Perpisahan dengan Dua Kakak Kembar

1002 Kata
"Baik-baik di rumah ya bontot!" pesan Aichal seraya merangkul tubuh sang adik yang duduk di sampingnya. Agil juga tak mau ketinggalan merangkul saudarinya itu, mereka bertiga memang tengah duduk berdampingan di kursi penumpang bagian tengah mobil sedan itu, wajah sedih mereka tak dapat di sembunyikan. Hari perpisahan pun kembali tiba, kini Ayu akan bersiap mengantarkan dua orang kakak kembarnya yang tersisa di rumah siapa lagi kalau bukan Agil dan Aichal. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan dengan sang supir. "Kenapa kali ini kita malah jadi cengeng semua sih? Perasaan kemarin pas nganterin Anul kita nggak secengeng ni." Lirih Agil yang mulai berkaca-kaca, kini Upin Ipin itu memeluk sang adik bersamaan. "Ya nih kenapa jadi mengandung bawang sih acara pelepasan kepergian kita!" tambah Aichal. "Itu karena kalian durhaka sama aku jadi kalian sedih kan sekarang." Ayu menimpali yang sontak membuat ke dua kakak kembarnya itu melepaskan pelukan mereka lalu membuat jarak dari adiknya memojok ke masing-masing sisi pintu mobil itu. "Yang ada kamunya adik yang nggak tau diri. Udah ah nggak jadi sedihnya!" Agil membuang muka dengan melipat tangannya. "Tau nih anak kurang asem memang!" tambah Aichal. "Aish kalian mah nggak bisa si becandain. Sudah siap-siap dah bentar lagi mau sampai tuh?" Ayu mengisyaratkan dengan memonyongkan bibirnya kalau mereka sebentar lagi akan sampai di bandara. Dua kembar itu mendekatkan diri mereka lagi ke adik perempuan nya itu. "Abang gulali mu nggak ikutan nunggu lagi di bandara?" goda Aichal seraya menurun naikkan alisnya. Ayu yang terhimpit dua lelaki tampan itu kini bingung sendiri. "Abang gulali siapa?" gumam gadis itu. "Hadeh pura-pura Oneng dia. Ya cowok mu itu lah emang siapa lagi?" Agil malah jadi gregetan liat adikny yang tiba-tiba jadi sepolos itu eh atau mungkin dia udah jadi pelupa. "Cowok yang mana sih?" Ayu tambah bingung. "Imam lah emang siapa lagi?" pekik Agil dan Aichal kompak. "Oh. Hehe." Ayu malah cengengesan seraya menggaruk tekuknya yang tak gatal. "Dia nggak di undang ke sini juga?" tanya Aichal sekali lagi. "Nggak lah, ngapain ngundang orang ngater ke bandara kayak orang mau lepas kepergian TKI aja." "Oooooowwwh." Dua kembar itu hanya ber oh panjang seraya mengangguk-agukan kepala mereka. "Kita sudah sampai nak!" informasi sang supir menghentikan pembicaraan mereka. "Bapak mau turunkan koper kalian dulu!" pamit pak Danang yang lebih dulu turun dari mobil. "Kami berangkat dulu ya dek, kamu baik-baik di rumah ya sama mama dan papa." Mereka kembali berpamitan dan saling berpelukan bersama. "Kakak kakak juga hati-hati ya, kuliah yang benar biar cepat selesai dan cepat pada kembali pulang!" pesan Ayu yang kini mulai berkaca-kaca. "Sudah nggak usah mewek kayak kita mau jadi TKI aja di sono yang nggak pulang-pulang!" Agil melepaskan pelukannya. "Yang ada mah bang Toyib yang nggak pulang-pulang bodoh!" tambah Aichal. "Tuh kakak udah siapkan pengawas dan penjaga pengganti kami!" Bisik Aichal sebelum melepaskan pelukannya. Ayu langsung mematung di tempatnya mendengar hal itu. "Siapa?" gumamnya dalam hati. Para pria tampan itu pun keluar dari pintu mobil mereka masing-masing menyisakan Ayu yang masih berdiam diri dengan pikirannya di dalam sana. Sebelum keluar gadis itu menciri pandang dari ekor matanya. "Tidak ada siapa-siapa pun?" Gumamnya dan ia pun kini turun menyusul kakak kembarnya. "Sudah kamu masuk saja lagi ke dalam mobil. Tidak ada siapa-siapa di sini, kami mau langsung ke dalam!" perintah Agil yang langsung membuat Ayu memasang wajah herannya sementara Aichal hanya tersenyum jahil. "Aish dia mengerjai ku lagi kan." Gerutu Ayu dalam hati yang tengah menyembunyikan rasa kesalnya agar tak terlihat oleh kakaknya itu. "Ngarep ya?" goda Aichal lagi. "Nggak tuh biasa aja!" jawab Ayu ketus dengan membuang muka ke sembarang arah namun sayangnya ia malah menangkap sosok yang tak ingin di jumpai nya dengan cepat ia mengalihkan pandangannya lagi namun sayang wanita itu sudah melihatnya terlebih dulu. "Apes banget dah, sudah kerjain sama ini Ipin malah sekarang ketemu sama cewek itu lagi." Batin Ayu merutuki diri sendiri. "Ya sudah kak aku masuk ke mobil duluan ya, hati-hati di jalan bye bye!" Pamit Ayu tergopoh-gopoh melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobilnya. Agil dan Aichal kini saling menatap satu sama lain dengan wajah bingung mereka atas sikap sang adik. Giliran mereka kan sekarang yang bingung sendiri. "Itu adik kamu kenapa sih? Aneh banget, di habis lihat apaan sih?" tanya Aichal ke Agil dengan mengangkat sebelah alisnya. "Enak aja, itu juga adik kamu tau. Entah lah mungkin habis liat setan kali." Jawab Agil ketus. "Sudah ah yuk kita masuk aja!" ajak Agil yang mulai menggeret kopernya masuk ke pintu keberangkatan penumpang. "Dasar lu kagak ada terimakasih dulu kek." Protes Aichal. "Terimakasih ya pak sudah mengantar kami, hati-hati di jalan bawa gadis labil itu?" pamit Aichal kini pada sopirnya yang masih setia berdiri di samping mobil mereka. "Ya nak sama-sama, hati-hati juga ya semoga lancar perjalanannya dan selamat sampai tujuan." Doa pak Danang dengan senyum lebar di wajahnya. Tanpa dua pria itu sadari ada seorang wanita yang kini tengah menghampiri mobil mereka. Aichal pun hanya membalas dengan anggukan seraya berucap dalam hati. "Aamiin." Pria tampan itu pun menyusul kembarannya tanpa berpamitan lagi ke adik perempuannya yang tengah duduk menunggu di dalam mobil dengan perasaan was-was. Tok tok tok Suara ketukan kaca pintu mobil terdengar, Ayu dengan ragu menoleh ke arah kanannya dan betapa terkejutnya ia melihat sosok wanita tengah berdiri dengan senyum di wajahnya seraya mengacungkan tangan. "Ya Tuhan ngapain dia di situ sih!" lagi-lagi ia menggerutu dalam hati seraya menurunkan kaca mobil dan mendekat ke arah pintu di sisi kanannya itu. Dengan berat hati ia memaksa untuk tersenyum seraya membuka pintu mobil itu, beberapa hari yang lalu ia bisa menghindar dari pertemuan mereka tapi kali ini ia sepertinya akan sulit untuk kabur lagi dari wanita itu. "Hai Zuma kita ketemu lagi!" Sapa wanita itu dengan senyum yang bertambah lebar membuat Ayu semakin kesal saja karena ia tak suka dipanggil dengan nama itu. "Sok akrab sekali sih ni cewek. Dasar Abang Ichal sialan dia cerita apaan sih ke istrinya sampai dia manggil aku juga dengan nama itu!" gerutu Ayu dalam hati. Sekali lagi ia harus memaksakan diri untuk tersenyum. "Hai juga mbak." Jawab Ayu singkat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN