L

223 Kata
"Cepat! Cepat! Cepat" Teriak Rendra yang berlari kencang di tengah ramainya pasar kepada kami berempat. "Tunggu!" Teriak Farhan yang tertinggal di belakang. "Ayo, gendut. Larilah! Jangan makan terus!" Ledek Rendra kepada Farhan yang diikuti tawa Layla dan Ali disampingnya. "Rendra anjing" umpat Farhan sambil terus memakan cemilannya. "Jangan diambil hati, Rendra memang anjing" ucapku menenangkan Farhan. "Ayo, kita lari lagi" ajakku. "Ayo" balas Farhan. Kami berlima mulai berlarian lagi menyusuri pasar yang disesaki oleh para pedagang dan pembeli sampai ke sudut pasar. "Bruk" Ali terjatuh menabrak Rendra di depannya yang tiba-tiba berhenti mendadak. "Aduuh" ucap Ali kesakitan. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Layla membantunya berdiri. "Ya, terimakasih" jawab Ali. "Anjing, kenapa kau tiba-tiba berhenti?" Tanya Ali kesal kepada Rendra. "Ada apa?" Tanyaku yang baru tiba bersama Farhan yang masih setia dengan cemilan di mulutnya. "Lihat" ucap Rendra menunjuk sebuah toko barang antik yang bertuliskan huruf "L" yang diukir di atas pintu masuk bergaya Jawa di depan kami. "Wow, apa ada makanan disana?" Tanya Farhan. "Tak!" Sentil Rendra keras pada kening Farhan. "Makan terus" ucap Rendra kesal. "Hehe" balas Farhan yang terus makan. "Mau kesana?" Tanyaku. "Ayo!" Jawab Rendra segera berlari ke arah toko tersebut. Kami berlima memasuki toko tersebut yang terlihat cukup menyeramkan di dalamnya. "Kita pulang aja, yuk" ajak Farhan ketakutan. "Cupu!" Ledek Rendra. "Halo, anak-anak manis" sapa seorang kakek tua kepada kami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN