chapter ~ 09

1164 Kata
Ayana mengulirkan badannya ke kanan dan kiri terus menerus seperti itu setelah makan siang. beberapa kali menghela nafasnya tidak jelas. desahan kecewa terlontar dari mulutnya. pakaian yang dikenakan berantakan memperlihatkan sudut-sudut tertentu yang menampakkan miliknya. Greyson yang memperhatikan sedari tadi tingkah Ayana yang tidak jelas, menggerutu dalam hati mengingatkan dirinya sendiri untuk bertindak normal alias masa bodoh dengan wanita dihadapannya.  tok...tok...tok... Ayana terkejut dengan suara ketukan pintu kamarnya, ia berbalik arah dan cepat duduk mendapatkan Greyson bersandar di pintu masuk kamarnya.  "apa yang kamu lakukan" Greyson berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa tertariknya melihat sudut tubuh Ayana yang sangat mengiurkan dan mengingatkan kembali tujuannya menghampiri Ayana di kamarnya. "tidak ada" "bagaimana kalau kita jalan-jalan, bukankah ini pertama kali kamu datang ke Jakarta?" mendengar itu Ayana tersenyum senang , Greyson berjalan masuk kedalam kamar Ayana dan duduk di sofa kamar. "kamu mau mengantarkan aku?" "ya, kalau kamu mau sih" "tentu aku mau" Ayana turun dari tempat tidurnya tanpa menyadari bahwa tatapan Greyson berubah menjadi lebih tajam ketika ia menyadari Ayana tidak menggunakan pakaian dalam di bagian atas sehingga memperlihatkan jelas bentuknya. Ayana menghampiri dirinya dan duduk dihadapannya dengan santai sambil tersenyum.  "kita kemana?" mendadak Ayana berdiri kemudian berjalan mengambil handphone miliknya. mata Greyson mengawasi bagian belakang Ayana yang mengayun lembut mengundang siapapun untuk memegangnya. tangan Greyson gatal ingin meremasnya tapi Ayana berbalik arah lalu mendekati dirinya, duduk disampingnya. pemandangan indah dari pakaian yang dikenakan Ayana langsung tersaji dua bukit kembar sempurna dengan warna merah muda diatasnya. "bagaimana kalau ke Monas, kota tua terus pasar baru lalu museum Fatahillah terus... apalagi ya" Ayana scroll penjelasan dari Google, menimbang tujuan hari ini. Greyson menggeser posisi duduknya lebih rapat kearah Ayana. perang batin tak terelakkan di hati Greyson antara ingin menyentuh atau tidak. batinnya berkata tidak karena bukan istrinya tapi logikanya bilang lakukan saja toh orang juga tidak tahu status bohongan yang dilakukannya. "Ayana" Ayana menoleh dan terdiam. wajah mereka berdua sangat dekat. mengetahui itu Greyson tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menciumnya. mata Ayana melotot begitu bibir Greyson menempel di bibirnya. Ayana tidak tau harus berbuat apa jadi ia diam saja. Greyson melumatnya lembut tak ingin Ayana menolaknya.  "buka mulutmu Ayana" Ayana menurutinya, membiarkan Greyson mengekplorasi dalam mulutnya hingga kehabisan nafas dan Ayana memukulnya dengan tangannya pelan. dilepasnya ciumannya dan Ayana bebas menghirup udara. Greyson berpindah ke arah leher Ayana yang terbuka dan memberikan tanda. hal itu tentu membuat Ayana mendesah pelan karena ia merasakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti olehnya. Greyson sudah tidak dapat menahan nafsunya sehingga mulai meremas p******a Ayana yang sejak tadi sudah menganggu. pekikan pelan Ayana terdengar saat Greyson menghisap putingnya. sensasi yang dibangkitkan Greyson membuat Ayana tidak mampu berfikir.  kring....kring... "Greyson...ahh... handphone....", ucap Ayana pelan sambil berusaha melepaskan diri dari bibir Greyson yang mulai turun. "biarkan saja", kata Greyson gusar tidak menyukai kalimat Ayana yang menganggu kesenangannya. tangannya sudah menemukan apa yang dicarinya. saat Greyson ingin membuka celana dalam Ayana , segera saja Ayana memegangnya.  "apa Ayana" kring... kring...kring... "handphone...ahh...ahh", kata Ayana tepat satu jari Greyson masuk membuatnya menjadi menggelinjang kegelian dan mendesah tak karuan. Greyson melirik handphone miliknya yang berbunyi terus menerus dan terlihat satu nama yang diinginkannya. sumpah serapah dilontarkan olehnya dan langsung menarik jarinya dari tubuh Ayana. cepat Greyson bergerak keluar kamar Ayana segera berjalan kearah kamarnya. Ayana bingung tergeletak tak berdaya diatas sofa dalam kondisi pakaian sudah terlepas sebagian. nafasnya naik turun, badannya menjerit seakan ada yang belum terselesaikan secara maksimal. Ayana tidak mengerti apa itu. iapun beranjak dari tempatnya untuk merapikan pakaiannya setelah itu terduduk diatas ranjangnya dan mengira-ngira apa yang terjadi barusan. sementara itu Greyson membuka pintu kamarnya dan menutupnya kesal karena lupa tujuan awalnya menikahi Ayana. digesernya warna hijau. "Greyson!!!",teriak Angela kencang nyaris membuat telinga Greyson tuli kalau tidak cepat ia jauhkan dari telinga. dilihatnya tonjolan keras dibawah seakan mengejek untuk diselesaikan.  "Greyson sayang...apa yang terjadi...mengapa belum ke Amerika...kamu tidak merindukan aku, bunny?", tanya Angela duduk di samping Michael yang sibuk memijat kakinya karena baru saja menyelesaikan peragaan busananya. "tentu saja aku merindukanmu tapi untuk sekarang ini aku banyak pekerjaan"jawab Greyson mengurut tonjolan keras miliknya untuk melemaskan tapi bukannya lemas malah bertambah keras dan membengkak sehingga nyeri dirasakannya. "pekerjaan apa? kamu bilang mau datang terus menemani aku liat Amerika"protes Angela tidak terima yang menurutnya sudah berbulan-bulan tidak diperhatikan Greyson padahal sebaliknya. Michael berusaha melepaskan pakaian yang dikenakan Angela dan mengantikan dengan baju tidur. Angela mendelik ketika tangan Michael mulai mendarat dengan mulus tanpa penghalang menganggu perhatiannya. Michael cuek saja, Angela istrinya wajar saja ia memperlakukan apa yang diinginkannya. "kamu tahu kan papaku membutuhkan aku untuk sementara waktu, mengertilah Angela" "tapi bunny..." "percayalah sebentar lagi aku akan datang begitu urusannya selesai", Greyson mondar-mandir di karpet lamar menetralkan keinginan untuk memarahi Angela yang tidak tahu keadaannya. "tapi bunny... bagaimana kalau Angela cantik kesana" Michael kesal mendengar kalimat itu keluar dari mulut istrinya, tanpa berkata apa-apa bibirnya mulai mencari letak sensitif tubuh Angela yang ditanggapi dengan desahannya yang nyaris keluar dari mulut Angela. ditutupnya sambungan teleponnya tidak peduli Greyson kaget mendadak dimatikan. Greyson cemas dan gelisah karena takut Angela marah tapi sebelum itu ada yang harus dilakukannya terlebih dahulu sebelum menelponnya kembali Angela yaitu melemaskan bagian bawah tubuhnya dikamar mandi dengan mengocoknya menggunakan sabun cair. erangan dan lenguhan panjang ketika Greyson mengeluarkan cairan kental yang banyak dengan membayangkan tubuh Ayana bahkan hingga dua kali. begitu selesai, cepat-cepat ia menelponnya kembali Angela tapi lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan tak tersambung sama sekali. kemudian iapun teringat Ayana yang tadi ditinggalkan olehnya. Greyson mengambil jaketnya dan keluar kamar bermaksud mengajak Ayana sesuai janjinya. keningnya mengerut melihat pembantu rumah tangganya keluar dari kamar ayana. "Ayana mana bik" "diruang tv" Greyson mengangguk-angguk sambil berjalan ke ruang TV. Ayana menonton TV dengan pemikiran berada di tempat lain dan tidak menyadari Greyson sudah duduk disebelahnya. "apa yang kamu pikirkan?" Ayana terlonjak kaget. Greyson tersenyum masam lagi-lagi mendapatkan Ayana senang sekali melamun tidak jelas. "bisa tidak sih sehari saja tidak melamun" "eh, maaf" "ya sudah, sekarang jadi tidak keliling Jakarta" Ayana mengangguk senang. Greyson mengambil tangan Ayana untuk bergerak mengikuti langkahnya menuju garasi mobil. begitu Ayana siap di mobil, Greyson mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang sehingga pemandangan Jakarta bisa dinikmati Ayana. decak kagum keluar sesekali dari mulut Ayana. akhirnya sepanjang hari itu dilewati oleh mereka berdua di tepi pantai Ancol menjelang malam. Ayana merasa senang tak terkira hingga meminta Greyson memfoto dirinya. Greyson melakukan yang diminta bahkan turut terlibat dalam foto Ayana padahal seumur-umur dirinya paling anti difoto.  percakapan mereka berdua disertai candaan tentu saja menutup hari dan membuka sedikit celah dihari masing-masing. tanpa mereka sadari benih-benih cinta itu datang menyelip diantaranya. Greyson perlahan mulai merubah pandangan pribadinya tentang Ayana yang ternyata memiliki pemikiran yang sangat baik dan polos. tak segan Ayana membuat Greyson tertawa terpingkal-pingkal melihat kecerobohan Ayana dan disambut wajah cemberut yang tidak terima ditertawakan.  Greyson tidak pernah menyangka bisa menikmati harinya bersama Ayana melakukan sesuatu yang tidak penting dan iapun mulai membanding-bandingkan dengan Angela yang setiap bertemu dengannya selalu berakhir di ranjang atau club' malam atau juga mengikuti keinginan Angela yang ingin berbelanja di butik terkenal. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN