Kejutan Kedatangannya

1047 Kata
"Menyebalkan sekali dasar cewek aneh!" gerutu Ayu yang terus saja berjalan tanpa memperhatikan jalan yang di lewati nya. Imam yang sedari tengah menunggunya di samping motornya yang terparkir di halaman rumah gadis itu sampai menatapnya dengan heran. Ayu yang hanya berjalan dengan kepala tertunduk terus mengoceh sendiri dan lewat di hadapan Imam begitu saja. "Assalamualaikum dek." Imam pun melepas salam setelah Ayu sudah berjarak setengah meter darinya. Seketika itu juga langkah gadis itu terhenti tapi tak langsung menoleh begitu saja ke arah sumber suara. "Kok kayak suara kak Imam. Nggak mungkin aku salah denger kan, atau jangan-jangan itu suara jin yang sedang ingin menyapa?" Gumam Ayu. "Assalamualaikum dek?" Sekali lagi Imam mengulang salamnya. "Lah kok suaranya ada lagi?" Ayu mulai berbicara sendiri yang jelas terdengar juga oleh Imam karena ia tidak sedang berbisik seperti sebelumnya. "Ya emang orang nya juga ada di sini dek." Kini Imam mendekat dan berdiri tepat di belakang gadis itu. Gadis cantik itu pun berbalik dan kini mereka terpat berdiri menghadap satu sama lain dengan jarak yang sangat dekat. Imam pun memberikan senyuman nya yang tentu saja merupakan candu buat orang yang melihat itu. Ayu sendiri masih belum bereaksi karena rasa tak percaya kalau pria yang baru di kenalnya itu saat ini tengah berada di rumahnya. "Malah ngelamun dia sekarang, dek tadi ngedumel kenapa sih sampai nggak sadar ada orang?" tanya Imam dengan sebelah alisnya yang terangkat namun Ayu masih tetap diam dan hanya menatap wajah manis di hadapan nya itu. "Lah kok masih diem dek?" Imam melambaikan tangan di depan wajah Ayu yang masih tak bereaksi. "Eh maaf kak!" Ayu pun menangkap tangan itu dan menurunkan dari hadapan wajah nya kini posisi tangan itu saling bergenggaman satu sama lain. "Kakak kok nggak bilang-bilang mau ke rumah? Sudah lama?" lanjut Ayu yang sudah mulai tersadar dari mimpi siang harinya. Imam tersenyum kembali sambil menikmati suasa itu, membiarkan tangannya berada dalam genggaman lembut tangan gadisnya. "Lumayan sepuluh menit yang lalu, tadinya aku mau ikut mengantarkan dua kakak kembar mu itu tapi sepertinya aku terlambat karena masih ada jadwal piket." Tutur Iman yang kini malah mengangkat sebelah tangannya lagi dan meletakkannya di atas kepala Ayu, mengelusnya sebentar dan menarik tangannya kembali. Perlakuan yang sederhana tapi begitu berkenan di hati. So sweet lah. "Eh ya adek baru saja pulang mengantar mereka. Ayo kak masuk dulu, panas hawanya di sini!" Ayu malah jadi salah tingkah dan kini ia masih tak sadar kalau dirinya bahkan sampai menarik tangan itu menuntunnya masuk ke dalam rumah. Imam hanya tersenyum dengan hati bahagia mengikuti langkah wanitanya. "Assalamualaikum." Ayu mengucap salam seraya mendorong pintu rumah nya. "Wa'alaikum salam, ehem yang lagi gandengan sudah pada kemana?" Sang mama yang tengah berdiri di ruangan depan memberikan kode menggoda pada anak gadisnya. "Siang Tante." Sapa Imam kini dengan senyum canggungnya. Sementara Ayu kembali salah tingkah dan melepaskan tangan yang sedari tadi di genggaman nya begitu saja lalu bergegas mendekati dan memeluk wanita yang ada di hadapannya itu. "Mama sudah pulang? Kok nggak ngasi kabar juga?" tanya Ayu yang kini tengah bermanja dengan memeluk sang mama. "Kamu nya saja mungkin yang lagi sibuk jadi lupa dengan keberadaan mama!" Seloroh wanita yang biasa di panggil Ratna itu. "Ih mama apa-apaan sih, Ayu kan beneran nggak tau!" Ayu memerah, Ratna pun menjawil ujung hidung anaknya sementara Imam masih berdiri di sana seraya memegang tekuknya yang tak kenapa-kenapa. "Orang tadi kamu juga sibuk gandengan kok?" bisik Ratna di telinga putrinya itu. "Ish adek nggak sengaja mah, kelolosan!" Wajah Ayu memerah. "Dasar kamu." Ratna kembali berbisik. "Eh sampai lupa ayo nak masuk. Kalian belum makan siang kan, mari kita makan siang bersama!" lanjut Ratna yang kini mempersilahkan tamu anak bontotnya. "Terimakasih tante." Imam pun mengikuti langkah dua wanita itu yang sepertinya akan berjalan menuju dapur. "Mari silahkan di nikmati hidangan seadanya saja. Maaf ya nak Imam di sini hanya ada Tante yang menemani karena papa Ayu masih ada pekerjaan di luar kota." Ratna sekali lagi mempersilahkan tamunya untuk duduk. Wah sepertinya ada yang di sambut baik oleh calon mertua. Kini giliran Imam yang salah tingkah dan merasa sedikit canggung. "Ya Tante nggak apa-apa kok, terimakasih banyak. Saya juga belum melakukan kunjungan secara resmi." "Wah berarti akan ada kunjungan resmi nanti nya?" Ratna malah memancing percakapan ambigu itu dengan wajah sumringahnya. Ayu pun melebarkan kedua matanya ke arah sang mama. "Mama ini ngomong apaan sih." Gumamnya. Lagi-lagi Imam hanya menyuguhkan senyum manisnya itu. "Bismillah, semoga semua berjalan baik Tan." Ucap Imam yang kini sudah duduk di tempatnya tepat berhadapan dengan gadis pujaannya yang tengah memasang wajah tak percaya nya mendengar perkataannya itu. Lampu hijau ternyata sudah menyala, Ayu semakin merasakan panas di wajahnya. Percakapan apa yang tengah berlangsung di meja makan siang ini. Beruntungnya ia masih bisa mengendalikan diri kalau tidak mungkin sekarang mulutnya masih terbuka lebar karena rasa terkejutnya. "Apakah ini bisa di sebut acara meminta izin untuk menikahi seorang anak perempuan pada orang tuanya?" Ayu bermonolog sendiri dalam hati. "Aduh sepertinya aku tidur terlalu miring sampai mimpi ku jadi berlanjut aneh begini?" lanjutnya lagi. "Mari silahkan makan dulu." Ratna mempersilahkan. Meja makan itu pun hening dari percakapan mereka yang ada kini hanya dentingan suara sendok dan garpu yang tengah beradu dengan piring. Imam juga ternyata tak menolak tawaran keluarga itu untuk makan siang bersama mereka. Poin baik yang menjadi nilai plus di orang tua sang pujaan hati adalah ia tampil apa adanya. Tak perlu harus malu-malu kucing atau sok jaim. Momen ini juga merupakan pertama kalinya Ayu dikunjungi teman pria spesial nya ke rumah selain teman kampusnya dan sekolahnya dulu. ***** Di luar sana mentari masih sangat semangat menebarkan cahayanya. Acara makan bersama itu telah selesai, namun mereka masih duduk di sana karena masih ada Bu Ratna. "Mama tinggal ke dulu ya, kalian lanjut kan saja ngobrolnya." Pamit Ratna undur diri dari meja makan itu. "Kalau nak Imam mau istirahat bisa juga kebetulan ada satu kamar kosong di sini. Jangan sungkan kalau sudah ada di rumah kami." Lanjut Ratna sebelum akhirnya ia meninggalkan anak gadisnya itu bersama temannya. "Ya Tante terimakasih banyak." Imam tersenyum seraya menundukkan sedikit kepala nya. "Kakak mau sholat dulu?" tanya Ayu kini pada Imam tinggal mereka berdua saja di ruangan itu. "Nggak usah dek. Nanti kakak sholat di rumah, kakak mau langsung balik." Imam pun berpamitan dan pertemuan singkat mereka hari itu berakhir di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN