"Jadi kamu belum sempat coba cara itu?" Thalia bertanya menatap Selena yang duduk di depan meja rias.
"Belum" Selena menggeleng. "Karena mas Radit dan ibunya enggak setuju. Mereka bilang, itu hanya buang-buang waktu aja apalagi kalau enggak berhasil" katanya menatap bayangan dirinya di cermin.
Thalia menghela nafas dan mengalihkan pandangan. "Aku heran deh sama mereka" ia berkata dan Selena menatapnya dari cermin. "Mereka pengen kamu punya anak tapi mereka enggak mengizinkan kamu untuk mencoba cara itu. Padahal kan enggak ada salahnya. Bahkan Radit juga menolak disaat kamu mengajaknya untuk memeriksa ke dokter, dia selalu bilang kalau dia sibuk. Aku jadi curiga deh, jangan-jangan dia sengaja menolak ajakan kamu biar dia punya alasan untuk selingkuh dan menikah lagi"
Selena terdiam dan mendadak membeku di tempat begitu Thalia mengatakan itu. Namun ia merasa apa yang dikatakan oleh temannya ada benarnya juga. Mungkin itu alasan mengapa Radit selalu menolak setiap saat ia mengajaknya untuk memeriksa ke dokter.
"Maaf ya, bukannya aku berpikiran negatif sama suami kamu, abisnya dia mencurigakan sih" tambah Thalia dan Selena tersadar dari lamunannya. "Sekarang dia malah ketauan selingkuh seolah itu membuktikan bahwa kecurigaan aku itu memang benar"
Selena menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan sedikit kasar. "Enggak apa-apa kok, wajar kalau kamu berpikiran kayak gitu. Dan aku yakin semua orang akan berpikir seperti itu" katanya beralih menatap cermin.
"Terus gimana? Kamu udah bicara sama dia?" Thalia bertanya menoleh ke arah teman dekatnya.
"Belum" Selena menggeleng. "Aku pikir udah enggak ada yang harus dibicarakan lagi. Lagipula, dia kan udah ketahuan selingkuh" jawabnya menatap pantulannya di cermin.
"Ya, itu emang benar" Thalia mengangguk dan setuju. "Maksud aku soal keputusan kamu apakah kamu mau tetap bertahan atau... bercerai?" tanyanya dengan sedikit ragu karena ia takut hal itu akan membuat Selena tersinggung.
Selena kembali terdiam begitu mendengar yang Thalia katakan, ia menatap cermin tanpa mengatakan apa-apa.
Thalia, yang melihat Selena hanya terdiam pun mengerti. Ia yakin temannya itu pasti sedang merasakan gejolak di batinnya. Ia tahu betapa Selena mencintai Radit tapi ia juga yakin bahwa berat bagi Selena jika harus bertahan. Apalagi ini bukanlah pertama kalinya Selena disakiti dan disia-siakan oleh seorang pria.
"Selena kamu baik-baik aja?" Thalia bertanya dengan lembut dan mengangkat satu alis.
Selena sedikit terperanjat dan mengalihkan pandangannya dari cermin. "Ya, aku baik-baik aja" jawabnya menganggukkan kepala. "Dan soal pertanyaan kamu... aku belum bisa menjawabnya. Aku masih butuh waktu untuk memikirkannya"
Thalia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan menghampiri Selena, dengan lembut ia meletakkan tangannya di bahu mantan selebriti itu. "Enggak apa-apa kok kalau kamu enggak bisa menjawab sekarang aku enggak bakal maksa. Tapi kalau aku boleh kasih saran kamu harus memikirkannya dengan baik, jangan sampai nanti kamu menyesal dengan keputusan kamu" jelasnya menatap sahabatnya dari cermin.
"Iya, aku tahu. Terima kasih untuk sarannya" jawab Selena menatap Thalia dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Sama-sama" Thalia tersenyum. "Jadi gimana kamu tetap mau ngecek toko kue milik kamu?" tanyanya yang mencoba untuk mengganti topik pembicaraan karena ia tidak ingin Selena terus bersedih.
"Iya, ini aku mau ke sana" jawab Selena menganggukkan kepala. "Tapi sebelumnya aku mau mampir ke rumah Ray dulu"
Thalia sedikit terkejut saat Selena menyebut nama itu. "Ray? Maksud kamu produser sekaligus mantan pacar kamu?" tanyanya dengan dahi yang mengerut.
"Iya, emangnya Ray yang mana lagi" jawab Selena menoleh ke arah Thalia.
"Kamu mau ngapain ketemu sama dia?" Thalia kembali bertanya dan tidak mampu untuk menahan rasa penasarannya.
"Tadi dia nelpon aku dan bilang, kalau dia sedang mengerjakan sebuah film layar lebar dan ada sebuah peran yang sangat cocok buat aku. Aku udah mencoba untuk menolaknya tapi dia mau aku yang memerankan peran tersebut" Selena menjelaskan dan menatap bayangan dirinya di cermin, memastikan penampilannya telah rapih.
"Dan itu berarti kamu menerima tawarannya?" Thalia bertanya mengangkat satu alis.
"Enggak tahu" Selena menggeleng tanpa menoleh ke arah Thalia. "Kan aku belum tahu seperti apa peran itu dan bagaimana film yang akan aku perankan. Itu sebabnya kenapa dia menyuruh aku untuk datang ke rumahnya agar dia bisa menjelaskannya secara detail"
Thalia mengangguk setelah mendengar jawaban Selena. "Ya udah, kalau begitu gimana kalau aku antar ke rumah Ray?" tanyanya dengan satu alis yang terangkat. "Setelah itu aku akan mengantar kamu ke toko kue kamu. Dan mungkin setelah dari sana kamu ingin mengunjungi sebuah tempat untuk menenangkan diri atau kita bisa jalan-jalan sambil shopping"
Selena terkekeh dan menggeleng kepalanya. "Terima kasih untuk tawarannya, tapi maaf aku enggak bisa menerimanya. Aku bisa naik taksi kok dan ke sana sendiri. Lalu soal jalan-jalan dan shopping... kan kamu tahu kalau aku kurang suka shopping jadi aku enggak tertarik dengan hal itu"
Thalia menghela nafas dengan berat dan menganggukkan kepalanya. "Ya udah enggak apa-apa, tapi sebaiknya kamu bawa mobil aku aja kebetulan hari ini aku enggak ke mana-mana"
Selena langsung menoleh begitu Thalia mengatakan itu. "Kamu yakin nyuruh aku bawa mobil kamu?" tanyanya dengan dahi yang mengerut.
"Iya, aku yakin" Thalia mengangguk dan tidak terlihat ragu sedikitpun. "Dari pada kamu naik taksi lebih baik kan kamu bawa mobil aku"
Selena terdiam sejenak dan mencoba untuk mempertimbangkan tawaran Thalia. Sebenarnya ia begitu ingin kembali ke rumahnya dan mengambil mobilnya tapi ia begitu malas jika harus bertemu Radit atau Wulan.
"Lagipula, kenapa sih kamu enggak ambil aja mobil kamu?" tambah Thalia dan Selena menoleh ke arahnya. "Itu kan hak kamu, hasil jerih payah kamu masa kamu tinggalin gitu aja berserta dengan rumah kamu dan isinya. Kalau kayak gitu kamu sama aja memperkaya mereka. Apalagi si nenek sihir itu enak banget dia tinggal ancang-ancang kaki dan menikmati kekayaan kamu"
Selena menghela nafas dengan berat dan beralih menatap ke depan. "Sebenarnya aku juga enggak mau ninggalin rumah itu tapi ibu mertua aku bilang, kalau itu rumah dia juga karena aku telah menikah dengan anaknya. Lagipula, rumah itu udah menjadi saksi bisu atas perselingkuhan mas Radit. Jadi lebih baik aku tinggalin aja"
"Terus gimana mobil kamu? Mau kamu tinggalin juga?" Thalia kembali bertanya dan kali ini ia mulai terlihat kesal karena Selena merelakan harta bendanya untuk suami dan ibu mertuanya yang jelas-jelas telah menyia-nyiakannya.
"Ya, mau enggak mau" jawab Selena dengan sedikit acuh, namun ia merasa hatinya yang terasa berat karena mengingat itu adalah mobil pertama yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya sebagai artis.
"Enggak! Enggak bisa kayak gitu" Thalia menggeleng dan sama sekali tidak setuju dengan keputusan Selena. "Sebaiknya kamu bawa mobil aku biar aku yang ambil mobil kamu. Kalau kamu enggak mau mempertahankan rumah itu seenggaknya kamu masih memiliki sisa harta dari keringat kamu. Apalagi kalau nanti kamu memutuskan untuk bercerai dengan pria itu"
Selena hanya bisa menghela nafas dengan sedikit kasar tanpa berani membantah karena ia tahu ia tidak akan menang jika berdebat dengan Thalia. Jadi lebih baik ia mengikuti kemauan temannya.