Cemburu

1208 Kata
Akhirnya jam makan siang pun berakhir, satu persatu mahasiswa di kantin itu pun berkurang, mereka pergi untuk mengikuti kelas selanjutnya atau pun pulang. Begitu juga dengan Zea, gadis itu sudah tidak ada mata kuliah dia berniat pulang namun bimbang karena melihat Yuza masih duduk di kursi sembari mengoyang-goyangkan kakinya dengan tatapan polos. "Yuza, kakak sudah tidak ada pelajaran dan mau pulang. Apa papa kamu masih rapat?" tanya Zea pada Yuza setelah semua mahasiswa pulang dan kantin itu sepi. Sedari tadi Zea menemani Yuza tapi Elvan tidak kunjung datang menjemput putranya itu. "Aku gak tahu kak. Apa aku boleh ikut kakak pulang?" tanya Yuza dengan polosnya dan tatapan mata memohon. Zea tidak tahan melihat tatapan yang Yuza berikan kepadanya. Hingga akhirnya dia mengiyakan permintaan putra sang Dosen dan membawa anak laki-laki itu pulang ke rumahnya. Sama seperti dia datang ke Kampus, Zea memesan ojek online ketika pulang. "Yuza, kakak gak bawa mobil jadi kita pulang naik motor yah?" ucap Zea sembari mengetik pesanannya di aplikasi ojek online yang ada di ponselnya. "Motor siapa?" tanya Yuza polos. "Motor tukang ojek online, nih kakak lagi pesen. Gak apa-apa kan?" "Wowww, this my first time naik motor online." teriaknya nyaring. "Ojek online, Yuza. Bukan motor online." koreksi Zea. Yuza yang belum mengerti apa itu ojek online hanya mengangguk-angguk mencoba memahami ucapan Zea. Zea mengajak Yuza keluar dari kampus dan menunggu ojek online itu di halte khusus tempat penumpang menunggu. Beberapa menit kemudian, saat motor itu datang, Zea menaikan Yuza di atas motor. Di tengah di antara supir ojek online dan dirinya. Karena tidak pernah berpergian dengan motor, maka Yuza sangat antusias saat dia dan Zea pergi dengan sepeda motor ojek online itu. Senyum di wajah mungil bocah itu tidak luntur sepanjang jalan. Pasalnya, sejak bayi Yuza sudah di fasilitasi dengan mobil, kemanapun dia pergi pasti menggunakan mobil. Di Jepang, jika tidak ada kendaraan beroda empat mereka akan memilih sepeda atau berjalan kaki kemudian memakai kendaraan umum jika berpeergian jauh, salah satunya kereta. *** Setibanya di rumah, Asri dan Galih yang sedang santai di teras rumah merasa heran melihat Zea turun dari ojek online bersama seorang anak laki-laki. "Anak siapa itu, Ze?" tanya Galih setelah dia menyeruput kopinya. Zea memberi salam dengan mencium punggung tangan kedua orangtuanya dan Yuza mengikuti apa yang Zea lakukan. Seketika gadis itu mengulum senyumnya dan Asri pun langsung jatuh cinta pada Yuza dengan kesopanan anak itu. "Panjang ceritanya, Pa. Tapi ini anaknya Pak Dosen yang bernama Elvan itu." jawab Zea. "Kenalkan, nama saya Kayuza Ryuzaki panggil saja Yuza. Usia saya 5 Tahun kelas TK. Papa saya bernama Elvan Ryuzaki seorang Dosen." Dengan lantang Yuza memperkenalkan dirinya tanpa di minta. "Waaahhh, pinter sekali kamu." puji Asri sembari membelai kepala Yuza penuh kasih sayang. "Kalian sudah makan siang?" tanya Asri sambil menatap Zea dan Yuza bergantian. "Sudah, Ma. Tadi di kampus." jawab Zea. Gadis itu mengajak Yuza masuk kedalam dan memintanya duduk di sofa. Yuza melihat sekeliling rumah Zea. Rumah yang tidak seindah rumahnya namun dia nyaman berada di sana. "Maaf yah, rumah kak Zea gak sebesar dan sebagus rumah kamu." "Tapi cukup nyaman," "Silahkan," Zea memberikan semangkuk kecil soup buah pada Yuza. Karena dia lihat di dalam kulkas ada satu mangkok besar soup buah yang Zea yakin itu adalah buatan mamanya. "Wow, looks yummy." puji Yuza. "Ayuk di habiskan kalau begitu, soup buah ini buatan mamaku." ucap Zea. "Kamu makan, kakak mau mandi dulu yah," lanjut Zea. Yuza langsung menyantap soup buah itu sampai habis setelah itu dia mengeluarkan bukunya dan mengerjakan tugas sekolahnya yang di berikan gurunya. Karena mengantuk Yuza tertidur saat sedang mengerjakan tugas. *** Ketika Zea selesai mandi dan berganti pakaian dia keluar kamar dan mendapati Yuza tertidur beralaskan buku tulisnya. "Sepertinya dia tertidur saat ngerjain