Ternyata Dia Seorang Direktur

1099 Kata
Begitu pintu ruangan terbuka dua mahasiswi itu langsung terpana ketika melihat sang direktur rumah sakit yang begitu manis dan masih muda itu. Tapi tidak halnya dengan mahasiswi yang berjilbab di tengah itu ia malah sibuk melihat ke sekeliling ruangan itu. Sementara sang direktur tampan tersenyum dengan penuh kemenangan. "Selamat siang pak, ini dia dosen dan mahasiswa dari Poltekkes yang akan mengadakan penelitian di rumah sakit ini." Lydia memperkenalkan tamunya. Bu Nining tersenyum seraya menjabat tangan sang dokter muda yang kini sudah berdiri di hadapannya. Putu dan Gatri yang berjarak dua meter di belakang dosennya pada heboh sendiri saling berpegangan tangan di belakang badan temannya yang fokusnya entah kemana. Sampai akhirnya tangan mereka menyenggol bagian belakang Ayu. "Eh kalian ini pada ngapain sih? Nggak sopan sekali." Protes Ayu sinis dengan suara berbisik. "Ish gitu aja marah. Eh kamu dari tadi nggak liat si direktur ganteng di depan kita apa. Coba noh kamu tengok sekali. Pasti kamu juga akan heboh kayak kita." Balas Putu. "Tau ni anak malah sibuk liatin ruangan. Cari harta Karun lu di sini?" Sindir Gatri. Sementara Ayu yang baru mau berniat akan melihat sang direktur yang di puji-puji dua temannya itu malah terhalang oleh tubuh Bu Nining sang dosen yang tepat berdiri sejajar di hadapannya. Alhasil hanya bagian bahu pria itu saja yang terlihat. "Terimakasih Lydia, kamu bisa keluar sekarang!" Ucap Imam pada sekretarisnya itu yang langsung balik badan dengan perasaan kesalnya yang seolah-olah diusir begitu saja dari ruangan itu. "Ayo anak-anak kalian berkenalan dulu sama pak direktur!" perintah Bu Nining yang sudah di tunggu-tunggu dua mahasiswi itu dari tadi, dosen itu mempersilahkan ketiga anak buahnya untuk maju. "Ya Allah akhirnya bisa berjabat tangan." Gumam Gatri seraya meletakkan tangannya di atas d**a. Begitu tubuh dosen juteknya itu bergeser betapa terkejutnya Ayu ketika melihat siapa yang berdiri di sana. Gadis itu mematung di tempatnya sementara dua temannya sudah selesai memperkenalkan diri mereka. "Kenapa dia bisa ada di sini, jadi direktur rumah sakit pula? Bukan kah kata bang Ucup dia cuma seorang mahasiswa jurusan perawatan semester akhir seperti kami." Gumam Ayu dalam hati dengan perasaan tak menentunya. "Ayu." Panggil Bu Nining karena mahasiswi yang satunya masih bergeming. "Ayu ayo silahkan perkenalkan diri dulu sebelum kita mulai pembicaraan ini dengan pak kepala!" tegur Bu Nining sekali lagi tapi karena tidak ada reaksi terpaksa dua temannya itu menghampiri dan mencubit kedua lengannya perlahan. "Au." Desisnya kesakitan. "Malu-maluin aja kamu Yu sekali ngeliat cowok tampan malah kamu langsung membeku." Bisik Gatri. "Tau ini anak, sudah sana kenalan dulu!" Tambah Putu yang langsung sedikit mendorong tubuh Ayu agar maju ke meja pak kepala. Sementara Imam di depan sana hanya menyuguhkan senyum manisnya. "Ma-af pak, perkenalkan saya Ayu mahasiswi Gizi yang akan menjadi salah satu enumerator Bu Nining di sini." Ucap Ayu terbata karena gugup seraya menyodorkan tangannya. Imam hanya tersenyum penuh makna seraya menjabat tangan gadis itu. "Baiklah kalau begitu mari silahkan kita duduk dan berbincang di sana!" Imam melepas jabatan tangannya seraya berjalan keluar dari area meja kerja menuju sofa yang ada di sana. Ayu masih terdiam dengan rasa terkejut dan tak percayanya. "Mari silahkan duduk." Imam duduk terlebih dahulu dan mempersilahkan tamunya itu. Gatri dan Putu langsung sigap menarik lengan kawannya yang masih mematung agar tidak membuat malu di sana. Percakapan mereka pun berlangsung mengenai kegiatan penelitian mereka nantinya selama sebulan penuh di rumah sakit itu. Sementara Ayu pikirannya sangat jelas tak fokus dengan pembicaraan sang dosen. Gadis itu masih sibuk dengan segala macam hal tentang Imam yang ternyata di luar dugaannya. ***** "Kalau begitu kami pamit pulang dulu pak. Terimakasih atas waktunya." Bu Nining berjabat tangan dengan wajah bahagia karena urusan perizinan mereka telah selesai kedepannya tinggal ketiga mahasiswinya itu yang akan menjalankan tugas di sana. "Sama-sama Bu. Terimakasih juga atas kunjungannya dan semoga penelitian ini berjalan lancar agar bisa juga sebagai evaluasi kinerja rumah sakit ini nantinya." Imam menyambut jabat tangan itu dengan penuh rasa bahagia pasalnya mulai minggu depan ia bisa bertemu dengan gadisnya setiap hari di rumah sakit ini. Jadi ada vitamin tambahan untuknya ketika bekerja nanti. "Kalau begitu kami pamit dulu pak." Bu Nining undur diri. Imam membalas dengan anggukan kepala dan senyuman. "Hati-hati di jalan ya bu, dan juga buat kalian bertiga." Ucap Imam yang kini malah tersenyum aneh pada Ayu. Ayu melebarkan sepasang matanya. "Wah dia seberani itu ternyata aku kira dia akan malu- malu kayak biasanya." Batu Ayu tak percaya. Bu Nining pun keluar dari ruangan itu diikuti Putu dan Gatri sementara Ayu berada di barisan paling belakang. Dan ketika gadis itu akan keluar Imam pun bergegas menghampirinya. "Terimakasih sudah hadir di sini!" Bisiknya dengan senyum manisnya itu dari belakang tubuh gadis itu. Ayu jadi salah tingkah dan hampir berteriak di buatnya karena terkejut, dengan cepat ia membalikkan badannya untuk melihat sang cowok pujaan para wanita itu dan memberikan tatapan herannya. "Hati-hati di jalan, nanti kakak kirim pesan." Lanjutnya lagi. Ayu tak memberikan jawaban dan kembali membalikkan badannya seraya mempercepat langkahnya keluar dari ruangan itu agar teman-temannya tak curiga. Imam malah melambaikan tangan di sana, sementara Lydia yang melihat pemandangan itu hanya memasang wajah masamnya. "Dasar bocah kecentilan, lihat saja nanti kalau kamu berani deketin dokter Imam di sini. Akan ku persulit gerak dan langkah mu di sini." Ancam Lydia dalam hati. Ayu tak mempedulikan tatapan sinis wanita yang sedari awal kedatangannya telah memperhatikannya itu. Bukannya Ayu tak sadar atau tak tahu dirinya tengah di perhatikan hanya saja ia tak mau ambil pusing, toh juga dia tak mengenalnya bukan. Gadis berhijab itu mempercepat langkahnya menyusul dua teman dan juga dosennya. "Yu nanti aku nebeng di kamu ya, paman Sem gak bisa jemput aku soalnya!" ucap Gatri ketika Ayu sudah ada disampingnya. "Ya." Jawab Ayu singkat. Paman Sem adalah pacarnya Gatri, dan biasanya kalau ia tak menjemput sang pacar maka Ayu lah yang akan mengantarkannya pulang karena arah jalan rumah mereka juga sama. "Eh Nde, kamu kenapa sih tadi tiba-tiba diem begitu kayak orang kesurupan aja?" tanya Putu yang kini malah membahas kejadian mematung temannya itu. Ayu menghela nafas kasarnya. "Nggak kenapa-kenapa. Lagian aneh-aneh aja omongan mu itu. Kalau aku kesurupan yang ada aku bakalan kek reog nggak bisa diem Tu." Protes Ayu. "Hahaha bisa aja kamu." Putu menyenggol lengan temannya itu. "Nggak ada yang lucu malah ketawa." Ayu menggerutu. "Sudah lah kenapa kalian malah debat. Ngomong-ngomong pak kepala manisnya nggak ketulungan ya!" Gatri menengahi seraya membayangkan kembali wajah manis kepala rumah sakit muda itu. "Awas lho ketauan paman Sem lamunin cowok lain perang dunia ke empat kalian." Ayu mengingat kan. "Lah Yu sudah empat aja, perasaan tiga aja belum?" saut Putu. Dan begitu lah percakapan panjang mereka berlangsung selama perjalanan kembali ke kampus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN