"Wah terimakasih!" Alesha kegirangan seraya bertepuk tangan.
"Ngapain juga sih harus pulang bareng aku. Kenapa nggak biarin aja suaminya ke bandara sendiri kalau ujungnya dia malah pulang sendiri!" gerutu Ayu dalam hati.
"Kakaknya mbak Ayu mau pergi kemana?" Alesha memulai percakapan.
Mobil telah melaju meninggalkan bandara.
"Pergi kuliah mbak." Jawab Ayu singkat, ia benar-benar tak ingin berbicara banyak dengan wanita itu.
"Owh kalau suami ku ada perjalanan dinas ke luar kota." Alesha mulai kembali sok akrab dengan tawa kecil setelah mengakhiri ucapannya.
"Aku kagak nanya mbak. Jadi kagak usah ngasi tau suami mu mau kemana bukan urusan ku." Sinis Ayu dalam hati yang sudah mulai dongkol.
Ayu kembali diam dan hanya melihat ke luar jendela menikmati setiap jengkal jalan yang terlewat. Wanita yang ada di samping nya juga terdiam, wajah cerianya yang sedari tadi ia perlihatkan seketika menghilang dan berganti dengan wajah murungnya layaknya langit yang tadinya begitu cerah tiba-tiba di penuhi awan hitam.
"Lah dia bisa diem juga ternyata!" Ayu membatin namun kini ia melihat sosok suram wanita itu dari pantulan bayangannya di kaca mobil itu. "Tapi dia diem malah jadi horor ya? Tadi aja cerah ceria malah sekarang jadi kelabu? Tapi masa ya aku harus ngajak dia ngobrol. Ah biarkan saja lah bodo amat!" Lanjut Ayu bermonolog sendiri dalam hati.
"Maaf kan aku jika aku sering menganggu mu!" Ucap Alesha lirih.
"Eh." Ayu dengan cepat menoleh karena sedikit terkejut mendengar ucapan itu.
"Telinga lagi nggak salah denger kan yak? Jadi selama ini dia sadar kalau dirinya hanya menjadi pengganggu ku. Eh nggak lama sih baru-baru ini maksudnya." Ayu masih senang membatin sendiri bahkan sampai meralat ucapannya sendiri.
"Aku hanya ingin mencari teman? Karena waktu ku tidak lama di sini?" Lanjut Alesha masih dengan suara lirihnya.
"Eh drama seri apa lagi ini?" Ayu masih membatin.
"Maksud mu?" Ayu pun akhirnya bersuara dengan wajah bingungnya.
"Aku tau tentang hubungan kalian di masa lalu." Tambah Alesha lagi yang kini menatap Ayu yang tengah duduk di sampingnya itu.
"Hubungan siapa maksudnya mbak. Maaf saya tidak mengerti." Ayu semakin bingung.
"Hubungan mu dengan suami ku!" Alesha semakin menatap dalam.
Tapi Ayu kini malah tertawa mendengar pernyataan itu. "Maaf kalau saya tertawa, jangan tersinggung. Hanya saja sepertinya mbak salah mengerti tentang hubungan yang mbak maksud." Ayu mencoba meluruskan.
"Aku tau mbak suami ku masih menyukai mu. Hanya saja dia terpaksa memilih ku karena penyakit ku ini." Alesha mulai berkaca-kaca.
"Eh eh jangan begitu dong mbak. Jangan nangis di sini." Ayu mulai panik karena ia tak mau nanti ada kesalah pahaman di sana. "Hubungan ku dengan suami mbak itu hanya sebatas teman saja dan itu sudah berakhir bertahun-tahun lamanya dan perkenalan itu juga hanya berlangsung beberapa bulan saja dan itu pun kami tak pernah berjumpa lagi. Jadi jangan sampai ada hal yang mengaitkan ku dengan pernikahan mbak sekarang." Ayu mencoba menjelaskan, "eh jadi bohong dikit lah toh juga aku ketemu terakhir kemarin karena kebetulan saja kan mau ngetes dia mau ketemu aku lagi apa nggak. Lagian juga nggak ngapa-ngapain cuma jemput di pelabuhan aja dan dia juga malah menghilang kan. Mana aku tau juga dia mau nikah." Ayu hanya bergumam sendiri dalam hati.
"Tapi jelas dia masih menyimpan rasa, buktinya kalian bertemu lagi bahkan mbak Ayu yang jadi MUA kita." Alesha mulai memojokkan.
"Aduh itu mah beda cerita mbak. Aku juga mana tau mbak dan suami adalah salah satu customer mama ku di butik. Sudah lah mbak jangan mikir yang aneh-aneh, jangan suka buat kesimpulan sendiri. Kalau mbak hanya mendekati untuk hal ini lebih baik berhenti saja mbak. Aku tidak mau berurusan dengan kalian, apalagi sampai harus mengetahui rumah tangga kalian. Jangan sampai ada kesalah pahaman dan fitnah nantinya." Ayu mulai terus terang saja karena dia juga sudah jengkel dengan kelakuan mereka.
"Tidak mbak justru aku ingin menyatukan kalian lagi." Tolak Alesha cepat.
Ayu semakin tak mengerti di buat nya ia bahkan sampai tak sadar membuka mulutnya membentuk huruf O.
"Ini perempuan maunya apaan sih tadi kayak nyalahin orang eh sekarang kenapa malah sok mau jadi kayak malaikat penolong." Gerutu Ayu dalam hati, jujur dia sudah sangat kesal.
"Aduh mbak jangan aneh-aneh deh. Aku tidak ingin dipersatukan dengan suami mbak itu. Mbak lebih baik turun aja ya nanti pak Danang panggilkan taxi dari pada mbak tambah ngelantur ngomongnya." Sabarnya sudah mulai habis.
"Nggak mbak aku serius. Aku tadi kan sudah bilang aku tidak akan lama lagi ada di dunia ini mbak. Dan aku mau mbak ganti kan posisi aku sebagai istrinya bang Ichal." Alesha malah semakin menjadi.
Ayu semakin tak mengerti dengan jalan cerita ucapannya itu. "Wah tambah ngawur mbak ngomongnya. Maaf mbak aku nggak berminat." Ayu mulai tegas. "Pak Danang tolong ke pinggir!" lanjutnya lagi memberikan perintah pada sang supir dan mobil itu pun menepi.
"Silahkan anda keluar dari sini, maaf kalau aku tidak sopan tapi sepertinya Anda salah orang. Dan satu hal yang perlu anda ingat jangan mengganggu ku lagi. Aku juga tak pernah berminat dengan suami mu apa lagi harus mengganti kan mu menjadi istri cadangannya." Tegas Ayu yang kini mengusir wanita itu dari mobilnya.
"Tapi mbak!" Alesha menolak hanya saja pintu mobil sudah di buka lebar oleh pak Danang.
"Silahkan anda turun!" Sekali lagi Ayu melebarkan matanya dengan tangan yang menunjuk ke luar.
"Mari mbak silahkan keluar!" ucap pak Danang.
Alesha pun akhirnya turun, ya caranya kali ini memang salah dan sangat tak sopan. Setelah wanita itu keluar pak Danang pun menutup pintu kembali dan bergegas masuk ke dalam mobil. Sementara Ayu melipat tangan dan fokus menatap ke depan tanpa melihat wanita itu lagi. Ia sunggu merasa kesal di buatnya.
"Kita jalan nak!" Ucap pak Danang melirik spion yang ada di atas kepalanya memastikan bahwa nona mudanya itu baik-baik saja.
"Ya pak jalan saja. Tolong kejadian ini jangan sampai di tau sama mama dan papa. Karena nanti akan menimbulkan masalah hanya karena salah paham!" pinta Ayu.
"Baik nak. Tapi ngomong-ngomong kenapa sampai wanita itu berbicara seperti itu nak?" Maaf bukan bapak mau ikut campur." Tanya pak Danang dengan tak enak hati sebenarnya dan dengan cepat Ayu juga meluruskan itu.
"Saya juga tidak mengerti pak, dia hanya pelanggan mama di butik kemarin tapi kelakuannya sudah melebihi batas. Sepertinya dia sedang bermasalah dengan pikiran sehatnya. Saya juga tidak mengerti apa yang dia ucapkan tadi." Jawab Ayu dengan tegas.
"Dia memang beneran gila seperti yang pernah Abang cerita kan dulu." Batin Ayu.