Part9 | Hidangan Basi

1012 Kata
Waktu pun berlalu, langit sudah semakin gelap. Brice sudah bersiap – siap untuk kembali ke klub. Pria tampan itu membuka pintu mobilnya, dan begitu ia masuk ke dalam mobil. Brice dapat menghirup aroma manis dari parfum yang di kenakan Agnes. Aroma dalam mobilnya ini di d******i dengan aroma tubuh Agnes. Brice menghela napas dalam-dalam, memastikan kalau dia tidak salah. Dia takut jika seandainya dia hanya berhalusinasi saja. Tapi semakin lama, aroma manis itu masuk ke dalam rongga hidung hingga di kepalanya. “s**t!” umpat Brice, sekarang dia dapat memastikan satu hal. Aroma yang saat ini ia hirup sama persis dengan aroma tubuh Agnes. Baru kali ini ada seorang wanita yang mengganggu pikirannya. Selama ini dia menganggap wanita hanya angin lalu. Bahkan pria ini di juluki manusia es tidak berperasaan. Dia akan dengan santai meninggalkan wanitanya usai mereka selesai bercinta. Brice mencoba menfokuskan kembali dirinya, dia melajukan kendaraannya dengan cepat menuju klub yang berada tidak jauh dari Hotel. Begitu tiba, dia masuk ke dalam klub seperti biasa duduk di sudut. Para wanita pun datang menghampiri dirinya. Namun entah alam bawah sadarnya, matanya terus seolah mencari seseorang. Kepalanya sekali-kali menoleh ke arah pintu jika ada tamu yang masuk. Dia sendiri bingung apa dan siapa yang ia tunggu. “Tuan… Anda kelihatan kesal hari ini…” ucap salah satu wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Wanita itu terus saja menggoda Brice, mengusap d**a bidang nan keras milik Brice. “Apa wanita semalam tidak memuaskan Tuan? Padahal semalam aku sudah bersiap untuk melayani Tuan dengan sepenuh hati.” Brice tersenyum sinis dan melirik ke arah wanita tersebut. Wanita seksi, dengan rambut tergerai, ukuran d**a yang besar, tapi Brice tidak tertarik sedikit pun. Dia kembali mengingat bagaimana dia bercinta dengan gilanya semalam, “Dia sangat memuaskanku, bahkan dia menempati urutan nomor satu.” Ucap Brice santai. Wanita tersebut sangat kesal mendengar pujian yang di lontarkan Brice, tapi tentu saja dia tidak akan menyerah begitu saja. “Hmm, itu karena Tuan belum mencoba serviceku. Aku akan membuat Tuan melayang malam ini, bahkan akan terus memintanya kembali Tuan,” ucapnya dengan nada menggoda di telinga Brice. Brice menyeringai dan mendengus, berpikir sejenak. Dia melihat kembali wanita itu dari puncak kepala hingga ujung kaki. “Not bad, apa kita mencoba nya sekarang?” ujar Brice santai. Wanita tersebut seolah mendapat angin segar, sampai – sampai dia tidak dapat menyembunyikan senyuman lebar di wajahnya. “Tentu saja Tuan!” kemudian dia berdiri dan tersenyum mengejek kepada tiga wanita lain. Dia merasa menang karena dari mereka berempat, dialah yang di pilih oleh Brice. Brice berdiri, melangkah semakin ke dalam ruang club. Wanita tersebut sedikit bingung. Bukannya jalan keluar, tetapi Tamunya ini malah masuk ke dalam. “Tuan, kita langsung ke hotel ‘kan?” tanyanya dengan manja. “Heh? Ke Hotel? Tidak perlu? Kita pakai vip room saja,” kekeh Brice, berjalan dengan angkuh . Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. Wanita itu tersenyum senang, merasa kalau Brice sudah tidak sabar untuk bercinta dengannya. “Isss Tuan, aku kan jadi malu…” ucapnya dengan nada mendayu – dayu. Seorang pria bertubuh tegap membuka pintu sebuah room private. “Silahkan Tuan,” Brice dan wanita itu masuk bersama, pintu di tutup dengan rapat. Suasana tenang dan private dari hiruk pikuk di luar pun mereka dapatkan di ruangan ini. Brice melangkah masuk dan duduk di sofa, menyandarkan punggungnya seraya melipatkan tangannya di depan dadanya. “Sekarang tunjukkan padaku, apa yang bisa kamu lakukan,” titah Brice. Wanita seksi itu tersenyum genit dan menggoda, kemudian dia meloloskan gaunnya begitu saja. Menyisakan dua kain yang menutup area sensitifnya. Berjalan dengan anggun ke arah Brice. Wanita seksi itu mulai mencumbu Brice, melepaskan kancing Brice satu persatu. Di usapnya d**a bidang Brice yang begitu alot nan menggoda. Setelah itu dia membuka gesper dan restelting celana bahan Brice, meloloskan milik Brice yang sudah tegang sempurna. Wanita itu kembali menyeringai puas melihat milik Brice yang begitu keras, “Ternyata Tuan Brice sudah sangat tegang karena sentuhanku,” pikirnya senang. Tanpa ragu dia men-service milik Brice dengan mulutnya. Layaknya seorang profesional, Brice pun menikmati permainannya itu. Pria itu beberapa kali menggeram kenikmatan karena kuluman dan hisapan. Brice tidak bisa memungkiri kelihaian wanita itu memanjakan miliknya. “Ssshh….” Desis Brice saat wanita itu melepaskannya dari mulutnya. “Tuan, aku juga sudah tidak tahan.” Ucap wanita itu dengan suara desahan dan napas memburu. Dia langsung berdiri dan melepaskan semua kain yang tersisa dari tubuhnya. Wanita itu naik di atas pangkuan Brice. Mengarahkan milik Brice agar masuk ke dalam tubuhnya. “Euhmm… Ah Tuan. Milik anda sungguh luar biasa.” Gumam wanita itu dengan erotis. Kemudian wanita itu mulai bergerak di atas tubuh Brice. “Ohh Tuan… Ahh…” Di saat wanita itu mulai menggila karena kenikmatan. Brice malah merasakan ada sesuatu yang kurang. Dia tidak mengeluarkan suara geraman ataupun desahan, menandakan dia tidak menikmati permainan ini. “Bagaimana Tuan ? Akh… Aku lebih hebat ‘kan dari wanita itu?” Deg! Deg! Brice membelalakkan matanya, pria itu meneguk salivanya. Gara – gara wanita di depannya ini mengingatkannya tentang Agnes. Membuat tubuhnya bereaksi dengan hebat. Dia langsung berdiri dan membalik tubuh wanita itu agar membelakanginyaa. Brice melakukannya dengan tergesa – gesa. Sudah sejak pagi kepala atas dan kepala bawahnya merasakan nyut-nyut. Wanita seksi itu tersenyum puas, “Ahh ahhh…” suara desahannya memenuhi ruangan ini. Namun pada saat ia hendak mencapai puncak, Brice langsung mencabut miliknya dan menumpahkan miliknya di atas punggung wanita itu. “Hahh… Haahh…” Tapi tentu saja wanita itu tidak kecewa, karena berpikir akan ada sesi selanjutnya, “Aku akan membuat malam ini Tuan hanya bersamaku, dan kami akan melakukannya berkali – kali.” Gumamnya dalam hati penuh harap. Namun itu hanyalah angan. Brice berdiri dan membersihkan miliknya dengan tissue, merapikan pakaiannya. Menaruh beberapa lembar uang di atas meja. “Tu… Tuan?” gumam wanita itu melihat ke arah Brice. Brice menoleh seraya menyeringai dan berkata, “Sepertinya aku mendapat hidangan penutup yang sudah basi, setelah memakan sajian utama yang sangat mahal dan nikmat, bukankah itu sangat buruk?” kemudian berjalan meninggalkan wanita itu. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN