Salah Paham

1111 Kata
Langkah Zea dan Yuza terhenti ketika seorang guru menegur mereka. "Wah Yuza dijemput mama yah hari ini," Mata Zea membola kakinya terpaku di sana ketika guru Yuza mengira dia mamanya anak itu. Jadi istri dosen galak bin killer? Bisa kaku kaya kanebo kering nanti rumah tangganya, pikir Zea. "Bu-bukan, Bu. Saya bukan mamanya Yuza." Jelas Zea jujur menngenai statusnya kalau dia memang bukan mamanya. "Oh maaf yah mba, saya kira mama sambungnya Yuza." Ujar Guru itu. Zae hanya tersenyum menjawab ucapan gurunya Yuza lalu mereka berpamitan pulang. Sepanjang jalan pikiran Zea berputar memikirkan wanita yang berstatus mama kandung dari anak laki-laki yang kini sedang terlelap tidur di kursi sebelahnya. Kemana wanita itu, mengapa tadi gurunya menyebut Zea mama sambung apa itu berarti dosennya itu sudah bercerai dengan istrinya. "Ish! Kepo banget sih gue, apa gue tanya aja yah kemana mamanya Yuza ... tapi tar kalau dia marah gimana? Terus gue gak boleh ikut kelasnya, terus gak dapet nilai, terus ngulang kelasnya dia." Zea bermonolog sepanjang jalan, sambil memukul-mukul stir mobilnya karena kesal dengan dirinya sendiri. Berdasarkan alamat yang diberikan Elvan melalui pesan singkat di ponsel Zea, dia dan Yuza tiba juga di rumah Elvan. "Thanks God, sampai juga." Monolog Zea lagi. Yuza masih terlelap tidur ketika mereka tiba dirumahnya, awalnya Zea kesal karena jam makan siangnya terganggu oleh sang Dosen sampai berniat meninggalkan anak itu di rumah sendirian. Tapi kenyataannya ketika melihat anak laki-laki itu pulas tertidur, Zea menjadi tidak tega. Gadis mungil itu dengan sekuat tenaga menggendong anak dosennya yang bertubuh gembul montok itu dari mobil sampai kedalam ruang tamu dan merebahkan Yuza di sofa. Karena baru pertama kesana, Zea tidak tahu letak di mana kamar Yuza, kalaupun tahu dia tidak akan berani jika tidak ada pemilik rumahnya, walaupun ada asistent rumah tangga di sana tapi Zea tidak mau. Dia lebih memilih menemani Yuza di ruang tamu. *** "Zea, bangun ..." suara Elvan terdengar samar-samaar ditelinga gadis itu. "Zea ..." panggil Elvan lagi sambil menepuk-nepuk pipi Zea dengan sedikit keras sampai sang empunya pipi terbangun karena merasa sakit. Elvan kaget ketika Zea terbangun karena posisinya dia saat itu sangat dekat, tapi dengan cepat dia merubah raut wajahnya menjadi sosok pria kaku kembali di mata mahasiswinya itu. "Yuza ... eh! Yuza mana, Pak?" Tanya Zea, gadis itu linglung karna baru bangun tidur. "Dia sudah saya pindahkan kekamarnya, kalian mengapa tidur disini?" jawab Elvan, pria itu bukannya berterimakasih malah kembali menyalahkan Zea yang tidur bersama putranya di sofa ruang tamu. "Maaf, Pak. Saya baru pertama kesini, saya gak enak kalau langsung masuk ke kamar karena sama sekali tidak ada tuan rumahnya, hanya ada asistent rumah tangga bapak saya mana berani." balas Zea mengutarakan isi hatinya. "Cepat bersiap, saya antar kamu pulang sekarang." ucap Elvan sambil berlalu keluar rumah lalu masuk kedalam mobilnya, Zea langsung bergegas mengambil tas dan ponselnya yang ada di meja lalu sedikit berlari kecil mengejar dosennya itu kemudian dia ikut masuk kedalam mobil. *** "Maaf yah pak, tadi saya ketiduran." Ucap Zea memecah keheningan diantara mereka didalam mobil. "Hm ... tadi pak Elvan pulang naik apa?" Lanjut Zea bertanya karena permintaan maafnya tidak di jawab oleh Elvan. Bukannya menjawab pertanyaan mahasiswinya, dia hanya melirik Zea sebentar lalu kembali fokus menyetir. "Ish! Gak hanya pelit nilai tapi ternyata pelit omong juga dia." Gumam pelan Zea sambil membuang mukanya ke arah jendela, tapi gumamannya masih dapat di dengar oleh Elvan dan membuat pria itu tersenyum simpul. Sepanjang jalan Zea lebih memilih melihat keluar jendela dari pada menatap sang Dosen. Karena masih mengantuk Zea tertidur lagi di dalam mobil dosennya. "Ck! Dia tidur lagi! bisa gitu tidur di mana saja." Gumam Elvan sambil berdecak kesal, padahal mahasiswinya itu baru bangun tapi sekarang gadis itu kembali tertidur. Jarak rumah Elvan dan Zea lumayan jauh terlebih jalur yang dilewati rawan macet dan tidak ada jalur yang aman, bisa lewat jalan lain tapi kondisi jalanannya rusak berlubang. Berdasarkan peta online yang sebelumnya Zea kasih ke Elvan akhirnya pria itu tiba di rumah Zea tapi dia tidak berhenti tepat di depan rumah mahasiswinya itu. Dia berhenti di sebuah taman yang banyak tenda-tenda menjual makanan, karena merasa lapar pria itu memesan satu porsi sate ayam beserta lontongnya. *** Zea kembali kaget saat terbangun dia masih didalam mobil dosennya, mobil tersebut berhenti tapi mesinnya masih menyala, yang Zea tambah heran sang Dosen tidak ada di dalam mobil. Mata Zea mencari di mana dosen galak bin killer itu berada, dia sangat kenal daerah sana karena taman itu dekat dengan rumahnya dan dia juga biasa beli makanan di sana kalau mamanya tidak memasak. Zea menghela nafas panjangnya ketika dia menemukan Elvan. Pria itu sedang asik menikmati satu porsi sate di tenda tukang sate langganan Zea. "Non Zea, mau pesan berapa bungkus?" Tanya tukang sate itu ketika dia melihat Zea datang ketendanya. "Nggak, Cak. Saya mau ..." jawab Zea bingung mau jelasin apa sama tukang sate langganannya itu. "Oh ... ketemu pacarnya." Sela Cak Anwar asal karena melihat jari tangan Eza menunjuk kearah Elvan. Elvan langsung menoleh kearah kedua orang yang sedang ngobrol itu. Dia heran bagimana bisa tukang sate itu terlihat akrab sama mahasiswinya. Zea mengabaikan ucapan tukang sate langganannya itu lalu dia duduk di depan Elvan. "Pak Elvan bisa makan di tenda kaki lima seperti ini?" Tanya Zea heran. "Kamu kenal sama tukang satenya?" Bukannya menjawab pertanyaan Zea, Elvan malah melayangkan pertanyaan. "Ini kawasan saya pak, taman ini dekat rumah saya, dan saya basa beli makanan disini, semua tukang jualan disini kenal sama saya," kekeh Zea dengan bangga dia menjelaskan pada dosennya kalau dia terkenal di sana. Kepala Elvan mengangguk-angguk merespon ucapan Zea. "Oh! Kamu preman di sini." Balas Elvan singkat. Mendengar ucapan dosennya mata Ada membola ingin rasanya gadis itu menusuk sang Dosen pakai tusukan sate yang ada di piring. "Bapak kenapa tinggalin saya sendirian di dalam mobil tadi? Kenapa gak berhenti di rumah saya? Kenapa malah ke sini?" Tanya Zea memberondong Elvan dengan pertanyaan-pertanyaan. "Saya akan jawab semua pertanyaan kamu setelah makanan saya habis." Jawab Elvan. Zea hanya tersenyum kecut mendengar ucapan sang Dosen. "Hobi kamu itu tidur yah?" Tanya Elvan setelah dia menghabiskan makanannya. Baru saja Zea membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan Elvan tapi keburu pria itu berbicara. "Di tengah perjalanan kamu tertidur, saya heran karena dirumah saya kamu juga tidur dan kamu baru bangun. Saya ke sini karena saya lapar belum sempat makan malam, perjalanan kerumah kamu itu macet parah bikin saya lapar makanya saya kesini sambil nunggu kamu bangun, karena gak mungkin saya antar anak gadis orang dalam kondisi orangnya tertidur, bagaimana tanggapan orang rumah kamu nanti." Jelas Elvan. "Dan saya lihat tadi rumah kamu lampunya mati semuanya." Lanjut Elvan. Kening Zea menyernyit heran seharusnya ada sang mama di sana kemana mamanya pergi pikirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN