Arumi melangkah dengan penuh semangat menuju kantor. Ini hari pertamanya masuk kerja.
Setelah sebelumnya kerja serabutan, akhirnya kali ini aku mendapatkan pekerjaan yang layak.
Sejak lulus kuliah dan resmi menjadi Sarjana Akuntansi, Arumi Priscanara, S. AK, ia melamar kerja di salah satu grup perusahaan terbesar di tanah air yaitu GRUP KALINGGA. Konglomerasi Grup Kalingga merupakan perusahaan retail terbesar di tanah air, yang meliputi ribuan mini market di seluruh Indonesia, supermarket, department store, hingga mall. Bahkan sekarang ini merambah bidang e-commerce dan memiliki beberapa market place.
Kekayaan pemilik Grup Kalingga seakan tak terbatas, bahkan karyawannya pun menikmati gaji diatas rata rata. Arumi merasa bersyukur diterima kerja sebagai staf di bagian akuntansi. Apalagi gajinya terbilang besar, lebih dari cukup untuknya.
Aku pasti bisa! Kamu harus menjadi Arumi yang sukses. Buktikan diri dan gapai cita citamu. Aku yang tumbuh besar di sebuah panti asuhan bisa bersekolah hingga lulus jenjang kuliah. Semua karena inisiatif untuk mengikuti program beasiswa hingga bisa lulus kuliah dari sebuah universitas negeri ternama. Jangan sia siakan perjuanganmu!
Arumi naik ke lantai tujuh tempat ruangannya berada. Ia duduk di meja kerjanya, tepat di sebelah seseorang bernama Manika Utami.
"Hai, welcome," Manika menyapanya dengan ramah.
"Hai juga," Arumi menyalaminya.
"Kita sama sama staf akuntansi, jangan ragu untuk bertanya kalau kamu bingung," ungkap Manika.
"Thank you," Arumi tersenyum lebar.
Tiba tiba supervisornya yang bernama Yogaswara menghampirinya, "Saya akan mengenalkanmu pada pimpinan bagian ini."
Arumi hanya mengangguk dan tersenyum. Ia mengikuti langkah Yoga memasuki sebuah ruangan.
"Bapak, ini karyawan baru sebagai staf akuntansi. Namanya Arumi Priscanara," jelas Yoga.
"Arumi, yang di sebelah kanan adalah Bapak Yudhistira, Manajer Keuangan dan Akuntansi. Lalu yang di sebelah kiri adalah Bapak Ravindra Wistara, Asisten Manajer Keuangan dan Akuntansi," ujar Yoga.
"Selamat pagi pak, perkenalkan saya Arumi," ia memperkenalkan diri.
Arumi yang tadinya menunduk malu malu mulai memperhatikan atasannya itu. Bapak Yudhistira terlihat sudah berumur, sepertinya usianya lebih dari lima puluh tahun. Sepertinya sebentar lagi pensiun.
Ia lalu melihat sosok lelaki di sampingnya, Bapak Ravindra tampan sekali. Masih muda sekali sepertinya. Hebat juga di usia muda sudah menjadi seorang asisten manajer.
"Selamat datang di perusahaan ini Arumi," Ravindra tiba tiba berkata. "Tolong bekerja sebaik mungkin. Kamu harus siap bekerja di bawah tekanan. Selain itu, penting untuk memiliki keterampilan manajemen waktu. Kamu harus dapat bekerja dengan efisien dan tepat waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas penting. Apalagi, staf akuntansi sering memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang singkat."
"Baik pak," Arumi tersenyum.
"Sudah saja, silahkan bekerja. Yoga akan mengarahkan deskripsi tugasmu," Ravindra menutup ucapannya.
Arumi dan Yoga pun keluar dari ruangan atasan mereka.
"Ok, selamat bekerja dan selamat datang di bagian ini. Nanti Manik akan menginformasikan tugasmu sehari hari. Kalau ada yang membingungkan, kamu bisa bertanya pada saya," jelas Yoga.
"Baik," Arumi tersenyum.
Ia menghampiri Manik dan mulai bertanya tanya. Pagi itu, Arumi belajar banyak hal baru. Manik dengan sabar menerangkan dan mengajarkannya. Hingga akhirnya tiba waktu istirahat.
"Kita istirahat dulu," ujar Manik. "Mau ikut makan siang?"
Arumi menggeleng, "Aku masih ingin baca baca soal laporan ini. Nanti lain kali ya.."
"Siap buk, dibawa santai ya.." Manik menepuk bahunya dan beranjak keluar.
Arumi membaca baca contoh laporan, pembukuan dan masih banyak lagi. Ia juga mempelajari standar prosedur perusahaan.
