Daren lantas tersenyum mendengar ucapan istrinya itu. “Dari awal aku udah tahu, kamu mengalami kondisi yang tidak memungkinkan untuk bisa hamil lagi atau tidak. “Kalau aku tidak berniat menikahi kamu, sudah sejak awal aku ninggalin kamu. Aku cari perempuan lain, yang bisa kasih aku anak dan segalanya.” Daren kemudian memeluk tubuh wanita itu dan menghela napasnya dengan panjang. “Bahkan, yang akan selalu ada di sampingku sampai tua nanti adalah kamu, bukan anak kita.” Daren dan Devya duduk bersama di ruang tunggu rumah sakit, menunggu giliran Devya untuk diperiksa. “Makasih ya, udah mau antar ke sini. Padahal kamu lagi sibuk.” Daren menggenggam tangan istrinya seraya menatapnya. “Kamu lebih penting dari kerjaan aku, Sayang.” Devya mengulas senyumnya. Mereka berbicara dengan khidmat