Entah berapa kali Bevan terus mengulang rasa sesal yang memang melanda perasaannya saat ini. Ia tidak ingin memberi jarak dirinya dan terus memeluk Rosie, meski tubuh itu terus berusaha bebas dan tangisnya masih terdengar sesak Bevan. "Maafin kakak sayang…," lirih, bahkan tak terdengar Bevan menempatkan kening di sisi wajah Rosie. Tak lama ia pun merebahkan Rosie ke sofa dengan Bevan masih memeluknya. Tangan Rosie terus memukuli pundak juga sesekali wajah Bevan. Lemah, tak ada tenaga yang berarti tapi Rosie semakin sesak. "B--iarkan aku… Pergi!" Sepi. Bevan hanya menyamai keberadaan Rosie dengan ia membungkuk kemudian berjongkok di sisi sofa tidur, juga Bevan merampas tangan Rosie agar berada di wajahnya. Rasa sakit juga melanda diri Bevan. Ia tak pernah menyan