"Jadi jika ada yang ingin kamu bicarakan maka bicarakan aja di sini" tambah Selena tanpa menoleh ke arah Radit.
"Oke, aku akan membicarakannya di sini tapi sebelumnya bisakah kamu suruh karyawan kamu pergi dulu? Aku ingin bicara berdua sama kamu" Radit berkata melirik Restia yang masih berdiri di belakang meja kasir.
Selena menghela nafas dengan kasar. "Oke, kita bicara berdua. Ikuti aku" katanya dengan tegas dan menoleh ke arah Radit sebelum membalikkan tubuh dan berjalan menuju ruangannya yang berada di toko kue itu.
Radit hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Selena tanpa mengatakan apa-apa.
Selena berjalan menaiki tangga dan menuju lantai dua. Ia berjalan menuju ruangannya dan melangkah masuk ke dalam. "Sekarang katakan apa yang mau kamu bicarakan" ia berkata, membalikkan tubuh dan bersandar pada sebuah meja.
Radit juga melangkah masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintu di belakangnya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan berjalan menghampiri Selena. "Sebelumnya aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan. Aku benar-benar menyesal karena telah mengkhianati kamu. Dan aku tahu, kalau kesalahan aku enggak mudah untuk dimaafkan" ia menjelaskan menatap lurus ke mata Selena, ada penyesalan di matanya.
Selena menghela nafas dan mengalihkan pandangan. "Hanya itu yang mau kamu bicarakan?" tanyanya dengan dingin dan melipat tangan di d**a.
"Enggak, tapi ada hal lain yang mau aku bicarakan" Radit menggeleng dan Selena melirik ke arahnya. Ia mengulurkan tangannya dan memegang lengan istrinya. "Aku mohon tolong berikan aku kesempatan kedua. Jangan akhiri rumah tangga ini karena aku masih ingin bersama dengan kamu. Aku enggak peduli kalau emang kita enggak bisa punya anak karena itu bukan masalah lagi untuk aku. Karena yang aku ingin hanyalah dirimu" tuturnya tanpa melepaskan pandangannya dari Selena.
"Kalau emang itu bukan masalah terus kenapa kamu malah berselingkuh dengan wanita itu?!" bentak Selena menoleh ke arah Radit, ia tidak mampu untuk menahan amarahnya lagi yang sejak kemarin ia pendam.
"Seperti yang aku katakan kemarin, itu hanya pengalihan aja karena aku kecewa sama kamu yang belum juga memberikan aku anak. Itu sebabnya kenapa aku memilih untuk berselingkuh" jelas Radit menundukkan kepala. "Dan sekarang aku sadar bahwa itu bukanlah salah kamu tapi mungkin emang belum waktunya kita diberikan momongan" ia melanjutkan, mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke mata istrinya.
Selena menghela nafas dengan sedikit kasar. "Aku enggak tahu aku bisa memaafkan kamu atau enggak. Kamu benar-benar udah mengecewakan aku, Mas. Dan lagi-lagi kamu membuat aku trauma untuk jatuh cinta" jawabnya dengan dingin dan mengalihkan pandangan.
"Aku tahu, itu sebabnya kenapa aku ada di sini" Radit mengangguk dan kembali menundukkan kepala. "Karena aku ingin meminta maaf sama kamu dan menebus kesalahan aku. Aku berharap kamu bisa memaafkan aku dan kita akan memulainya dari awal lagi. Aku janji aku bakal mengizinkan kamu untuk mengadopsi anak sebagai pancingan, seperti yang kamu inginkan"
Selena menoleh ke arah Radit dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa. Ia tidak tahu harus memaafkan pria itu atau tidak karena ia benar-benar telah kecewa padanya. Tapi ia juga tidak mau jika harus berpisah dengannya sebab ia sangat mencintainya.
***
"Berarti kamu belum juga membuat keputusan?" Thalia bertanya menatap bayangan dirinya di cermin. Akhirnya ia berhasil mengambil mobil Selena dari rumah itu meskipun sempat ada sedikit drama dengan Wulan.
"Belum" Selena menggeleng. "Aku enggak tahu harus bagaimana" katanya menundukkan kepala.
"Kamu harus buat keputusan secepatnya. Aku tahu itu enggak mudah tapi kamu harus tetap melakukannya. Demi kebaikan kamu. Kalau kamu emang mau bertahan maka silahkan, tapi kalau enggak sebaiknya kamu segera urus surat penceraian kamu dengan pria itu" Thalia menyarankan, menatap cermin dan menghapus sisa make up di wajahnya.
Selena menghela nafas dengan berat dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia terdiam sejenak dan menatap langit-langit kamar. Ia merasa apa yang temannya katakan memanglah benar, ia tidak bisa terus seperti ini. Ia harus segera mengambil keputusan. Namun sayangnya, itu tidaklah mudah.
"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik dan ikuti kata hati kamu. Karena hati enggak pernah salah" tambah Thalia tanpa menoleh ke arah Selena.
"Sepertinya aku butuh waktu untuk memikirkannya" Selena berkata dan Thalia menoleh ke arahnya. "Entah berapa lama tapi aku harap itu secepatnya karena aku juga enggak mau terlalu lama terjebak di dalam keadaan yang seperti ini. Tapi aku enggak boleh gegabah, aku enggak mau jika akhirnya aku menyesal karena mengambil keputusan yang salah"
"Aku setuju sama kamu" jawab Thalia menganggukkan kepala. "Dan aku akan mendukung keputusan apapun yang kamu ambil" ia melanjutkan dan Selena beralih menatapnya.
Sebuah senyuman terukir di wajah Selena begitu mendengar yang Thalia katakan, ia merasa bersyukur memiliki sahabat yang begitu pengertian dan selalu menghargai keputusannya. "Makasih, ya"
"Sama-sama" jawab Thalia menatap Selena sambil tersenyum.