Tangan halus itu masih enggan melepaskan tangan Alesha, dan mata elang itu semakin tajam menatap Alesha, seakan ingin memangsa buruannya, membuat Alesha tak mampu untuk menatapnya barang sebentar saja, setelah hampir seminggu lamanya ia menunggu akhirnya hari itu datang juga. Hari di mana seharusnya ia menikmati hal indah itu setelah ijab qabulnya, namun sang suami tak kunjung juga menyentuhnya dan malam ini ibadah itu sepertinya akan terlaksana.
"Kenapa dia menatapku seperti itu, berhenti lah menatapku seperti itu! dan engkau hati! tenanglah berada diposisi mu, dan jantung bekerjalah dengan semestinya. Hei.. otak ayo berpikir positif jangan mengira dia itu mulai sadar dengan keberadaan mu. Bukankah di hati kecilnya ia masih menyimpan nama perempuan itu!" Batin Alesha.
Tanpa Alesha sadari tubuh tinggi atletis itu sudah duduk di sampingnya, perasaannya semakin tak menentu.
"Kenapa ini? kenapa dia malah duduk di sisiku? Tuhan, jangan beri aku cobaan begitu besar! aku memang mencintainya saat pandangan pertama belasan tahun lalu, tapi tolong! jangan biarkan dia memberiku angin surga yang hanya sesaat saja. Aku semakin tak bisa mengontrol diriku sendiri, entahlah! Mungkin dia mulai menyadari kalau aku ini adalah istrinya." Alesha kembali bermonolog sendiri dalam hati.
"Apakah tubuhmu kedinginan sayang?" Suara serak dan nafas hangat itu seakan begitu dekat ditelinga Alesha, perempuan itu hanya bisa mengangguk sehingga memberikan sang suami jalan menuju Roma.
"Muach..!" Sebuah kecupan hangat singgah di pipi Alesha, wajahnya memerah dan dadanya naik turun karena nafas yang terasa berat untuk dihembuskan, membuat bulu roma berdiri,dan darah kembali mengalir deras terasa ditubuh Alesha. Pasalnya ini adalah kali pertama sang suami memberikannya kecupan yang begitu lembut dan hangat setelah hari pernikahan mereka.
Karena Alesha masih diam dan Ichal kembali menjalani aksi berburunya.
"Apakah benar aku saat ini sedang dicumbu oleh suamiku? tapi kenapa aku hanya diam saja tanpa ada perlawanan! Haruskah aku menikmatinya juga? aahh!" Alesha berteriak dalam hati tetapi tak ada yang mendengarkan. Perempuan itu mulai merasa kalau sang suami mungkin sedang kerasukan setan sehingga Ichal begitu menginginkannya malam ini.
Kini bibir itu telah menyatu dengan bibir Alesha, dan Alesha masih diam, tak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Haruskah aku menolaknya? tapi kenapa aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata itu, aku bingung antara hati dan logika tak lagi singkron. Bukankah seharusnya aku bahagia, karena ia mulai menyentuh ku." Batin Alesha.
Semakin lama Alesha semakin menikmati permainannya, cinta benar-benar telah membuat Alesha gila, kini bibir Alesha sudah mulai membalas setiap kecapan kecapan hangat yang Ichal berikan, dan Alesha merasakan tangan suaminya sudah mulai bergerak kemana mana.
Alesha dan Ichal sudah benar-benar larut dalam permainan panas malam ini! semua sentuhan yang dia berikan, tubuh Alesha selalu merespon dengan baik sehingga Alesha mengimbangi permainan panas yang telah Ichal berikan, kini kabut gairah telah menutup hati dan pikirannya, ia mulai melupakan rasa sakit dan cemburu karena sang suami mencari cinta lamanya. Bahkan Alesha dengan sukarela juga ikut merayu perempuan itu agar mau menerima suaminya kembali.
Tangan halus itu kini telah berada di dua buah benda kenyal milik Alesha, rasanya tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata, Alesha tak lagi memikirkan rasa sakit hatinya dan masa depannya yang akan datang, yang dapat aku rasakan saat ini adalah kenikmatan. Lagi dan lagi, itulah yang keluar dari bibir Alesha seakan ia tak ingin menyudahi permainan nikmat ini, sehingga tanpa Alesha sadari dirinya dan Ichal sudah sama-sama telah polos tanpa sehelai benangpun.
"Oh..! sayang, kamu benar-benar membuat aku gila malam ini." Kata-kata itu terdengar dari bibir seksi suaminya Itu yang kini telah berada di atas tubuh Alesha, entah kapan Alesha dan Ichal berada di atas ranjang tidurnya, mungkin jika tak sedang melakukan hal seperti ini dia tak akan nyaman tidur di atas ranjang bersama Alesha, tapi karena telah diliputi oleh nafsu birahi, maka semua akan terasa nikmat. Ichal bahkan melihat Alesha dengan wajah orang lain.
"Apakah kamu senang melakukan hal seperti ini denganku?" tanya Ichal yang nafasnya semakin memburu.
Dengan nafas berat Alesha hanya bisa menganggukan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan suaminya, dan Alesha tak bisa merespon pertanyaan yang Ichal lontarkan karena gairahnya yang sudah tidak bisa ia tahan.
Saat Alesha masih menikmati segala sentuhan suaminya, sampai tiba-tiba aksi cabulnya berhenti dan Alesha terperanjat ketika Ichal seperti menggantung hasratnya.
"Kenapa berhenti sayang? ayo teruskan!" dengan tak tahu malunya Alesha memintanya sendiri. Ia benar benar merasa tersiksa dengan semua ini.
"Apakah kamu benar-benar menyukainya?"
Aku kembali mengangguk dan menatap matanya, Alesha benar benar telah hilang akal sehat, Alesha seakan menginginkan agar hasratnya di tuntaskan.
"Apakah kamu benar-benar telah siap melakukannya?" dia kembali memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Alesha seakan menyiksa dirinya.
"Lakukan saja sayang, aku benar-benar tidak tahan!" Kembali lagi pengakuan itu keluar dari bibir mungil Alesha, rasanya urat malunya telah hilang, gila! cinta ini memang gila, dia telah merusak akal sehat Alesha. Tentu tidak ada salahnya bukan kalau seorang istri yang lebih agresif.
Icha masih menatap Alesha, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini! Apakah dia tidak ingin melakukan itu? atau dia masih memikirkan hal lain? tapi kini Alesha yang tak ingin menyudahi permainan panas ini begitu saja.
"Ayo Chal lakukan sekarang, aku sudah tidak tahan! jangan menyiksaku seperti ini Ichal!"
Dengan mata sayu Alesha memohon agar suaminya itu menuntaskan hasratnya, dan Ichal pun kembali menyerang Alesha dengan segala kabut gairah yang bersarang di tubuhnya, hingga tiba saatnya Ichal mengarahkan senjata tumpulnya itu kedalam goa gelap dan sempit milik Alesha.
"Aawwh.." pekik Alesha menjerit karena merasakan ada sesuatu yang robek pada tubuh intinya, segera Alesha membekap mulutnya sendiri agar suaranya tak terlalu memenuhi ruangan kamarnya itu, hujan juga sudah mulai reda di luar sana hanya menyisakan rintik-rintik saja.
Ichal pun berhenti menggerakkan tubuhnya, karena dia melihat Alesha sedang menahan rasa sakit.
"Apa masih sakit sayang?" Tanya Ichal seraya menatap wajah Alesha dengan penuh rasa sayang, dan Alesha juga menatap wajah tampan itu. Ichal adalah pria yang menjadi pelabuhan hati Alesha bahkan pria itu begitu keras berjuang untuk mendapatkan cintanya, tapi apa yang terjadi setelah acara pernikahannya. Ichal bahkan memikirkan perempuan lain, mengingat hal itu membuat Alesha menitikkan air mata, kini semua rasa telah tercampur dalam hatinya! Menyesalkah Alesha saat ini? Tapi apa yang harus Alesha sesali, semua sudah terjadi! Alesha hanya berharap dia bisa membalas perasaannya suatu saat nanti.
Kini Ichal kembali menggerakkan pinggulnya, untuk tetap maju perlahan tapi pasti, Alesha masih merasakan perih, ia pejamkan matanya, agar Alesha tak ragu lagi untuk menyelesaikan misinya. Kini rasa sakit itu sudah mulai hilang, dan digantikan rasa nikmat yang datang, Alesha tak bisa mengatakan apa-apa, ia benar-benar menikmatinya, karena kenikmatan ini baru pertama kali Alesha rasakan saat ini.
Kini gerakan itu semakin kuat, dan Alesha merasakan ada sesuatu yang akan keluar tapi ia tidak tahu apa itu, sehingga Alesha mengerang kuat tanpa sadar tangan Ichal menutup mulutnya.
"Jangan terlalu keras suaranya sayang, nanti terdengar orang dari diluar! apakah kamu menikmatinya? hmm?" Dia menanyakan kepada Alesha sambil menggigit lembut ujung puncak gunung berapinya yang merah muda itu, karena semuanya belum tersentuh oleh tangan manapun selain tangan suaminya. Alesha kembali dibuat seperti cacing kepanasan oleh suaminya.
"Sayang...! aku sudah tidak tahan lagi!" Ichal mempercepat goyangannya dan semakin kuat hentakan benda tumpul itu, sehingga lahar panas itu menyembur di dalam rahim Alesha.
Kini waktu telah menunjukkan pukul 2.30, Alesha terbangun dan Alesha merasakan ada tangan kekar yang masih memeluk dirinya, perlahan Alesha mengangkat wajahnya untuk menengadah ke atas dan ia melihat wajah tampan itu masih tidur dengan lelap, mungkin dia masih sangat lelah setelah menjalani aksi panas yang mereka lakukan malam ini, entah berapa kali mereka mengulanginya sehingga mereka benar-benar telah merasakan kelelahan, dan tidur dengan saling berpelukan.
Perlahan Alesha longgarkan pelukannya, Alesha menatap wajah itu dengan dalam, "kenapa aku begitu mencintaimu? Setelah malam ini kita lalui apakah ada rasa di hatimu nanti untukku? Bagaimana jika nanti dirimu meninggalkan aku begitu saja bersama wanita lain! Apakah aku bisa menjalani hidupku seperti semula setelah apa yang telah kita lalu malam ini?" Gumam Alesha lirih dengan pikirannya yang kembali kacau. Alesha segera duduk dan mengambil pakaiannya di dalam lemari dan mengenakannya segera.
Banyak pertanyaan yang terlintas di benak Alesha, tapi ia tak bisa menahan dirinya jika suatu saat nanti Ichal pergi meninggalkannya! Karena Alesha menyadari, bahwa pria yang ia kenal belasan tahun lamanya itu ternyata menyimpan rasa pada perempuan lain. Baru saja Alesha akan melangkah ke dalam kamar mandi terasa ada sesuatu yang mengalir begitu saja dalam pakaian dalamnya, Alesha pun bergegas masuk ke dalam kamar mandinya dan memeriksa. Ternyata dara segar telah menempel di sana, dan tiba-tiba saja perempuan itu terduduk di lantai dan kembali menangisi dirinya.