Warning : Chapter ini dan seterusnya masih daam bentuk skrip lama (tahun 2017/2018) alias belum di revisi.
***
Nara POV. . .
Gue berguling-guling diatas kasur gue, kalo lo tanya gimana perasaan gue sekarang? rasanya gue lagi dalam fase galau, walaupun gue sendiri gak tau galau itu apaan? yang jelas sekarang gue ngerasa kacau, bingung, kesal kecewa dan eheemm. . . Cemburu kayaknya yang bercambur jadi satu. dan kenapa bisa semua itu terjadi? itu Karna seseorang yang menyebabkan segala rasa tidak enak yang gue rasain rasakan orang yang seharian ini gak ngubungin gue ataupun mencoba memberi penjelasan.
"kenapa pula ini cewek cantik banget" gue mendengus kesal ya kali gak kesal lihat foto beginian mana dipostingnya diInstagram kampus lagi Ya tuhan cobaan macam apa ini.
Dan dengan bodohnya sekarang gue malah mandangin ini foto, iya foto yang bikin semua selera gue ilang, foto yang sukses bikin gue spot jantung dan yang kenapa gitu? kenapa gak ada yang ngasi tau gue? padahal ini foto udah nampang dipostingan i********: sejak 3 hari yang lalu, Ya gusti tega amat temen-temen gue.
hayoo kepo ya foto apa yang gue pandangin? ini foto kak Davi kok orang yang katanya pacar gue. gue sih fine-fine aja kalau aja foto kak Davi nya sendirian atau bertiga sama temannya terserahlah lah ini fotonya bikin greget coba gimana enggak ini kak Davi lagi tiduran atau tidur beneran gue juga gak tau bareng sama cewek yang gue gak tau siapa gue gak kenal dan lebih parahnya lagi kak Davi lagi tidur nelentang kepalanya menghadap kanan dan tu cewek tiduran disebelahnya menghadap ke cowok gue dan tangannya dekatan., helooow punya gue tu. . .
ada 3 alasan yang bikin gue uring - uringan berkat foto ini :
1. cemas karna kak Davi gak balas chat gue seharian ini, boro-boro dibalas di read juga kagak
2. gue dengan bodohnya gak tau sama sekali soal foto ini dan gak ada yang ngasih tau gue bahkan sahabat-sahabat gue sendiri dan baru ngasi tau tadi siang
3. ini alasan yang paling bikin gue down ini cewek cantik eeey.. mana putih, tinggi muka mulus rambut lurus udah mirip artis korea dan gue juga baru tau ada mahasiswa yang bentukan kayak gitu gue kira cuma ada di korea, dan setelah melihat ini semua gue jadi ngerasa gak pantes bersanding sama kak Davi T-T.
dan gue sekarang harus apa? gue gak bisa uring-uringan sendiri gue harus nyari temen, Huaaah mama Nara mau curhat, tapi mama gue lagi dinas malam weeee... siapa lagi yang bisa gue ganggu? Novi sama Siska? enggak gue ngambek sama mereka. Aahaaa satu orang lagi yang selalu jadi opsi tempat curhat gue . . .
Bruukkkk. . .
gue membuka kasar pintu kamar hingga terbuka lebar, pintu kamar siapa? siapa lagi kalau bukan orang yang bakal jadi tempat curhat gue, Vino adek semata golek gue.
"dasar cewek barbar" teriaknya kegue begitu pintu gue buka paksa gue lihat dia lagi belajar maklum bentar lagi UN, boleh kah gue menepuk d**a bangga akan adek gue yang ganteng dan suka menuntut ilmu ini? adik siapa dulu dong hehe...
gue menjatuhkan badan gue ditempat tidurnya yang masih rapi sontak dia menatap sinis kegue sambil membuka sebelah earphone nya, "kalo lo datang kesini cuma buat bikin berantakan tempat tidur gue mending lo keluar" ketus amat yak adek gue
"gue mau curhat" gue menelentangkan badan gue sambil menatap langit-langit gue dengar dia menghembuskan napas kasar
"jangan lama-lama gue sibuk"
gue menoleh kearah Vino menatapnya lekat-lekat, yah biarpun kami udah kayak tom jerry tapi dia selalu mau dengerin keluh kesah gue dan dia selalu ngelindungin gue padahal dia adek gue walaupun yah cuma beda setahun tapi dia selalu bersikap seolah-olah guelah yang adik dan dia kakak laki-laki gue, kalau dipikir-pikir sweet juga.
"gue jelek ya?" gue lihat Vino melepas earphone yang tadi masih menempel ditelinga kirinya.
"gara-gara foto itu ya?" weeew adek gue cenayang men, tau darimanakah dia?
"eh kok lo tau?" gue menatap kaget kearahnya ya kali gak kaget dia aja yang gak satu kampus sama gue tau lah gue yang mahasiswa disana plus pacar seorang Arka Davi yang sekarang tengah hangat digosipkan gak tau.
"menurut lo?" dia natap gue jengah dan yang paling ampuh sekarang adalah menatapnya sambil memelas dan benar saja nada bicaranya mulai melembut hehe kelemahan adek gue. "gue lihat Di IG " gue melongo oke kayaknya ini salah gue karna jarang buka sosmed ingatin gue lain kali buat cek sosmed supaya gak ada kejadian kayak gini lagi
gue menghembuskan napas kasar rasanya mulai sesak "mending lo omongin dulu deh sama bang Davi jangan sampai ngambil keputusan sepihak ntar lo nyesel" gak tau kapan adek gue bisa bijak kayak gini bahkan dari tadi gue malah cuma dengerin dia ngomong
"kak davi seharian ini gak ada kabar"
"yah lo coba hubungin lagi sampai dia bales" mendadak gue ngerasa seperti cuma gue yang antusias sama hubungan kami dari dulu selalu aja gue yang spam dia sampai dia balas pesan gue, entah kenapa gue malah ikut kepikiran kenapa dia gak pernah bilang sayang apalagi cinta ke gue, gue merasa bodoh.
"ajak bang Davi ketemuan, omongin baik-baik minta penjelasan dari dia dan baru lo ambil keputusan itupun kalo lo mau hubungan lo sama dia jadi baik lagi" Vino memutar badannya kembali menghadap meja belajarnya "gue masih berharap dia jadi abang ipar gue"
gak sadar gue senyum-senyum sendiri mendengar kata-kata Vino entah sejak kapan kak Davi diterima sekali dikeluarga gue. "tapi terserah lo sih, lo yang jalanin lo pasti tau apa yang terbaik buat diri lo sendiri"
gue bangun dari atas tempat tidurnya dan berjalan kearah Vino
"makasih adek kakak sayang" gue ngacak rambut dia asal dan lo pasti tau gimana ngamuk-ngamuknya dia haha yang penting gue agak legaan
gue berjalan menuju pintu entah kenapa mendadak otak jahil gue muncul "sekali lagi makasih vin" gue menoleh lagi kedalam kamar Vino "oiya salam ya sama susan" gue nyengir kuda kearah Vino gue lihat jelas wajah tegangnya
"lo tau darimana?" wajahnya menegang
"woles, gue bisa jaga rahasia, asal lo baik sama gue" gue mengedipkan mata kanan gue dan langsung berlari kekamar gue sejenak gue dengar teriakan frustasi dari Vino, bodo amat sekarang waktunya tidur biar besok bisa mikir lebih jerni.
***
Author POV.. . .
Davi berjalan masuk keapartemennya , menyalakan lampu dan langsung masuk kekamarnya. setelah meletakkan tas dan jas hitamnya dia menarik asal dasi yang sejak pagi tadi mencekik lehernya membuka kancing kemejanya dan langsung melemparkan pandangan ke arah hp diatas tempat tidur.
Davi tersenyum lebar begitu melihat layar hpnya "gila ini benar-benar spam 57 pesan dan 39 panggilan tak terjawab dan semuanya berasal dari satu orang Nara pacarnya.
"telpon aja kali ya?" belum sempat menekan nomor telpon nara dari baru menyadari jam sudah menunjukkan pukul 23:43 sudah hampir tengah malam dan Dia sudah tau kebiasaan Nara
"hampir jam tengah malam" davi tersenyum melihat foto nara di kontak hpnya, davi tau betul kebiasaan nara yang sudah tidur sebelum jam 10 malam jadi jelas sekarang nara pasti sudah tidur.
davi memutar-mutar hp ditangannya "ngapain lagi lo pake ketinggalan" Davi bergumam seolah sedang bicara dengan hpnya "alamat besok dapat manyunan dari Nara, haha.. jadi kangen udah berapa hari ya kita gak ketemu" davi bicara dengan foto nara harap jangan anggap dia gila
"besok jemput kali ya?" tanpa sadar Davi kehilangan kesadarannya saking lelahnya .
***
Author POV. . .
Davi melajukan mobilnya ditengah keramaian jalan, tepat disamping tempat duduk kemudi dia sudah menyiapkan bucket bunga mawar merah kesukaan Nara dan coklat berukuran jumbo, salah satu cara Davi agar nanti Nara tidak rewel karna sejak kemarin dia tidak membalas pesan nara.
Dengan harapan nara akan mengerti dan merasa terkejut dengan hal yang biasanya dianggap romantis oleh kaum hawa datang tiba² dengan sebucket bunga dan coklat.
Davi memarkirkan mobilnya twpat didepan pagar rumah Nara, jam baru menunjukkan pukul 9 kurang 10 menit, setahu davi hari ini Nara masuk kuliah jam 10 pagi.
Davi menekan beberapa kali bel rumah Nara. sampai pintu dibuka oleh empunya rumah
"Eh Davi" Davi menyalami mama Nara
"Naranya ada ma?"
"loh udah pergi, ada kuliah pagi katanya" Davi nampak bingung karna Nara tidak melapor padanya, biasanya nara akan mengiriminya pesan setiap akan pergi kemana saja, Yah seperti minta izin tapi ini. atau Nara tidak ada kuota? pikir Davi
"Yah udah deh ma kalau gitu Davi kekampus dulu" Davi menyalami mama dan langsung pamit menuju mobilnya dan mama Nara terlihat bingung.
"apa mereka berantem?" gumam Mama saat Davi sudah meninggalkan pekarangan rumahnya, maklum saja jika mamanya berpikir begitu sebab Nara sendiri terlihat hidup segan mati tak mau saat sarapan tadi.
Davi masuk ke dalam mobilnya menoleh kekursi disampingnya, surprise nya sementara ini di pending dulu.
Drrrtt. . .Drrrt. . .
Davi dengan semangat mengeluarkan Hp dari kantong celananya berharap gadis itu yang menghubunginya.
Rama Adiatmadja : Jan lupa rapat BEM jam 10
Davi berdecak kesal "bukan anggota bem tapi diajak rapat" rutuknya
Davi mengecek lagi pesan-pesan dari Nara kemarin, isinya hampir sama seperti
Queen :
- kak. . .
- dimana?
- balas woy
- kakak sayang where?
- kakakakakakakakakakak. . .
- yuhuuuu uda ku sayang
- kakang mas
- kak bales jan bikin khawatir
- kak
- ARKA DAVI BALAS WOOOOY!!!
Davi tersenyum sumringah melihat isi pesannya, tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya jam terakhir Nara mengiriminya pesan pukul 13:12, tidak biasanya karna biasanya nara akan terus menspam nya sampai Davi membalasnya.
Davi melajukan mobilnya yah kemana lagi kalau bukan kekampus karna siang ini dia juga ada jadwal kuliah dan soal Nara mungkin nanti sore dia akan menemui Nara langsung untuk menjelaskan pikirnya.
***
Davi memarkirkan mobilnya kemudian tersenyum memastikan bunganya tidak akan layu sampai nanti sore saat bertemu Nara.
Seperti biasa Ruang BEM terlihat ramai mau ada rapat ataupun tidak pasti banyak mahasiswa yang entah itu memang sedang menjalankan tugasnya atau hanya sekedar numpang ngadem diruang full AC ini.
Davi berbaring disudut ruangan, ruangan BEM ini cukup luas dan atas keputusan bersama meja besar yang biasanya dipakai untuk rapat ala-ala kantoran di tengah ruangan ditiadakan karna mereka lebih suka berguling-guling dilantai.
Davi memperhatikan Hpnya entah mengapa dia merasa khawatir perasaannya terasa tidak nyaman terasa ada yang salah, dan siapa lagi penyebabnya kalau bukan KInara yang seolah lupa padanya "Apa segitu marahnya ya dia?" gumam Davi tapi entah kenapa Davi seolah enggan untuk sekedar mengirimi pesan atau menelpon Nara, lagipula mungkin sekarang Nara sedang kuliah dan dia tidak mau mengganggu.
rupanya apa yang dilakukan Davi saat ini tidak luput dari pandangan duo sahabatnya yang cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan davi yang berguling-guling disudut ruangan. sampai kedatangan seseorang menginstrupsi segala bentuk perhatian. .
"Haii. . . semua Pagi" senyum sumringah dari seorang Gadis cantik bertubuh langsing semampai berkulit putih dengan rambut lurus sepunggung yang dibiarkan terurai dengan wajah cantik mata yang terlihat bulat dan bibir mungil berwarna pink muda. Alona
sontak mendengar suara nan merdu dari Alono semua yang ada didalam ruangan langsung menjawab sapaannya kecuali Davi yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Alona berjongkok disamping Davi yang sedang berbarbaring menyamping menghadap dinding
"Davi tidur ya?" ucapnya Ramah kontan davi menoleh kearah sumber suara seorang gadis dengan celana skin jeans dan kaos putih dengan leher yang cukup renda menampilkan leher jenjangnya.
"Oh. . Hai Lona" senyum Davi sekilas lalu kembali membalikkan badannya menghadap tembok dan fokus kembali pada pikirannya yang berkecamuk antara menghubungi nara sekarang atau memberi surprise nanti sore.
"Cieeeeee" sorak orang-orang didalam ruang BEM melihat Lona masih anteng duduk disamping punggung Davi.
"makan-makan ni,, udah jadian belom tuh" Ucap Nazar yang menjabat sebagai Bendahara 1 BEM fak. Ekonomi ini. mendengar hal itu Rafli dan Rama saling pandang, mereka sebenarnya sudah tau soal foto itu tapi mereka tidak berani memberi tahu Davi yang ada Davi akan mengamuk dan mereka memilih pura-pura tidak tau daripada mereka kena semprotan lahar panas dari Davi.
"kalian apaan sih" Lona terlihat tersipu mal-malu jangan tanya bagaimana ekspresi Davi karna dia sendiri masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Belom ya? Udah langsung jadian aja, bisa jadi the best couple kalian, haha" ucap salah satu dari orang yang ada diruangan tersebut.
"gue kan cewek cuma bisa nunggu" ucap Lona sembari memberi pandangan kearah Davi yang masih memunggunginya dan kembali mendapat ejekan dari mereka.
"haaah. . ." Davi bangkit dari pembaringannya, berteriak setengah frustasi yang membuat semua mata berfokus padanya.
"Udah daripada lo Frustasi gitu mending kalian langsung jadian aja udah dapat restu kok dari warga net" Nazar tertawa bersama yang lainnya sementara Davi menatap bingung kearah semua orang. Rafli dan Rama yang merupakan Ketua dan Wakil Ketua BEM pura-pura sibuk dengan berkas ditangan mereka.
"Apanya yang jadian?" tanya Davi bingung
"ala gak usah ngelak deh, kalian berdua lagi pedekatekan" Nazar menggerakkan telunjuknya kearah Davi dan Lona, Davi menoleh kearah Lona yang tersenyum penuh arti
"apa maksudnya" davi semakin bingung
Nazar mengeluarkan HPnya lalu menunjukkan sebuah postingan i********: yang membuat matanya melotot, foto dirinya sedang tertidur disamping Lona yang juga sedang memejamkan matanya, postingan 4 hari yang lalu bahkan sudah puluhan ribu like dengan ribuan komentar .
dengan cepat Davi mengambil HP tersebut "lo yang posting?" Davi menatap tajam kearah Nazar yang malah terlihat tersenyum bangga "iya dong, kalau mau bilang makasih traktir aja cukup, iya gak ahaha" Nazar tersenyum senang sembari melihat kesekeliling ruangan yang nyaris semua anggota sudah berkumpul untuk rapat.
Dengan cepat Davi mnyodorkan Hp Nazar ke arah d**a pemuda itu dan langsung menarik kerah bajunya, sontak Nazar kaget bukan hanya Nazar tapi juga seluruh orang yang ada disana kecuali Rafli dan Rama yang tidak mau ikut campur bukannya tidak sayang teman hanya saja Davi kalau sudah marah susah dijinakkan.
"Hapus gak" Davi menggeratkan giginya.
"Dav, lo apa-apaan" Lona mencoba melerai sementara yang lain malah mengambil kesempatan untuk merekam kejadia langka tersebut seorang Arka Davi yang tenang sekarang sedang dalam mode marah.
"santai men, gue cuma bantuin kalian kok" Nazar terlihat takut dan langsung mengambil HPnya sementara tangan Davi masih memegangi kerah bajunya.
"Hapus " Davi mengeratkan genggamannya sementara yang lain tidak berani menyela "tapi kenapa? inikan. . ." belum sempat Nazar bicara davi sudah menginstrupsi kembali
"HAPUS, ATAU LO YANG GUE HAPUS DARI KEHIDUPAN INI!!" ucap Davi lantang setengah berteriak membuat seluruh ruangan sunyi tanpa ada yang berani bicara.
"i-iya gue hapus tapi lepas dulu baju gue" Nazar gemetaran menghadapi kemurkaan Davi
Davi mengacak rambutnya frustasi dan mengusap-usap wajahnya kasar hanya satu hal yang sedang ada dipikirannya NARA, dan dia tau sekarang kenapa Nara hanya menghubunginya sampai jam 1 siang. Davi langsung menghubungi Nara walau sudah beberapa kali menelpon tetap tidak diangkat. sementara yang lain termasuk lona hanya bisa terdiam melihat kelakuan Davi
"Gedung Akuntansi ruang 2.2, sekarang dosennya lagi gak masuk" Rama menatap Davi sesaat sambil mengibas-ngibaskan Hpnya., mendengar itu secepat kilat davi menyambar tasnya dan berlalu pergi meninggalkan ruang BEM menuju kelas Nara tentunya.
"Kaayaknya lo bakal babak belur" ucap Rafli santai sementara mahasiswa lain yang menonton kejadian tadi berbisik-bisik mulai menggosip, Lona masih mematung tidak percaya
"maksud lo?" Nazar baru selesai menghapus postingan fenomenalnya, iya dia selaku admin akun i********: kampusnya.
"kalau Davi putus sama ceweknya dia pasti bakal melampiaskannya ke lo karena lo penyebabnya" Rama tersenyum sumringah seolah-olah itu adalah hal yang enteng. sementara Nazar terlihat mulai pucat dan masih syok dengan tindakan seorang Arka Davi yang sedang marah.
"Loh davi udah punya cewek?" tanya seorang mahasiswa yang terlihat tidak percaya. sesaat kemudian semakin banyak yang bertanya soal pacar davi ke Rafli dan Rama sementara keduanya hanya memilih diam. dan Lona? jangan ditanya dia bukan hanya syok dengan sikap Davi yang terlihat barbar tapi juga dengan fakta Davi yang sudah punya pacar padahal selama ini dia menganggap davi menyukainya.
***