Banyak juga ya.. Ah, aku beli kopi dulu... Toh ini jam istirahat.
Ia turun ke lantai dasar dan mengunjungi coffee shop yang menjadi langganan para karyawan.
Aku penasaran, kita coba!
Saat sedang mengantri, lelaki di depannya terlihat mencari cari sesuatu di jas yang dikenakannya. Arumi memperhatikannya dari belakang. Dalam pikirannya, Arumi hanya ingin lelaki itu cepat bergeser sehingga ia bisa membeli kopi yang dimau.
Tiba tiba lelaki itu berkata, "Maafkan, tapi dompet dan ponsel saya tertinggal di mobil. Tunggu, saya akan kembali untuk membayar kopi ini."
"Ta-tapi pak," staf coffee shop itu bingung. Namun lelaki tersebut menghilang dengan cepat dari pandangannya.
"Ah bagaimana ini? Bagaimana kalau lelaki itu tidak kembali?" Staf itu menggumam pada temannya.
Arumi merasa kasihan melihat staf tersebut. Ia ikut merasakan apa yang menjadi kegundahannya. Ia pun maju untuk memesan kopinya, "Mmm.. Saya mau pesan americano satu. Dan, mmm.. Kopi lelaki tadi, biar saya bayar sekalian saja."
"Serius mbak?" tanya staf coffee shop tersebut.
"Serius," Arumi mengangguk. "Takutnya dia tidak kembali lagi."
"Iya, mana lelaki tadi menggunakan masker lagi. Jadi aku tidak ingat wajahnya," staf tersebut kebingungan.
"Tidak apa apa, sekalian saja saya bayar," ucap Arumi.
Ia pun membayarnya dan membawa pergi kopi yang ia pesan. Saat hendak memasuki lift, Arumi tanpa sengaja melihat Bapak Ravindra berbicara dengan seorang perempuan yang penampilannya sangat menarik.
Arumi menatap dirinya dan membandingkannya dengan perempuan itu.
Aku dan dia bagai bumi dan langit! Ah, kenapa pula aku membandingkan diriku dengan perempuan itu? Siapa aku?
Arumi hanya tersenyum. Ia pun masuk ke dalam lift.
***
Sagara Gautama bergegas mengambil ponsel dan dompetnya lalu kembali ke coffee shop.
"Sorry. Ini," ia menyodorkan sebuah kartu debit pada staf coffee shop.
"Ba-bapak maafkan. Tapi sudah ada yang membayar kopi bapak," jawabnya.
"Siapa?" tanya Saga sambil mengerutkan keningnya.
"Sa-saya tidak tahu. Orangnya mengenakan celana kerja dan jas abu abu, dengan kemeja putih," jawabnya.
Staf coffee shop itu mencoba melihat sekeliling, "Ah itu pak. Yang sedang masuk ke dalam lift."
Saga pun berlari mengejarnya. Namun sayangnya, saat ia tiba di depan lift, pintunya tertutup. Tapi, ia berhasil melihat sekilas wajah perempuan yang membayarkannya kopi tersebut.
Manis juga..
Saga pun tersenyum.
Thank you untuk kopinya!
Ia pun berjalan memutar untuk memasuki lift eksekutif.
Hari itu, Sagara Gautama hendak mengunjungi sahabat baiknya, Arkatama Kalingga, COO Grup Kalingga sekaligus juga pewaris dari salah satu grup perusahaan terbesar di tanah air tersebut.
Ia dan Tama bersahabat baik. Papanya, Sadendra Gautama adalah teman kecil Ardika Kalingga, papa dari Tama.
Gautama Corporation tak kalah besar dari Grup Kalingga. Keluarga Gautama merupakan pemilik dari perusahaan besar Gautama Raya. Lini bisnisnya yaitu Gautama Properti yang memiliki banyak proyek properti besar seperti Jakarta SuperCity, Perumahan Paradise di Jakarta Selatan, Sun Park Office di Jakarta Pusat, Blue Tower, Sagara Tower, Sadendra Tower, dan proyek-proyek besar lainnya. Saat ini, Keluarga Gautama memiliki kekayaan bersih lebih dari seratus milyar dolar atau setara dengan seratus lima puluh triliun rupiah.
Saga memasuki ruangan Tama yang terlihat sibuk membaca beberapa dokumen di tangannya.
"Apa yang kamu baca? Serius sekali," Saga duduk di hadapan Tama.
"Ini laporan soal adikku.. Tim pencari sudah memastikan kalau dia masih hidup," Tama tersenyum lebar.
Saga hanya membelalak tak percaya.