Rosie masih menyimpan segenap rasa tidak paham karena Bevan masih saja tersenyum, entah apa maksudnya Rosie malas bertanya. Ia hanya mengamati tangan Bevan membuka pintu dan menendangnya hingga telinga Rosie berdengung. Sungguh, pria itu sudah sering membuatnya ngeri. "Kak," Bevan tak menanggapi. Hanya mengangkat kedua alisnya baginya cukup untuk memberi suaranya, tapi dari sana Rosie semakin erat memeluk Bevan. Apalagi saat Bevan mulai membungkuk dan mereka terbaring di atas ranjang. “Aku boleh tanya sesuatu?” Bevan masih saja menyempatka tangannya membelai paha Rosie. “Kakak kasih waktu satu menit, karena kakak sibuk sayang.” Rosie berupaya menyingkirkan ujung jari yang terus memberikan sensasi rangsangan yang sulit ditolak. “Kakak pacaran ya sama Karin