EPISODE 5 (AUTHOR POV)

1384 Kata
seorang pemuda celingak-celinguk di tengah keramaian Kantin mencari sosok seseorang yang sejak lama ingin dilihatnya. Sampai sesaat kemudian dia mendapatkan lambaian dari seseorang. "Renoooooo," teriaknya nyaring di tengah keramaian kantin, kontan bukan saja yang dipanggil yang menoleh tapi hampir semua orang yang berada di sana menoleh ke arah suara seakan mereka semua bernama Reno. Tak berapa lama kemudian Reno sudah duduk tepat di samping sang sumber suara sambil tersenyum memamerkan gigi putihnya yang kontras dengan warna kulitnya yang agak hitam. "Lo potong rambut? tumben rapi begini, pendek biasanya urakan nih rambut gak kerawat," ucap Nara sambil memegang kedua sisi wajah lelaki itu dengan kedua tangannya tanpa malu-malu. Dan yang ditanya malah senyum-senyum sendiri menanggapi tingkah temannya yang satu ini, Nara "Ya Ampun Ren berapa hari Lo gak mandi ? Dekil amat!"Nara masih menguyel-uyel pipi Reno tanpa malu dan canggung maklum Reno ini sama halnya seperti Siska mereka sudah kenal sejak SMP dan sekarang entah kenapa mereka juga satu jurusan dan satu kelas padahal dulu Reno mengambil jurusan IPA dan Nara mengambil jurusan IPS. "Biasa kali Ra, gak nyiksa muka Gue juga." Mereka saling pandang beberapa saat, melihat kedekatan itu Novi dan Siska yang sedari tadi menonton dan merasa tidak dianggap oleh dua makhluk yang seolah sudah berabad-abad tidak bertemu ini ikut saling pandang satu sama lain, seolah saling mengiyakan apa yang ada dalam pikiran mereka. "Eheeemm.... kalo mau bikin adegan romance jangan di sini, mojok gih sono gerah ini," celetuk Siska sambil menaik turunkan pakaiannya tepat di d**a solah-olah benar-benar merasa kepanasan. Sementara Novi pura-pura tidak peduli dan malah asik mengunyah bakso yang entah sejak kapan dia pesan. Celetukan Siska hanya ditanggapi cengiran oleh Nara dan Senyum dari Reno, mereka memang sangat akrab, bahkan Nara kadang sering main ke rumah Reno saat masih SMP sebelum Reno pindah ke rumah neneknya yang berlawanan dari arah rumah Nara dan Reno dulu. "Biasa woy. Kelamaan jones sih Lo, gak bisa lihat orang dekat dikit dibilang mesra." Nara melepaskan tangannya dari wajah Reno dan langsung menyeruput es kelapa muda yang sedari dia datang tadi sama sekali belum disentuhnya, bahkan esnya sudah entah berada di mana. "Nih." Reno menyodorkan beberapa bungkus dodol ke arah Nara.  "Oleh - oleh," tambahnya "Dodol apaan nih?" Nara langsung menyomot sebungkus dodol dan langsung membukanya. "Dodol kentang." "Kita gak kebagian nih?" Novi mendongak meminta jatah dan diangguki oleh Siska yang asyik memainkan HP nya karena merasa diabaikan oleh dua makhluk di hadapan mereka ini. "Sekalian buat kalian kok," kata Reno sambil tersenyum ramah seperti biasa. "Lo manjat gunung yang mana lagi sampai bawa oleh - oleh dodol kentang begini?" tanya Nara kepo, secara Reno ini termasuk orang yang tenang dan kalau bicara sangat lembut dan ramah, tapi punya hobi mendaki gunung yang membuat kulit sawo matangnya menjadi lebih hitam karena sengatan matahari dan jarang mandi tentunya. "Daki Nara, mendaki bukan manjat, Lo kata pohon." Reno tersenyum geli. "Gunung Kerinci di Jambi, ini dodol asli dari sana." Dan ketiga gadis itu cuma mangut-mangut mengiyakan seraya menikmati rasa dodol gratis tersebut. "Mau?" tanya Nara pada Reno yang yang sedari tadi bengong melihat kearah Nara yang sedang Minum es Kelapanya.  Reno mengangguk pelan, Nara menyodorkan gelas beserta pipetnya ke arah mulut Reno yang kontan membuat Reno kaget, namun entah terasuki apa Reno malah membuka mulutnya meminum es kelapa yang tadi diminum Nara, tentu hal itu tidak luput dari pandangan Siska dan Novi yang sejak tadi memperhatikan kelakuan mereka berdua. "Enak ?" tanya Nara dan lagi-lagi dijawab anggukan oleh Reno yang sesaat terlihat membeku setelah minum satu pipet dengan Nara, dan lagi-lagi hal itu tak luput dari pandangan kedua sahabat Nara tersebut, membuat siska dan Novi saling pandang. "Oh ya, kok lo mendadak berubah penampilan gini?" Novi mencoba mencairkan suasana yang entah sejak kapan menjadi sunyi. "Nih." Reno menunjuk gadis yang duduk di sampingnya dengan dagu. "Dari sebelum libur udah ngencem Gue buat potong rambut, mending Gue potong rambut daripada dia motong leher Gue." Reno bergedik ngeri yang disambut tawa Nara. lagi-lagi kedua sahabat Nara itu saling pandang memancarkan kecurigaan. "Penurut banget ya Lo? Gak nyangka Gue." Siska menopang kepalanya dengan kedua tangan menghadap ke arah Nara, namun perkataan itu di tujukannya ke Reno, walaupun mereka kenal sejak SMP namun Siska tidak seperti Nara yang dekat dengan Reno, entah mengapa Siska sering merasa ngeri berada di dekatnya, entah apa yang disembunyikan lelaki itu dibalik senyum ramahnya. "Iya dong, penjinak Reno." Nara memukul-muluk dadanya bangga dengan tangan kanannya. "Asem, Lo kira Gue kucing liar?" Reno masih memandangi Nara entah apa yang menarik dari gadis mungil itu. "Lo bukan kucing liar, tapi kucing tersesat dan Gue membawa Lo ke jalan yang bener." Dan berkat kata - kata itu Nara sukses mendapat toyoran dari Siska.  "Sok puitis Lo." Nara manyun memegangi bekas toyoran Siska. "Eh yang pulang kampung, mana nih oleh - olehnya?" "Betul tu Ren untung lo ngingetin, kalo gak bisa lupa Gue malak mereka." Nara dengan penuh semangat memandangi kedua sahabat baiknya itu. "Dikosan ." ucap Siska malas. "Oke pulang kampus kita ke sana." Nara penuh semangat  "Oiya kan kalian satu kosan kok tadi pagi gak bareng?" "Kita bareng kok dasar Lo aja kurang peka," jawab Novi sambil melirik Reno entah apa maksudnya. "Iya ya kok Gue gak sadar? pantesan Lo udah nangkring aja di samping Siska." Nara mengagaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal entah mengapa sejak pagi dia kurang fokus mungkin faktor cuaca pikirnya. "Lo ikut aja Ren," ajak Nara yang disambut kerjitan dahi oleh Reno, sesaat Reno memandang Siska dan Novi bergantian jelas Reno menangkap tatapan tidak suka dari Siska. "Gak ah, takut Gue sama bu Saidah." Bu Saidah yang punya kosan Siska dan Novi yang bukan terkenal karena galak tapi malah terkenal ganjen kepada mahasiswa yang ngekos maupun berkunjung ke kosan miliknya, memikirkannya saja sudah membuat Reno merinding. Belum sempat Nara menyanggah omongan Reno, Reno sudah berdiri mengajak ketiga gadis itu menuju ruang kelas. "Masuk kelas yok, 10 menit lagi jam masuk." Setelah itu mereka membayar makanan mereka dan beranjak menuju kelas. "Sini laptopnya Gue bawain," tawar Reno ke Nara yang disambut baik oleh siempunya laptop. "Kamu download?" Reno berhenti sebentar membaca tulisan yang dikenalinya sebagai bahasa jepang dilayar laptop Nara. "Anime?" lanjutnya yang ditanya mengangguk sambil berjalan di sebelahnya sementara kedua sahabatnya mengekor di belakang mereka. "Sejak kapan lo suka anime? biasanya suka opa-opa." Reno menatap ke arah Nara sambil berjalan dan yang menjawab pertanyaan itu justru Siska yang mengekor dibelakang mereka berdua. "Punya cowoknya," jawab Siska santai dan disambut kerjitan dahi dan wajah yang kaget dari Reno. Reno tak berkata apa-apa, padahal banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya seperti 'Lo punya pacar? Sejak kapan? Kok Gue gak tahu? Kok Lo gak cerita?' dan lain-lain namun urung ditanyakannya, memang sebenarnya tak banyak yang tau soal hubungan Nara dan Davi, hanya teman - teman dekat mereka yang tahu. Sesampainya di depan pintu kelas sudah banyak mahasiswa yang datang lebih dulu mencari posisi yang strategis entah itu untuk benar-benar belajar atau sekedar datang untuk absen dan atau hanya mojok di bangku paling belakang bermain game atau streaming video. "Ni Ra, gue mau ke base dulu." Reno memberikan kembali laptop Nara. "Loh bentar lagi masuk loh Ren," ucap Nara bingung, soalnya bu Yuni ini dosen killer yang gak akan pernah mengizinkan mahasiswa nya masuk setelah beliau masuk, tidak ada toleransi karena itu daripada terlambat lebih baik stay duluan didalam kelas menunggu beliau. "Bentar doang kok." Reno tersenyum dan sesaat kemudian dia sudah hilang di balik dinding setelah berbelok di lorong. "Ra, Ra sini deh." Siska dan Novi menarik Nara duduk di bangku pojok paling depan. "Apaan sih?" tanya Nara kesal setelah Siska dan Novi menarik dia dan mendudukkan paksa dia di atas kursi. "Hubungan Lo sama Reno tu gimana sih?" Mendengar pertanyaan Novi, Nara yang sedang sibuk mengunci layar laptopnya pun langsung menoleh ke arah kedua sahabatnya itu. " Lah kalian kan udah tahu? dia temen Gue sama kayak kalian," jawab Nara bingung mendengar pertanyaan itu. "Hati - hati aja," ucap Siska menambahkah disambung dengan desahan nafas Novi. "Dasar gak peka." "Mau nyebrang jalan Gue kalian suruh Hati - hati?" Nara kembali sibuk memasukkan laptop ke dalam tas karena bu Yuni sudah masuk ke ruangan dan sebenarnya Nara masih bingung dengan pertanyaan Novi tadi entah mengapa dia malah ragu dengan jawabannya tadi, dan entah kenapa Reno seperti menghilang dan sama sekali tidak muncul kembali sampai jam perkuliahan berakhir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN