Pertemuan Tidak Terduga

744 Kata
Setelah dari rumah Ray dan membicarakan tentang film yang akan ia perankan, Selena langsung menuju salah satu toko kue miliknya yang berada tidak jauh dari rumah mantan kekasih sekaligus produsernya itu. Ia menepikan mobil Thalia dan mematikan mesinnya saat tiba di depan toko kue miliknya. Ia membuka pintu mobil, melangkah keluar dan berjalan menuju pintu masuk toko kue. Ia pun membukanya dan seketika tercium aroma roti dan kue yang memenuhi indera penciumannya. "Aku rindu aroma ini" ia bergumam dan memejamkan matanya, menikmati aroma itu sejenak. "Bu, Selena?" Ia langsung membuka mata saat mendengar seseorang memanggil namanya, ia melihat seorang wanita yang berdiri di balik meja kasir sambil menatapnya. Ia tersenyum dan berjalan menghampiri wanita itu yang merupakan salah satu karyawan di toko kue miliknya. "Hai, Res. Apa kabar?" ia bertanya dengan ramah dan berdiri di depan meja kasir. "Baik, Bu, seperti yang Ibu lihat" jawab wanita itu yang bernama Restia. "Ibu sendiri apa kabar?" "Baik kita kok" Selena tersenyum. "Ngomong-ngomong, gimana penjualan? Ada masalah enggak?" tanyanya mengangkat satu alis. "Alhamdulillah, lancar kok, Bu. Seperti biasa" jawab Restia, membuka laci meja kasir dan mengambil sesuatu. "Ini bukti penjualannya, Bu" ia melanjutkan dan memberikan sebuah buku pada Selena. "Terima kasih, ya" Selena mengangguk dan mengambil buku itu. Ia membukanya dan menatap isinya. "Oh ya, aku hampir lupa" Restia berkata saat ia teringat dengan sesuatu. "Kemarin ada salah satu penggemar Ibu yang datang ke sini. Seorang pria umurnya sekitar tiga puluh tahunan, dia nanyain Ibu, katanya kapan Ibu main film lagi" Selena tersenyum begitu mendengar yang Restia katakan, sudah bukan hal aneh yang lagi jika ada seorang penggemar yang datang ke tokonya hanya untuk menemuinya atau menanyakan tentangnya. Karena hal seperti itu sudah sering terjadi. Bahkan tidak jarang dari mereka yang datang hanya untuk berfoto dan meminta tanda tangan pada Selena, meskipun Selena sudah tidak aktif lagi di dunia hiburan. Namun para penggemarnya masih menyayanginya dan berharap suatu saat nanti Selena akan kembali ke dunia akting. "Terus kamu jawab apa?" Selena bertanya, tatapannya tidak lepas dari buku catatan penjualan sedang ia lihat. "Aku bilang kalau aku enggak tahu" jawab Restia menggelengkan kepala dan Selena terkekeh pelan. "Lagipula, kan emang aku enggak tahu kapan Ibu bakal main film lagi. Makanya aku jawab kayak gitu" "Enggak apa-apa kok, jawaban kamu udah benar" jawab Selena beralih menatap karyawannya dan tersenyum. "Tapi sebentar lagi aku bakal kembali memerankan sebuah film. Mata Restia melebar saat mendengar yang dikatakan oleh bosnya. "Ibu mau main film lagi? Serius, Bu?" tanyanya yang terlihat tidak percaya. "Iya, serius" Selena mengangguk tanpa ragu. "Karena aku ditawarkan untuk memerankan sebuah film, temanya horor dan aku berperan sebagai–" "Selena?" Ucapan Selena terhenti saat ia mendengar seseorang yang memanggil namanya, ia menoleh namun matanya melebar saat melihat Radit yang berdiri tidak jauh di sebelah kirinya. "Mas Radit?" ia bergumam dengan dahi yang mengerut. Sebuah senyuman terukir di wajah Radit saat akhirnya ia bertemu kembali dengan istrinya. Ia berjalan menghampirinya dan berdiri di sebelahnya. "Selena, aku sangat merindukan kamu" ia berkata, meraih tangan Selena dan memegangnya. "Kamu ngapain datang ke sini?" Selena bertanya dengan dingin dan menarik tangannya. Senyuman Radit memudar begitu Selena menarik tangannya dan ia berbicara dengan dingin. "Aku mau menemui kamu" jawabnya menatap lurus ke mata wanita itu. "Menemui aku?" Selena mengerutkan dahi tanpa melepaskan pandangannya dari Radit. "Emangnya kamu enggak kerja?" tanyanya melipat tangannya di d**a. "Kerja" Radit mengangguk. "Tapi tadi ada meeting di luar yang diadakan di sebuah cafe yang berada di sekitar sini. Jadi aku sekalian mampir untuk menemui kamu karena aku yakin kamu ada di toko ini dan ternyata aku benar" jelasnya menatap Selena sambil tersenyum. Selena hanya mengangguk dan beralih menatap buku catatan penjualan tanpa mengatakan apa-apa. "Selena," Radit berkata menatap istrinya dari samping. "Apa?" Selena bertanya dengan dingin tanpa menoleh ke arah Radit. "Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu" jawab Radit, tatapannya tidak lepas dari Selena. "Kalau begitu bicarakan aja aku akan mendengarkannya" Selena mengangguk dan berfokus menatap buku itu. "Tapi aku enggak bisa membicarakannya di sini" Radit berkata dan Selena menoleh ke arahnya. "Gimana kalau kita ngobrol di restoran sekalian makan siang?" ia menyarankan dan mengangkat satu alis, berharap Selena akan menerima tawarannya. "Maaf, tapi aku enggak bisa. Aku lagi sibuk" Selena menggeleng tanpa ragu dan kembali menatap buku itu. Radit menghela nafas dengan sedikit kasar begitu mendengar jawaban Selena, tapi ia tidak mau menyerah, belum. Ia masih mau berusaha untuk membujuk istrinya dan mendapatkan kembali kepercayaannya, meskipun ia tahu itu tidaklah mudah tapi ia akan terus berusaha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN