Sepanjang perjalan menuju asrama, senyum tak pernah hilang dari wajah Oris dan Rhea. Sesekali, mereka saling melirik satu sama lain kemudian memalingkan wajah mereka masing-masing. Hingga akhinya mereka tiba di gedung asrama yang letaknya lumayan jauh dari gedung olahraga dan gedung sekolah.
Oris yang tak sadar diperhatikan oleh penjaga asrama, terus berjalan menuju asrama wanita.
"Oris! Asrama laki-laki sebelah kiri!" pekik Pak Benny.
Oris menunduk dan segera menghentikan langkahnya. Rhea hanya terkekeh geli melihat ekspresi muka Oris.
"Gue duluan," ujar Rhea seraya berjalan meninggalkan Oris yang sedang berbalik menghadap pak Benny.
Seketika tatapan Oris berubah saat berhadapan dengan Pak Benny, matany menatap tajam ke arah pria tua dengan seragam coklat didepannya.
"Laki-laki gak boleh masuk ke asrama perempuan, kamu gimana sih?! kamu kan sudah tahu gimana peraturan asrama disini," tegur Pak Benny.
"Saya gak lama kok pak, cuma anter Rhea sampe kamarnya aja. Rhea lagi gak enak badan pak," sahut Oris.
"GAK BISA! Itu sudah peraturannya," tekan Pak Benny.
"Sekali ini aja pak," mohon Oris.
"GAK BISA!"
Oris mendengus kesal mendengar jawaban pak Benny. Pria itu merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya. Oris mencari kontak Shappira, salah satu anak GAS yang notabene adalah anak dari salah satu donatur di sekolah Algateri.
Tak butuh waktu lama, panggilannya pun terhubung.
"Shap, lo dimana?" tanya Oris.
"Gue? gue dijalan sama Ovi, ada apaan? si Rhea gak apa-apakan?" tanya Shap.
"Gue butuh bantuan lo."
"Bantuan apa?"
"Pak Benny, gak ijinin gue ke kamar Rhea."
"Astaga ... dasar si pak tua. Mana, sini biar gue yang ngomong,"
Oris memberikan ponselnya pada Pak Benny dan membiarkan Shap berbicara. Sesekali, Pak Benny melirik pada Oris lalu mengangguk. Pak Benny pun memberikan kembali ponsel Oris padanya seraya menutup panggilan Shap. Entah apa yang dikatakan Shap hingga Pak Benny tiba-tiba melenggang pergi meninggalkan Oris yang sedang tersenyum penuh kemenangan.
"Mereka ... selalu berbuat seenaknya," gerutu Pak Benny.
***
Setelah selesai mengganti pakaiannya, Rhea lantas membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Gadis itu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Rhea mulai memejamkan matanya, bayang-bayang ketika Rhea kesulitan bernapas dalam air kembali datang. Gadis itu seketika membuka matanya dan menarik napas dalam-dalam.
Cekrekk...
Terdengar suara pintu terbuka. Rhea menoleh ke arah pintu dan hanya melihat kepala Oris yang muncul disana dengan senyum lebar tercetak diwajahnya. Melihat wajah Oris, seketika rasa takut Rhea hilang.
Rhea melambaikan tangannya, meminta Oris masuk kedalam. Pria itu mengangguk dan melepas sepatunya seraya menutup pintu kamar.
"Pak Benny bilang apa?" tanya Rhea.
Oris hanya mengedikkan bahunya. "The Power Of GAS," jawab Oris asal.
Pria itu menaruh tasnya dan tas Rhea di atas meja belajar, lalu berjalan ke lemari yang penuh dengan berbagai macam makanan ringan didalamnya. Oris mengambil snack kentang kesukaannya dan kembali duduk disisi tempat tidur Rhea.
"Ris, gue ngantuk," lirih Rhea.
Oris menoleh. "Tidur aja. Lo harus banyak istirahat," sahut Oris sambil mengusap puncak kepala Rhea. Pria itu tiba-tiba berdiri dari duduknya dan bersiap untuk pergi meninggalkan Rhea.
"Lo mau kemana?" tanya Rhea tiba-tiba.
Seketika Oris menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Rhea yang tidak biasanya.
"Lo kan mau tidur Rhe, lo harus banyak istirahat. Gue mau balik ke asrama biar lo gak keganggu," sahut Oris.
Rhea seketika bangun dan duduk diatas tempat tidur. Gadis itu meraih tangan Oris dan menariknya kembali duduk.
"Temenin gue. Gue takut sendirian Ris," lirih Rhea.
Oris mengerutkan dahinya seraya kembali duduk disisi tempat tidur Rhea.
"Yaudah, gue gak akan kemana-mana,"
Rhea akhirnya kembali berbaring dan mulai memejamkan matanya. Tangannya terus menggenggam tangan Oris tanpa mau melepaskan barang sedetik saja.
Oris meraih ponselnya dan membuka chat grup GAS.
Anda : Kalau kalian semua ada yang
liat si Tuti, seret dia ke kolam
renang. Gue mau kasih
pelajaran sama dia.
Ovidius. : Ada apaan emang?
Ranjiel. : Astaga ... Istigfar smile meris,
Raga. : Si Rhea gak kenapa-kenapa?
Theo. : Kalian semua berisik, ganggu
gue lagi enaena sama vivi aja.
Anda. : Gue gak suka liat Rhea kaya
gini. Dia kaya ketakutan dan
gak mau ditinggal. Semua
gara-gara si Tuti.
Raga. : Apa gue suruh Ami temenin
Rhea?
Ovidius. : Atau untuk hari ini anak-anak
cewek temenin Rhea?
Anda. : Gak usah! gue yang jaga Rhea.
Ranjiel. : Ciee ... smile meris ...
Oris tersenyum sesaat membaca pesan dari ke empat sahabatnya itu, kemudian menutup ponselnya. Pria itu menoleh ke samping dan memperhatikan Rhea yang sudah tertidur pulas. Oris mengusap lembut kepala gadis dihadapannya dengan swnyum lembut tercetak di bibirnya.
"Rhe ... seandainya lo inget apa yang terjadi dulu."
***
Dalam mimpinya, Rhea kecil sedang berjalan ditepi sungai. Tiba-tiba, Rhea kecil melihat Oris kecil sedang meronta dan berusaha mengeluarkan kepalanya ke permukaan air sungai agar tidak tenggelam. Tetapi sayangnya, Oris kecil yang sudah terlalu lama berusaha akhirnya terdiam dan perlahan mulai tenggelam. Gadis kecil itu panik melihat sahabat kecilnya hilang di permukaan hingga dia menceburkan diri ke dalam sungai, berusaha untuk menyelamatkan Oris.
Namun nahas, Rhea yang juga masih kecil dan tak dapat berenang malah ikut tenggelam. Rhea kesulitan bernapas, tangannya berusaha meraih Oris yang lebih dulu tenggelam ke dalam sungai. Dan didetik berikutnya Rhea kecil sudah tak sadarkan diri.
***
Oris yang sedang berselancar di sosial media, seketika menghentikan kegiatannya sesaat setelah tangannya diremas dengan kuat oleh Rhea. Seluruh tubuhnya penuh dengan keringat. Napas yang dikeluarkannya sangat pendek. Oris yang terkejut tanpa sadar melepas ponselnya dengan kasar dan berusaha membangunkan Rhea.
Gadis itu terlihat sangat gelisah dalam tidurnya, bibir merah mudanya kini berubah pucat pasi, kedua halisnya saling bertaut seraya sebulir keringat terjatuh. Oris menyentuh kening Rhea hendak menghapus keringat disana, tetapi yang didapatnya adalah rasa panas.
"Astaga, Rhea! bangun Rhea, bangun!!" panggil Oris.
Rhea masih terpejam. Oris yang panik segera meraih ponselnya dan hendak menghubungi anak-anak GAS untuk meminta pertolongan, tetapi Oris mengurungkan niatnya saat mendengar suara napas memburu dan terdengar sangat pelan namanya disebut.
Oris berbalik dan melihat Rhea sudah membuka matanya dan sedang menatap ke arahnya.
"Rhea, lo gak apa-apa?" tanya Oris khawatir.
Rhea bangun dari posisinya dan langsung memeluk Oris tanpa menjawab pertanyaan pria itu. Oris yang masih terkejut perlahan membalas pelukan Rhea dan mengusap lembut punggung gadis dalam dekapannya itu.
"Kenapa?" bisik Oris.
Rhea hanya menggeleng dan kemudian mulai terisak di bahu Oris. Untuk pertama kalinya, sejak pertama kali berteman dengan Rhea saat kecil, Oris melihat sisi lemah Rhea.
"Ada gue disini Rhe, lo gak usah khawatir. Lo aman selama gue ada disisi lo. Gue bisa menjamin itu."
***