Diikuti Seseorang

1218 Kata
"Yu kamu ngerasa nggak kalau kita di ikutin mobil putih itu?" Ucap Gatri yang kini meletakkan kepalanya tepat di samping kepala tamannya yang tengah sibuk membawa motor. Mendengar hal itu Ayu langsung melirik ke kaca spionnya, namun mobil itu mengenakan kaca hitam yang tak tembus pandang oleh orang ya g melihat dari luar. "Ada-ada saja kamu Gat mikir kayak begitu, bisa saja kan itu yang nyetir mobil arah tujuannya sama bukan berarti dia ngikutin kita." Jawab Ayu yang kembali fokus ke jalanan. "Masa sih tapi?" Sebelum Gatri melanjutkan ucapannya, Ayu sudah lebih dulu menyelanya. "Sudah lah jangan terlalu berpikir negatif." Ayu menyalakan lampu sein motornya ke arah kiri dan berbelok di perempatan jalan itu, dan benar saja mobil putih tadi juga berjalan ke arah yang sama. "Nah kan Yu mobil itu ngikutin kita lho." Sekali lagi Gatri menempelkan kepalanya dan kini tepat ia letakkan dagunya di atas bahu temannya itu. "Aish ini anak mengagetkan saja, mana nyentuh lagi itu d**a. Keras amat lah busanya." Gerutu Ayu yang tak mungkin bisa terdengar oleh orang yang di bonceng itu. "Sudah biarkan saja lah. Lagian mau apa juga dia ngikutin mahasiswi kayak kita. Sudah jangan ganggu aku dulu." Saut Ayu ketus tapi dalam hati ia juga kini kepikiran dengan ucapan temannya itu. "Masa ya sih itu mobil ikutin kita. Tapi siapa? Nggak mungkin bang Ichal kan? Jelas tadi dia pakai motor bukan mobil. Ah kenapa malah aku jadi mikirin itu sih." Batin Ayu bermonolog sendiri dan kini ia kembali fokus ke jalan yang sudah mulai padat dengan para anak sekolah itu. Lima belas menit berlalu dan kini motor Vario hitam itu sudah terparkir di tempat parkiran pengunjung rumah sakit. Ayu dan Gatri berjalan keluar area parkir dan di sana dua mahasiswi itu melihat mobil putih dengan nomor plat yang sama tengah melintas di hadapan mereka menuju tempat parkiran khusus pegawai rumah sakit tersebut. "Nah kan aku bilang juga apa, itu mobil yang tadi kamu pikir ngikutin kita ternyata memang tujuannya sama kan. Jadi itu orang nggak ikutin kita Get, lain kali nggak usah ke PD an lagi yak." Seloroh Ayu ketika mobil putih itu sudah melewati mereka. "Ya kan jalan lain juga banyak Yu ngapain coba harus samaan jalur sama kita." Gatri masih membela diri membuat Ayu hanya geleng kepala. "Tau ah Get, terserah lu dah." Ayu pun berbalik dan akan melangkah meninggalkan Gatri yang masih diam melihat pemilik mobil itu turun dari dalam sana, namun tangan Gatri seketika menahan langkahnya. "Tunggu Nde, kamu harus lihat dulu siapa yang keluar dari mobil itu!" Seru Gatri seraya menarik lengan Ayu dan untungnya temannya itu tidak terjatuh di buatnya karena tarikannya lumayan kuat. Seorang pria keluar dari sana dengan baju kemeja berwarna biru muda yang begitu rapi serta celana panjang berwarna hitam glossy, rambut di sisir ke samping kiri dengan belahan di atasnya. Setelah menutup pintu mobilnya dengan santai ia kini tersenyum dan melambaikan tangan ke arah dua mahasiswi itu yang malah langsung menoleh ke arah samping dan belakang mereka memastikan siapa yang tengah di sapa oleh kepala rumah sakit itu "Itu serius Yu pak kepala melambaikan tangan buat kita?" tanya Gatri yang kini mencengkram tangan Ayu yang di sampingnya. "Mulai lagi PD tingkat dewanya keluar, sudah ah ayo kita ke ruangan!" Jawab Ayu pura-pura tak tahu padahal ia tahu kalau yang di ucapkan Gatri benar adanya. Pria manis itu tengah menyapa mereka lebih tepatnya menyapa dia sendiri. "Jadi dia beneran ngikutin kami, tapi sejak kapan? Nggak mungkin kan dia punya cermin ajaib buat ngelacak posisi ku. Sistem GPS di kota ini juga belum canggih-canggih amat perasaan." Ayu mulai membatin sendiri. "Bukannya PD Yu tapi lihat sendiri kan di parkiran ini hanya ada kita yang dikenalnya, bahkan orang-orang tidak memperhatikan pak kepala tuh lagian nggak mungkin kak pak kepala menyapa semua pengunjung rumah sakit yang dilihatnya." Gatri membela diri. "Ya kali aja dia orang yang ramah kan jadi menyapa siapa saja, aduh ngapain kita jadi pusingin ini sih. Sudah yuk masuk saja Get!" ajak Ayu sekali lagi. Dan baru saja mereka akan pergi, suara itu menghentikan langkah mereka. "Tunggu dek, kenapa malah cuek sih dari tadi di sapa juga!" Panggil suara itu. Deg. Waktu terasa seakan berhenti saja, dengan suara lembut Imam memanggil gadisnya itu. "Nah kan Yu kita di panggil kan!" Ucap Gatri lagi. "Aduh kak kenapa berani sekali sih manggil di sini, kita pura-pura nggak saking kenal aja kenapa sih?" Gerutu Ayu dalam hati dengan perasaan khawatirnya. "Pagi dek, dan pagi juga buat kamu." Imam nampak berfikir mengingat nama mahasiswi yang satunya lagi. "Ah ya Gatri." Lanjutnya lagi yang sudah ingat dengan senyum malunya. Ayu hanya bisa memberikan senyum dengan sedikit paksaan sekaligus memberikan sebuah kode pada pria itu agar menghentikan interaksi dengannya. "Lho kok pak kepala manggil teman saya Adek. Memangnya kalian ini keluarga ya?" tanya Gatri dengan wajah herannya. "Ya bisa di bilang begitu, aku kakak ketemu gedenya teman mu ini." Imam terkekeh, lihat dia semakin berani saja. "Wah wah begitu ya." Gatri mencoba ikut tertawa kecil. "Hebat kamu Yu, bisa kenalan sama pak kepala begitu bahkan langsung jadi kakak ketemu gede." Seloroh Gatri dengan tatapan penuh tuntutan untuk penjelasan situasi pagi ini. "Get sudah jangan ditekankan begitu!" bisik Ayu pada temannya itu. "Maaf pak kami permisi dulu ya?" Pamit Ayu sesopan mungkin. "Kenapa begitu, kita jalan samaan saja ke dalam!" pinta Imam. "Maaf sebelumnya pak ruangan bapak dan tujuan kami kan berbeda." Ucap Ayu seraya memasang wajah tak enak hatinya, ada kata orang nanti melihat mahasiswi dengan lancang berjalan bersama kepala rumah sakit. "Baik lah, nanti kakak kirimkan pesan ya dek!" Imam akhirnya menurut dan Ayu hanya menganggukan kepalanya. Kepala rumah sakit itu pun berlalu pergi dan kini giliran Gatri yang tiba-tiba mengguncang tubuh temannya itu dengan wajah histeris. "Kalian serius sudah saling mengenal sebelumnya Yu sampai panggil Adek kakak begitu?" tanya Gatri yang kini heboh sendiri. Ayu mengangguk lemah. "Kok kamu nggak pernah cerita sih punya kenalan kepala rumah sakit Yu?" Gatri benar-benar tidak percaya dengan itu. "Ya mana aku tau juga dia pimpinan rumah sakit Get, ya sudah jangan bahas ini di yang lain ya. Apalagi kalau sampai Bu Diana tau. Bisa panjang urusannya." Pinta Ayu dengan wajah pasrahnya. "Ok ok, tapi aku penasaran kok bisa lho kamu kenalan sama pak kepala. Waaah sungguh luar biasa, aku kira kamu beneran cupu nggak taunya kamu suhu Yu." Seloroh Gatri diiringi tepuk tangan. "Maksudnya apa coba?" Ayu tak mengerti dengan kata-kata temannya itu. "Aku nggak nyangka saja kamu yang nggak pernah keliatan deket sama cowok, bahkan modelan mu juga tomboy begitu eh tiba-tiba aja dapat kenalan cowok sekeren itu Yu." Puji Gatri seraya mengacungkan dua jari jempolnya. Mereka pun kini berjalan meninggalkan parkiran itu menuju ruangan pasien yang telah di tunjukkan untuk menjadi sampel mereka dalam penelitian ini. "Ya anggep aja ketiban durian runtuh Get. aku juga kaget, kita kenal juga baru-baru ini kok." Ayu mulai membuka cerita perkenalannya. "Eh tapi kayaknya dia suka sama kamu lho Yu!" Celetuk Gatri. "Mulai lagi?" Ayu mendengus. "Lah ya serius coba aja deh kamu liat tingkahnya, berarti tadi aku benar kan dia itu ngikutin kita dan dengan beraninya dia manggil kamu dak dek lho di sini. Dia nggak jaim buat negur mahasiswa kayak kita di sini!" Jelas Gatri lagi. "Sudah ah jangan bahas itu dulu dah. Kita fokus saja ke kerjaan ini dulu!" Pinta Ayu menghindari topik pembicaraan yang satu itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN