terkunci, pintu rumah juga gak terkunci. Mamanya tidak pernah seceroboh ini, kalaupun pergi pasti dia kunci.
Zea keliling rumah mencari sosok sang mama tapi tidak dia dapatkan. Sampai ada seorang tetangga datang menginfokan kalau mamanya pergi kerumah sakit karena abangnya kecelakaan motor tadi pagi.
Mendengar kabar itu, Zea langsung memesan ojek online dan pergi kerumah sakit tempat di mana abangnya di rawat.
***
Zea langsung berlari masuk kedalam rumah sakit, bertanya pada bagian informasi di mana abangnya di rawat, dan ternyata pasien atas nama Zio Baskara ada di IGD. Gadis itu langsung berlari lagi ke tempat di mana petugas rumah sakit itu infokan.
"Ma, abang Zio bagaimana kondisinya?" Tanya Zea ketika dia bertemu dengan mamanya di ruang tunggu depan pintu IGD.
"Info dari polisi, Zio kecelakaan motor tadi pagi di jalan menuju ke rumah, kayanya dia ngebut mau anter motor kamu biar kamu bisa pakai kuliah." Jawab Asri tentang kronologis kecelakaan putranya.
"Terus papa mana?" Tanyanya lagi.
"Papa kamu lagi keluar beli minum untuk mama."
"Kamu kemana aja, Ze? Papa hubungi ponsel kamu dari siang tapi gak aktif." Ucap papanya ketika dia kembali dari luar rumah sakit beli minuman untuk istrinya.
"Maaf, Pa. Ponsel Zea mati karena baterainya habis." Jawab Zea pelan karena merasa bersalah.
"Kuliah kamu kan sampai siang, kenapa baru pulang malam begini?" Omel papanya.
"Zea ada tugas dari kampus, Pa." Jawabnya lagi.
"Sudah ... sudah ... kalian jangan ribut. Kepala mama jadi tambah pusing." Potong Asri menengahi antara suami dan putrinya.
"Keluarga Zio Baskara," panggil seorang Dokter yang keluar dari ruang IGD.
Merasa nama anaknya di panggil, Galih dan Asri langsung bangun dari duduknya dan mendekati dokter tersebut.
"Kami orang tua Zio, Dok. Bagaimana anak saya?" Tanya Galih.
"Pak, bu ... kami sudah berusaha tapi Tuhan berkehendak lain. Putra Bapak tidak dapat selamat, Zio meninggal dunia."
Mendengar ucapan dokter semua orang menjadi pucat, air mata Asri langsung mengalir deras dan tubuhnya oleng dan hampir jatuh kalau Zea tidak memegang pundak mamanya, lalu menuntun sang mama agar duduk di kursi tunggu.
Galih langsung duduk di kursi tunggu karena dia merasa kakinya lemas seakan tidak bertenaga.
Kedua orang tuanya shock, tinggal Zea di sana yang harus kuat menghadapi kenyataan ini.
Galih langsung memeluk istrinya ketika dia melihat Asri dan Zea.
"Zio ... Pa." Adu Asri ditengah isak tangisnya.
"Sabar, Ma. Sabar ..." hanya itu yang keluar dari mulut Galih menenangkan istrinya padahal dia juga sedih.
Orang tua mana yang tidak sedih kehilangan seorang anak. Terlebih Zio anak laki-laki dan anak pertama mereka, harapan terbesar mereka satu-satunya kini harus pergi selamanya.
Zea ikut menangis dan memeluk papa mamanya, hatinya menyesal dan dia merasa bersalah.
"Semua gara-gara Zea, abang Zio meninggal karena mau anter motor Zea biar Zea bisa kuliah, dia ngebut jadi kecelakaan. Coba kalau Zea gak minta motor itu di anter secepatnya pasti abang Zio gak kecelakaan, gak meninggal." Ucap Zea.
"Gak, sayang. Ini semua bukan salah kamu. Semua sudah jalannya abang Zio kamu itu pergi." Galih berusaha membuat putrinya tidak menyalahkan dirinya sendiri.
___
"Selamat pagi, Pa." Salam Yuza ketika dia bertemu papanya di meja makan.
"Pagi, Sayang." Balas Elvan singkat lalu dia mengoleskan selai cokelat pada roti untuk putranya sarapan.
"Pagi ini papa ketemu sama kakak Zea gak di kampus?" Tanya Yuza.
"Iya, kenapa?"
"Aku titip papa yah, tolong kembalikan mainan ini sama kakak Zea yah, Pa." Ucap Yuza sambil memberikan sekotak kecil mainan yang biasa orang bilang rubik.
"Baiklah." Jawab Elvan singkat dia tidak mau tahu bagaimana rubik mahasiswinya itu ada sama putranya, pasalnya kemarin kedua orang itu bersama kemungkinan saat itu Zea meminjamkan rubiknya itu sama Yuza.
Setelah sarapan Elvan mengajak Yuza berangkat sekolah. Seperti biasa dia akan mengantar putranya itu kesekolah dulu baru dia ke kampus tempat dia bekerja.
***
Elvan heran ketika dia masuk kedalam kelas, ada satu mahasiswinya yang tidak hadir. Dia adalah salah satu dosen yang tidak pernah menanyakan kenapa mahasiswanya tidak hadir dikelasnya. Tapi dia memperhatikan gelagat teman-teman Zea yang sedang berbisik ketika dia masuk kedalam kelas. Kemungkinan mereka sedang membicarakan Zea.
Pria itu langsung mengajar ketika masuk kedalam kelas, memberikan materi tentang kebudayaan dan sejarah Jepang yang tidak ada habisnya. Satu jam setiap pertemuan rasanya kurang.
Setelah selesai mengajar Elvan langsung merapihkan laptopnya dan beberapa buku yang dia bawa. Dia sedikit kecewa karena ada satu mahasiswinya yang tidak mengikuti kelasnya.
Ketika diruangannya Elvan tidak fokus dengan pekerjaannya. Seharusnya dia memeriksa dan menilai hasil Quis yang dia berikan tadi pada mahasiswanya. Hari itu dia terus memikirkan Zea. Kenapa gadis itu tidak kuliah hari ini.
Dia kira Zea terlambat hanya di mata kuliahnya saja tapi dia hadir di mata kuliah lain. Tapi nyatanya mahasiswinya itu tidak masuk semua mata kuliah, hari ini dia tidak datang ke kampus. Pikiran Elvan berputar mengingat semalam dia meninggalkan gadis itu di taman sendirian.
"Kenapa dia gak ke kampus hari ini, apa dia sakit karena kehujanan." Elvan bermonolog. Dia tahu betul semalam itu memang turun hujan tidak jauh dia melajukan mobilnya malam itu hujan besar langsung turun membasahi tanah.
Dosen yang terkenal galak dan killer itu kini sedang galau sambil memutar-mutar rubik milik Zea. Dia merasa bersalah karena tidak mengantar mahasiswinya sampai di rumah, tapi dia malah meninggalkannya di taman.
Karena sudah sore dan waktunya pulang, Elvan meninggalkan rubik itu di meja kerjanya, dia berniat akan mengembalikannya pada Zea besok kalau mahasiswinya itu masuk.