tugas sekolahnya." ucap Asri yang baru masuk kedalam rumah setelah mengantar suaminya kembali ke Toko sembako mereka. "Iya, aku pindahkan ke kamarku yah Ma." "Iya sebaiknya dia tidur di kamar kamu dan nyalahkan AC biar dia nyenyak." "Iya, Ma." Zea menggendong perlahan tubuh Yuza dan membawanya ke dalam kamarnya kemudian membaringkannya di kasurnya. Tidak lama ponsel Zea berbunyi, dia lihat nama pemanggilnya 'Dosen Killer' gadis itu langsung menjawab panggilan sang Dosen. "Hallo," jawabnya. "Zea, apa kamu bersama Yuza? Karena saya cari di kampus dia gak ada. Terakhir dia bilang mau mencari kamu." "Iya, Pak. Yuza sama saya." "Kalian di mana sekarang? Biar saya jemput." "Di rumah saya, Pak." "Oke saya ke sana." Tut! Elvan mematikan panggilannya sepihak tanpa salam. Zea menghela napas panjang setelah menerima telpon dari Elvan pasalnya pria itu tidak ada ucapan terima kasih sedikitpun padahal Zea sudah menjaga putranya. *** Senyum lebar tercetak di bibir Elvan, dia sangat senang mengetahui kalau putranya ada di rumah mahasiswinya. Dia tidak menyangka kalau Yuza sampai sejauh itu memainkan perannya. Awalnya Elvan hanya meminta anak laki-laki itu untuk menghibur Zea di kantin dan kembali ke ruang kerja Elvan tapi ternyata sampai kampus sepi bocah itu tidak terlihat dimanapun. Sontak Elvan langsung menghubungi ponsel Zea karena dia tahu putranya terakhir bersama gadis itu. Elvan langsung merapihkan meja kerjanya dan membawa tas kerja beserta kunci mobilnya kemudian dia berjalan keluar ruang kerjanya menuju mobilnya yang sedang terparkir di area khusus dosen. Kendaraan beroda empat itu melaju membelah jalanan kota beraspal itu dengan begitu cepatnya entah apa yang terjadi. Namun, itulah yang harus dilakukan oleh Elvan agar dia bisa secepatnya tiba di rumah mahasiswinya itu. Setibanya di rumah Zea, Elvan melihat ada seorang pria sedang duduk di kursi yang ada di teras rumah itu Elvan merasa pernah bertemu dengan pria itu di kampus. Setelah memarkirkan mobilnya Elvan langsung keluar dari mobil, melihat Elvan datang Pandu langsung berdiri dari kursinya dan kini mereka berdua saling berhadapan. "Sayang, ini minuman kamu." suara Zea membuat kedua pria beda usia itu bersamaan menoleh. Dengan tatapan polos Zea melihat Pandu dan Elvan bergantian. "Eh, Pak Elvan sudah datang." ucap Zea sembari memberikan segelas sirup untuk Pandu. "Yuza?" tanya Elvan singkat. Seketika dia menjadi pria dingin lagi yang tidak banyak omong. "Di dalam kamar saya, dia tadi tertidur saat sedang mengerjakan PR nya." "Bisa antar saya?" pinta Elvan dan kepala Zea mengangguk. "Tunggu sebentar yah, Yang. Aku antar Pak Elvan dulu," ucap Zea pada Pandu yang sedang menyeruput minumannya. Kepala Pandu mengangguk sembari mengelap ujung bibirnya yang basah. Zea jalan lebih dahulu di depan Elvan langsung menuju kamarnya, perlahan Zea membuka pintu kamarnya agar anak laki-laki yang sedang tidur di kamarnya itu tidak terbangun. Tapi berbeda dengan Elvan, pria itu langsung masuk dan membangunkan Yuza tapi karena masih mengantuk Yuza pun tidak bangun. "Yuza, bangun sayang. Kita pulang." ucap Elvan. "Biarkan saja Yuza tidur sebentar lagi, Pak." ucap gadis berhidung mancung itu. Karena Yuza tidak bangun juga dan Elvan mengabaikan ucapan mahasiswinya itu, dia langsung mengangkat Yuza dan menggendongnya. "Tasnya?" Zea langsung mengambil tas Yuza dan memberikannya pada Elvan. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi dosen itu langsung pergi dari rumah sederhana milik kedua orang tua Zea. *** Elvan mendudukan Yuza di kursi belakang dan memasangkan sabuk pengaman pada tubuh putra semata wayangnya itu kemudian dia masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya keluar dari komplek perumahan mahasiswinya itu. Zea menghela napasnya panjang sembari melihat mobil sang Dosen pergi begitu saja tanpa pamit. "Sayang," panggil Pandu. Suara bariton Pandu membuyarkan pandangan Zea, gadis itu langsung menoleh ke arah sang kekasih hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN