Cleo sampai di kosnya dengan napas terengah dan keringat yang sudah membanjiri kening hingga lehernya. Ia benar-benar kelelahan setelah berlari kencang dari lift, melintasi lobi, lalu berlari sejauh mungkin hingga gedung kantornya tidak terlihat di pandangan lagi. Setelahnya, ia menyetop ojek yang dilihatnya di jalan, dan langsung minta diantar ke kosnya secepat mungkin.
Dari gerbang kos, Cleo berlari lagi masuk ke dalam kosnya. Ia bahkan nyaris lupa membayar ojek, dan beberapa kali kunci pintu kamar kosnya terlepas dari genggaman ketika ia berusaha untuk membukanya dengan cepat.
Sekarang Cleo sudah berada di dalam kamarnya dan terduduk lemas di balik pintu dalam keadaan bersimbah keringat. Pintu kamar sudah ia kunci rapat-rapat, semua jendela juga sudah ia tutup, sehingga siapa pun yang berada di luar dipastikan tidak akan bisa melihatnya yang ada di dalam.
Cleo betul-betul ketakutan setelah apa yang disaksikannya dengan mata kepala sendiri. Masih terekam jelas di benak Cleo bagaimana ia melihat sepasang bola mata Arion Valdi yang semula berwarna cokelat gelap, berubah jadi warna kuning keemasan ketika mereka bertatapan.
Berani sumpah, Cleo yakin ia sama sekali tidak berhalusinasi. Itu benar-benar terjadi! Dan Cleo sama sekali tidak bisa menemukan penjelasan ilmiah apa pun atas kejadian perubahan warna mata laki-laki itu. Semua itu sungguh di luar nalar.
Hingga saat ini Cleo masih ketakutan setengah mati. Rasanya ia bahkan tidak sanggup untuk bergerak sedikit pun dari posisinya yang kini masih terduduk di lantai dan bersandar di belakang pintu. Sekujur tubuh Cleo gemetaran dan rasanya ia mau menangis saja.
Cleo yakin sekali kalau Arion, si Bos Besar itu, bukan manusia. Dan sialnya, kenapa Cleo harus mengetahui itu? Di hari pertamanya bekerja! Cleo yakin, setelah ini ia pasti akan jadi incaran. Ia bisa saja langsung dipecat karena mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak diketahui. Tapi buruknya lagi...Cleo mungkin bisa saja mati karena dibunuh oleh Arion!
Memikirkan itu, akhirnya tangis Cleo pecah.
Tamat sudah riwayatnya. Padahal hari ini adalah hari pertamanya bekerja, namun ia langsung berpikiran untuk resign, dan tidak akan mau menginjakkan kaki ke kantor itu lagi.
Firasat Cleo mengatakan, hal buruk akan terjadi jika sampai ia bertemu lagi dengan laki-laki bernama Arion Valdi itu.
***
Semalaman Cleo tidak bisa tidur sama sekali karena masih ketakuan. Ia benar-benar merasa paranoid, takut jika tiba-tiba akan ada sesuatu yang buruk terjadi jika sampai ia tertidur barang sedetik saja.
Alhasil, semalaman Cleo berusaha untuk membuat dirinya terjaga. Ia sudah membereskan barang-barangnya dan membeli tiket pesawat untuk terbang pulang ke kampung halamannya besok pagi. Cleo tahu, keputusannya ini nekat sekali, di saat ia sendiri belum bisa memastikan apa sebenarnya arti dari perubahan warna mata Arion.
Tapi, mau dipikirkan bagaimana pun, tetap saja tidak akan ada penjelasan masuk akal. Tidak ada manusia yang warna matanya bisa berubah begitu. Jadi, penjelasan satu-satunya adalah faktau kalau sebenarnya, Arion bukan manusia.
Cleo pun teringat dengan percakapannya bersama para rekan kerjanya di kafetaria kantor, terutama teori dari Raden yang menyebut-nyebut soal vampire sebagai pelaku dari pembunuhan misterius yang marak terjadi belakangan ini. Padahal, Cleo sendiri lebih percaya kalau pelakunya adalah orang-orang yang mencari tumbal pesugihan, seperti teori yang disebutkan Tamara. Teori itu lebih masuk akal untuk negara ini, menurutnya.
Namun, gara-gara menyaksikan warna mata Arion yang berubah tadi, Cleo otomatis jadi memikirkan teorinya Raden. Dan bodohnya Cleo, ia justru kian menambah ketakutannya dengan mencari artikel atau teori orang-orang soal itu.
Ada tulisan dari blog seseorang yang Cleo baca, yang mana membuatnya benar-benar panik. Dalam blog tersebut sang penulis mejelaskan bagaimana ia percaya soal vampire yang selama ini menjadi pelaku dari semua kasus pembunuhan itu. Lalu, dijelaskan bahwa sebenarnya makhluk seperti vampire itu betulan ada, termasuk di Indonesia. Dan katanya, salah satu ciri mereka adalah warna mata mereka yang berbeda, meski mereka bisa berkamuflase untuk menyamarkan itu.
Dalam tulisan tersebut dikatakan jika ada beberapa jenis warna mata vampire, tergantung dengan tingkatan kekuatannya. Merah, perak, hingga...emas. Dan vampire bermata emas adalah jenis vampire yang paling kuat.
Bagaimana Cleo tidak ketar-ketir, kan? Mata Arion jelas berubah jadi warna emas ketika melihatnya. Jika memang vampire merupakan pelaku dari pembunuhan misterius itu, maka Cleo bisa jadi akan diincar jadi korban selanjutnya!
Cleo menangis tersedu-sedu memikirkan kalau ia tidak mau mati mengenaskan seperti jenglot, seperti para korban pembunuhan itu.
Setelah membaca tulisan di blog tersebut, Cleo menelepon ibunya. Masih dalam keadaan menangis tersedu-sedu, Cleo bilang kalau ia akan pulang besok, dan tidak mau bekerja di kantornya lagi. Sang ibu jelas khawatir dan bertanya apa masalahnya, dan Cleo hanya bilang kalau bosnya mengerikan.
Cleo tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya secara gamblang lewat telepon, sehingga ia hanya bisa bilang begitu, dan tidak mengoreksi ketika sang ibu berasumsi kalau Cleo mendapat bos yang galak, jahat, dan suka memperbudak karyawan.
Sang ibu juga tidak masalah mendengar Cleo mau pulang. Oh, Cleo bahkan berani sumpah kalau ibunya justru bersyukur karena Cleo mau pulang dan memberi ultimatum jika ia tidak mau bekerja di luar kota lagi.
Karena itu, keputusan Cleo sudah bulat. Besok ia akan meninggalkan kota ini, dan akan mengirimkan surat resign-nya ketika sudah tiba di rumah dengan aman.
Cleo akan berangkat dengan pesawat pukul sembilan pagi. Sebenarnya, ia ingin berangkat lebih cepat dari itu, namun hanya itu lah jam keberangkatan tercepat ke kotanya besok, sehingga ia tidak punya pilihan lain.
Kurang dari pukul tujuh, Cleo sudah siap untuk berangkat ke bandara. Setelah selesai memesan taksi online, ia pun keluar dari kamar kosnya dengan menggeret satu koper besar berisi barang-barangnya.
Namun, baru juga Cleo melangkah keluar dan belum sempat menutup pintu kamar kosnya, ia sukses dibuat lemas hingga menjatuhkan koper di tangannya melihat siapa yang sudah berdiri di depan kamar kosnya.
Ada Kenzie di sana.
Dan seolah tidak cukup melihat salah satu dari dua orang yang sangat tidak ingin ditemuinya lagi, di luar gerbang kosnya Cleo melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir. Salah satu kaca mobil itu terbuka, memperlihatkan Arion yang berada di dalam sana, menatap Cleo dengan sangat tajam.
Lutut Cleo benar-benar lemas rasanya. Lalu, Cleo pingsan.
***
"Sepertinya dia benar-benar shock berat karena kejadian kemarin, sampai berniat untuk langsung pulang ke kampung halamannya."
"Wajar aja, dia kan manusia biasa. Siapa yang nggak akan heran liat mata orang berubah? Dia pasti ketakutan gara-gara Arion."
"Salah Arion juga. Waktu di kos perempuan ini tadi, dia ngeliatin perempuan ini dengan tatapan tajam, seolah mau nerkam saat itu juga."
"Ck, jangan menyalahkanku. Kalian tau sendiri, aku nggak pernah mau dia muncul. Punya mate saja sudah menyusahkan, apa lagi kalau mate manusia!"
"Yah, kamu mau menyalahkan siapa juga memangnya? Sudah takdirnya begitu. She's your mate. Mau nggak mau, mulai sekarang dia harus selalu ada di di hidup kamu."
"Benar-benar sial."
Sebenarnya, Cleo sudah sadar sejak beberapa saat yang lalu. Tetapi ia sama sekali tidak berani untuk membuka mata, terlebih ketika dirinya mendengar percakapan di dekatnya.
Ada tiga orang yang bicara. Dua laki-laki, dan satu perempuan. Cleo tidak tahu siapa perempuan yang bicara itu, namun ia bisa menebak jika dua laki-laki yang bicara tersebut adalah Arion dan Kenzie. Karena mereka lah yang terakhir Cleo lihat sebelum ia tidak sadarkan diri.
Saat ini jantung Cleo sudah berdegup dengan begitu kencang. Ia benar-benar ketakutan. Pertama, karena Cleo sadar bahwa dirinya dibawa ke suatu tempat oleh Arion dan Kenzie, entah kemana ketika dirinya pingsan. Kedua, tebakan Cleo soal mereka yang bukan manusia sepertinya benar, karena Arion menyebut-nyebut Cleo sebagai manusia yang menyusahkan seolah dirinya bukan lah manusia! Dan yang ketiga, Cleo takut ketahuan kalau dirinya sudah sadar sejak tadi, lalu mereka akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.
Cleo menyalahkan dirinya sendiri karena bisa-bisanya ia pingsan. Sekarang, ia pasti sudah ketinggalan pesawat. Oh, bahkan Cleo saja tidak tahu bagaimana caranya ia membebaskan diri dari mereka semua.
"Binar benar, Arion. Mau nggak mau, kamu harus bisa menerima kalau dia harus selalu ada di hidup kamu mulai sekarang. Karena itu, kamu harus bersikap baik ke dia."
"Aku tidak bisa berjanji soal itu."
"Tapi kamu harus. Kalian sudah ter-imprint. Jadi, kalau sampai kamu jauh dari dia, kamu sendiri yang akan kesulitan."
Cleo tidak mengerti apa maksud dari pembicaraan mereka. Dan ia juga tidak mau mengerti karena yang mereka bicarakan terdengar buruk di telinganya.
Ia sedikit berjengit ketika mendengar suara decakan keras yang ditebaknya berasal dari Arion.
Dan Cleo tersentak ketika laki-laki itu kembali bicara.
"Buka mata kamu, nggak perlu pura-pura pingsan lagi. Aku tau kalau kamu sudah sadar sejak tadi."
Cleo semakin ingin menangis.
Ketika tidak ada lagi yang bicara, Cleo tahu bahwa mereka semua menunggu dirinya membuka mata. Bagaimana pula Cleo bisa melakukan itu, di saat ia takut akan langsung disakiti ketika melihat mereka nanti.
Atau...bagaimana jika ternyata mereka semua tidak serupa manusia lagi?
"Buka mata kamu sekarang kalau kamu masih mau selamat."
"Arion!" Perempuan yang didengar Cleo bernama Binar itu pun menegur Arion setelah laki-laki itu memberikan ancamannya. Lalu, ia berujar lembut pada Cleo. "Jangan dengarkan, Arion. Tenang saja, oke? Kami nggak akan menyakiti kamu. Kami cuma mau memberitahu sesuatu yang penting, jadi kamu bisa membuka mata sekarang."
Cleo tahu dia sudah tidak punya pilihan lain. Maka, dengan takut-takut, ia pun membuka mata secara perlahan, kemudian mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya.
Setelah bisa melihat dengan jelas, Cleo pun mendapati tiga orang (yang syukurnya berbentuk manusia), mengerubunginya yang kini terbaring di tempat tidur pada sebuah kamar yang asing meski interiornya bisa dibilang mewah dan elegan.
Di sisi kirinya, Cleo bisa melihat Kenzie yang menatapnya penasaran. Lalu, di sisi kanannya ada perempuan bertubuh mungil dan berambut pendek yang tersenyum padanya. Dan di depan kaki tempat tidur, persisnya berhadapan lurus dengan Cleo, ada Arion yang memandanginya tajam seraya bersidekap.
Perut Cleo rasanya mulas dan jantungnya kian berdetak gila-gilaan hingga dadanya terasa sakit melihat bagaiama sepasang mata Arion kembali mengilat berubah warna ketika tatapan mereka bertemu. Namun, berbeda dengan sebelumnya, kali ini perubahan tersebut hanya terjadi sekilas.
Cleo yang semula berbaring pun cepat-cepat mengubah posisinya jadi duduk. Ia pun mundur hingga punggungnya menempel pada headboard tempat tidur. Ia menundukkan kepala, tidak berani lagi menatap pada ketiganya yang jelas-jelas sudah menculiknya ke tempat ini.
"Tolong...jangan sakiti saya..." ujar Cleo dengan suara bergetar takut. "Maafin saya...saya sama sekali nggak ada maksud buruk apa pun...saya juga janji bisa jaga rahasia..."
Arion terdengar mendengus. Sementara itu, perempuan berambut pendek tersebut mendekat ke arah Cleo dan duduk di tepi tempat tidur, persis di sebelahnya.
Cleo berjengit ketika Binar menyentuh lengannya lembut. Anehnya, sentuhan Binar justru membuatnya jadi sedikit lebih rileks.
"Hei, jangan khawatir," katanya. "Kami nggak ada niat untuk menyakiti kamu sama sekali. Tapi sebelumnya kami minta maaf karena udah bawa kamu ke sini tanpa persetujuan."
Cleo baru berani mendongakkan kepala lagi dan menatap ketiganya satu per satu.
"Kalian...nggak akan membunuh saya, kan? Nggak akan...menjadikan saya korban seperti kasus pembunuhan misterius belakangan ini?"
Binar tertawa kecil. "Nggak sama sekali," tukasnya. "Kita bukan vampire. Aku manusia sama sepertimu."
Cleo baru bisa merasa sedikit lega. Tapi hanya sebentar, karena Binar menambahkan lagi seraya mengedikkan dagu ke arah Arion dan Kenzie.
"Tapi mereka bukan."
"...hah?"
"Aku rasa kamu bisa menebak itu, ya kan? Karena kalau enggak, mana mungkin kamu mau langsung pulang ke kampung halaman setelah lihat perubahan warna mata Arion kemarin."
Cleo menelan ludah. Ia otomatis melirik Arion, dan laki-laki itu masih saja menatapnya tajam dan sinis. Seolah ia sangat membenci Cleo dan menginginkannya lenyap detik ini juga.
Perhatian Cleo kembali beralih pada Binar ketika perempuan itu menggenggam tangannya erat.
"Cleo...kami tau, pasti kamu kaget dan ketakutan sekali karena apa yang kamu lihat kemarin, dan kenapa kamu tiba-tiba dibawa ke sini."
Oh, bahkan itu saja rasanya tidak cukup untuk mendeskripsikan perasaan Cleo karena ini semua. Tapi anehnya, dari cara Binar menggenggam tangannya, entah kenapa bisa membuat Cleo sangat tenang dan bisa bersikap biasa saja. Bahkan, jantungnya yang semula berdegup begitu cepat pun berangsur kembali normal.
"Apa yang akan aku jelaskan padamu nanti pasti akan sangat sulit untuk dipercaya, tapi aku bisa jamin kalau semuanya benar dan sama sekali bukan mengada-ada. Kamu tau kan kalau dunia ini sangat luas? Ada banyak hal yang tidak diketahui seseorang di dunia ini, termasuk hal-hal mistis yang kesannya nggak masuk akal sekali pun."
Cleo hanya bisa mengangguk.
Sebelum melanjutkan ceritanya, Binar terlebih dahulu melirik Arion dan Kenzie yang sedari tadi hanya diam. Tangan Binar pun masih menggenggam erat tangan Cleo untuk membuatnya tetap tenang.
"Jadi...seperti yang sudah kubilang tadi, Arion dan Kenzie itu bukan manusia. Tapi, mereka juga bukan vampire, atau makhluk jahat seperti yang kamu pikir."
Cleo menelan ludah. "Terus?"
"Kamu pernah nonton film Twilight kan, Cleo?"
Lagi-lagi, Cleo hanya mampu menganggukkan kepala.
"Tau Jacob Black?"
"Iya."
"Nah, mereka itu...seperti Jacob Black."
"...werewolf?"
"Bingo."
Cleo menganga. Diliriknya lagi Kenzie dan Arion satu per satu. Masa iya mereka werewolf? Manusia serigala? Rupa mereka jelas seperti manusia sepenuhnya, kecuali...kedua mata Arion yang kembali berkilat berubah warna ketika mereka bertatapan.
Dan seolah tidak cukup untuk membuat Cleo terkejut dalam ketidak masuk akalan ini, Binar kembali menambahkan sesuatu yang lebih mengejutkan lagi.
"Kalau kamu nonton seri terakhir Twilight, kamu tau kan kalau mate-nya Jacob Black itu Renesmee, anaknya Bella dan Edward? Mereka ter-imprint ketika mata mereka bertatapan untuk pertama kali."
Lagi-lagi, Cleo hanya bisa menganggukkan kepala. Ia tahu adegan itu, juga tahu bahwa selama ini werewolfkerap dikatakan sebagai makhluk yang setia dan hanya punya satu pasangan yang telah ditakdirkan untuk mereka seumur hidup.
Perasaan Cleo jadi sangat tidak enak ketika Binar tersenyum kecut padanya.
"Kemarin, kamu dan Arion ter-imprint. Kamu adalah mate-nya Arion, Cleo. Orang yang ditakdirkan untuk jadi pasangan Arion. Dan mulai sekarang, tanpa kamu Arion nggak akan bisa hidup."
Rasanya Cleo mau pingsan lagi. Informasi itu jauh lebih buruk daripada informasi tentang Arion dan Kenzie yang katanya manusia serigala. Meski semua informasi tersebut terasa tidak masuk akal sama sekali, tapi tidak tahu kenapa Cleo langsung mempercayainya begitu saja tanpa ragu sama sekali.
Dan semua itu terasa bagai vonis mati baginya.