Gue berjalan tergesa-gesa menuju ke ruang kelas. Gak lucu kan di hari pertama masuk kuliah semester 3 ini gue telat terus diusir gak boleh masuk. Alamat C di KHS gue.
Gue celingukan mengintip ruang kelas 2.2 lewat jendela,kosong. Lah piye? gue pastikan lagi jadwal kuliah yang kemarin dishare di grup kelas. Dan baner jam pertama pukul 08:30 di ruang 2.2. Tapi kok ya kagak ada siapa-siapa! atau mungkin ruang kelasnya diubah? Tapi kok gak ada yang ngasi tahu gue. Padahal gue udah kayak orang kesetanan bawa motor zigzag demi bisa sampe kampus tepat waktu. Akhirnya gue buka chat grup kelas gue yang, WAAAW notifnya lebih dari 999+ gila ngobrolin apa aja coba ini mereka bisa butek mata gue baca ini semua satu-satu, padahal di kelas gue penghuninya gak sampai 30 orang dan banyak juga yang gak aktif di grup. gue contohnya.
Nara : Bang Rek. Kok kelas sepi kayak kuburan? Kalian di mana?
Akhirnya inilah yang gue lakukan chat ketua kelas. Tapi kok ya lama bingit balesnya sampai gue udah nangkring sendirian di kantin gak dibalas juga.
Nara : Wooy Bang masih hidup kagak sih Lo? balas woy.
Rexa Adriano : MBB abis boker gue. jamnya diganti jadi jam 10 neng.
Nara : penting gitu gue tahu?
Kok gak ada yang ngabarin gue sih? berasa gak dianggap. Apa yang kamu lalukan itu jahat
Rexa Adriano : Sapa tahu Lo kepo kan hahaa..
kan udah di share di grup kalau dosennya minta ganti jam. Dosen terbang soalnya.
Nara : Gue gak lihat grup, kalian kejam. Gue kayak anak hilang sendirian di sini
Rexa Adriano : Salah sendiri mager cek grup.
Nara : Grup kayak kandang ayam. Ribut mulu. Grup penuh ghiba.
Rexa Adriano : Grup kelas Lo tu woy.
Nara : He.. oh aja . .
Rexa Adriano : Ciee sendirian.
Nara : Sotoy lo bang.
Rexa Adriano : Lah kan tadi Lo sendiri yang bilang. Palingan Lo lagi di kantinkan sekarang?
Nara : Haha.. Oh iiye.
Dasar cenayang.
Rexa Adriano : Haha.. mau gue temenin?
Nara : Ogah. Lanjut boker sono.
Rexa Adriano : Temenin
Nara : Ish.. dasar menjijikan !!
Rexa Adriano : Haha.. Siska otw tu.
Nara : Oklah gue chat die.
Rexa Adriano : Jangan Lo bunuh (die) dia.
Nara : Serah Lo deh bang, serah. Bye..
Itu yang absurd namanya Bang Rexa Ketukel gue. Kenapa dia di panggil Abang? Yaah karena dia abang tukang gorengan, haha geje. Karna dia lebih tua dari gue tentunya. Kalau gak salah dia 2 tahun cuti kuliah dan lebih memilih melakukan hal yang tidak berfaedah yang kemudian entah dapat ilham dari mana sampai mau lanjut kuliah lagi.
Dan begonya kenapa gue tadi gak nanya sama Siska aja. Udah lama juga gue gak chat dia, jadi kangen.
"Wooy masih pagi buat kesurupan." Reflex gue noleh ke belakang ke arah orang yang memegang bahu gue. Tangannya dingin, suaranya terdengar horor.
"Gue kira Lo tadi yang mau ngerasukin gue. Alamat kemasukan jin Alay gue. Amit-amit," jawab gue asal dan sukses buat dia manyun sambil mengedip-ngedipkan matanya ganjen.
"Kok lo datang pagi banget? salah jadwal?" Siska tertawa geli sembari mendudukkan dirinya di samping gue.
"Ngejek aja Lo. Kalian kejam gak ada yang ngasih tahu gue," rutuk gue. Rasanya pengen gue kutuk aja mereka jadi malin kundang, secara gue udah kayak orang gila bawa motor ke kampus ugal-ugalan gara-gara takut telat lah malah jam kuliahnya di undurin, asem memang.
"Lo gak cek grup?" tanyanya tepat sasaran sambil nyomot gorengan di atas meja.
Gue manyun. "Siapa juga yang kuat iman buat baca segitu banyak chat, ngelihat notifnya aja gue berasa mau Left aja dari itu grup. Setiap saat bergetar. Dan Lo tega gak ngasi tahu gue."
"Lo juga lupa sama gue. Ada gitu selama libur lo chat gue, nelpon gue? Asik pacaran mulu Lo," sewotnya sambil mengunyah gorengan dan gue cuma membalasnya dengan cengiran. Memang iya sih selama liburan gue jarang chat dia. Yah mau gimana lagi salah satu alasannya karna kalau gue chat dia balesnya bisa beberapa jam kemudian bikin gondok aja.
"Ngomong suka gak di filter. Sadar woy gue kalau chat Lo chat sekarang tahun depan baru dibalas."
"Widih asem banget omongannya. Eh neng Lo tu yang kasmaran mulu jadi males gue balasnya paling Lo mau nyeritain cowok Lo terus bikin gue mupeng. Bangke." Gue nyengir menampakkan muka polos, emang iya sih gue suka curhat sama dia soal kisah percintaan gue yang gak seberapa ini.
"Hehe, ya sorry namanya juga lagi kasmaran segala rasanya mau diceritain, gak kuat soalnya kalau dipendam sendiri."
"Eh si Maemunah." Siska mendorong sedikit badanku menunjukkan ekspresi jijik yang menyebalkan. "Kasmaran mulu Lo, bosen gue dengernya udah setahun juga. Masih aja."
"Haha, mangkanya punya pacar," kata gue dan dibalas manyunan dari bibir Siska yang merona gile lipstiknya.. "Oiya kok Bang Rek tahu tadi Lo mau otw?" tanya gue penasaran.
"Oh, Gue baru pindah kos ke kosan dia." Gue membelalak kaget. Ini orang ngomong enteng banget.
"Lo..," Ucap gue menggantung setelah Siska melotot ke arah gue.
"Apa? mikir apa Lo? mikir gak bener ka Lo? Ngaku?" gue ngangguk seketika.
"Maksudnya Gue di kos putri dia di kos putra. Dan kalau Gue mau keluar kos-an harus lewat pagar kosan cowok." Gue manggut-manggut mendengar penjelasan Siska.
"Kirain," bisik gue yang dijawab dengan dengusan olehnya.
"Lo ngapain? Perasaan kita gak ada tugas. Baru juga hari pertama." Siska celingukan ke arah laptop gue. Dan dia langsung menyerjitkan jidat lebarnya yang tertutup poni dan gue tahu persis dia lagi mikir apa. "Lo tu ya mau-mau aja gitu. Lo gak takut cowok lo kelainan? Gimana kalau dia lebih memilih pacaran sama cewek 2 dimensi daripada Lo!" dengusnya kesal.
Gue menatap ke arah laptop gue yang sedang men-download anime, iya anime pesanan Kak Davi yang entah sejak kapan suka nonton beginian. "Gak mungkin." Elak gue sambil nyengir kuda.
"Au ahh. Serah Lo serah. " Siska melanjutkan ritualnya sarapan gorengan seperti biasa. Dia salah dua temen gue yang tahu soal Kak Davi yang pecinta anime dan game selain si Novi. Novi yang entah sejak kapan nangkring duduk di samping Siska yang sama-sama lagi makan gorengan. Terkutuklah kalian yang makan banyak tapi tetap langsing.
Oiya perlukah kalian gue kenalin sama dua makhluk didepan gue ini? Siska Dan Novi? Perlu? Perlu lah yak biar kenal.
Yang berjidat lebar dan berambut panjang bak Repunzel ini namanya Siska rambutnya sepinggang, gue bingung kok dia betah dan gak risih tiap hari nyisirinnya yang gue yakin butuh waktu. Dia anaknya asik dan dia langsing lebih tinggi dari gue hiikksss... dia Snow White dan apa daya aku yang hanya kurcaci. Gak baik ya menghina diri sendiri dan yang penting gue udah punya cowo ketche dan dia masih jomblo haha satu sama.
Siska ini temen gue dari SMP, SMA dan sekarang satu kampus di jurusan dan kelas yang sama. Memang dia Best Friend gue beud. Lo ingat dia salah tiga temen gue yang pernah ditolak cowok gue alias Kak Davi dan gimana cengonya muka dia waktu gue bilang gue pacaran sama kak Davi? Dia gak percaya tentunya sampai gue harus nyeret Kak Davi dulu biar Siska yakin kami pacaran. Dan sampai sekarang dia masih gak percaya kayaknya, soalnya dia sekarang bisa ngobrol sama Kak Davi.
Yang satu lagi mbak-mbak cantik di samping Siska namanya Novi orangnya cantik pake hijab asli Bukit Tinggi. Asli dia baik banget, pinter bikin rendang lagi, mendadak ngiler. Gue kenal dia pas lagi ospek dan kebetulan dapat kelas yang sama. Dia sedikit lebih pendek dari Siska tapi lebih tinggi dari gue, huuuah gue gak suka ngomongin tinggi badan.
Oke lupakan mereka berdua dan lanjut download anime pesanan Kak Davi aja, kan enak nanti kalo udah selesai donlot dia bakal senyum lebar dan bilang makasih sambil ngelus pala gue, uughh jadi gak sabar. Murahan banget ya gue? Bodo amat.
"Syuuut. Arah jam sembilan." Novi memberi kode dan kontan gue noleh ke arah kiri gue "Mana?" Tanya gue bego.
"Arah jam 9 kita." Celetuk Siska yang ngerti gue malah lihat ke kiri gue. mata gue membulat bingung, mereka ngelihatin siape? soalnya kantin mendadak rame maklum udah hampir jam setengah 10.
"Reno" sambung Novi mata gue mencari-cari sosok Reno yang gue kenal.
"Mana?" Tanya gue cengo.
"Itu." Novi nunjuk dengan menggoyang-goyangkan kepalanya. "Yang pake jaket biru ite," sambung Siska dan sampailah mata gue pada si jaket biru item yang lagi berjalan menuju meja kami sambil tersenyum ke (arah gue kah?).