chapter ~ 10

1381 Kata
langkah kaki Diego mendadak terhenti ketika dilihatnya Elisabeth duduk sendiri di taman menghadap ruang kerja Matthew tertegun melihat Mathew yang berdiri di jendela. helaan nafasnya terdengar panjang hingga di telinganya, tangannya mengepal kuat menahan gejolak amarah di dadanya. berulangkali Diego menawarkan kesempatan untuk mereka berdua tapi selalu ditolak halus dengan berbagai alasan.  Diego mendekati Elisabeth pelan dan duduk disebelahnya. Elisabeth diam saja tidak bergerak menyadari keberadaan Diego. mereka berdua memperhatikan gerakan mulut Mathew komat-kamit tidak jelas dari jauh. "masih menginginkannya?" "apa itu salah?" "berapa lama lagi kamu akan merendahkan diri sendiri dihadapannya" "bukankah itu urusanku?" Diego dan Elisabeth menoleh bersamaan. tatapan mata yang berbeda maksudnya membuat suasana menjadi tidak nyaman. Diego memutuskan pandangannya lalu menatap kearah Mathew, Elisabeth masih menatap Diego.  "aku tidak tahu lagi harus berkata apa" "kamu tahu betul apa yang kuinginkan" "kalau aku memutuskan untuk bersama orang lain, apa kamu akan kecewa" "kalau itu yang terbaik untukmu, aku akan turut bahagia mendengarnya" tanpa berkata-kata lagi Diego meninggalkan Elisabeth menuju ruang kerja Matthew. hatinya sakit. tak mampu ditahan perasaannya akhirnya, Diego memutuskan bergerak keluar rumah tidak jadi menemui Mathew. ia merasa kalah berperang mendapatkan hati Elisabeth. waktu yang panjang ternyata tidak dapat mengubah posisi hati Elisabeth dengan dirinya. ---- Greyson mengambil tangan Ayana yang berada di dadanya perlahan-lahan tak ingin menganggu. Ayana menggeser posisi badannya lebih rapat lagi seakan Greyson adalah bantal. Greyson mengomel dalam hati saat menyadari dengan jelas, posisi tangan Ayana berada tepat di atas miliknya. Ayana merasa tidurnya terngangu ketika merasakan keras, tangannya berusaha untuk membuat bantalnya lebih lembek dengan mengusap-usap pelan tapi bukannya lembek malah bertambah keras. Greyson menikmati gerakan tangan Ayana yang sangat menyenangkan.  tanpa disadari oleh Ayana, gerakan tangannya seperti sedang mengocok. spontan Greyson merem melek tak sanggup lagi berkata-kata ataupun melakukan gerakan yang tiba-tiba takut gerakan Ayana berhenti. desakan dalam diri Greyson begitu kuat hingga meluncur dengan manis cairan kental membasahi celananya. Ayana mengeryitkan keningnya dalam tidurnya, begitu merasakan ada yang basah ditangannya. mata Ayana terbuka lebar-lebar melihat Greyson melihat wajahnya 5cm didepannya. "pagi Ayana", kata Greyson serak terpuaskan bahkan otaknya menjadi lambat merespon apa yang terjadi. "pagi Greyson"jawab Ayana sambil menarik tangannya untuk mengamati sejenak. Greyson beranjak bangun dari ranjang Ayana kemudian keluar begitu saja tak ingin terlalu lama melihat Ayana ditambah bagian bawahnya meminta untuk kedua kalinya. Ayana bingung mengetahui itu. iapun bangun dan memperhatikan ranjangnya yang tidak basah. "aneh, tanganku basah dan baunya aneh"batinnya setelah mencium tangannya. tak ingin berfikir terlalu lama, Ayana segera berjalan ke kamar mandi. sementara itu Greyson yang sudah selesai mandi hanya bisa meratapi nasibnya yang malang. Greyson tak habis berfikir mengapa tubuhnya sangat reaktif terhadap tubuh Ayana.  Greyson turun ke meja makan. pembantu rumah tangganya sudah menyiapkan sarapan sederhana yang memang disukai oleh Greyson. disana dilihatnya Ayana sudah sibuk mengunyah semua makanan yang ada. lagi-lagi Greyson harus menelan air liurnya mendapatkan pakaian Ayana yang ketat. pakaian itu membungkus cantik sehingga siapapun mata yang melihatnya akan berkata "oh...my...it's beautiful" dan perlahan tapi pasti bagian tubuhnya yang lain mulai bereaksi padahal Greyson berencana ke kantor. "Ayana, mengapa pakaianmu seperti itu?" "seperti apa?" "pertama kali aku lihat kamu tidak seperti ini pakaianmu" "oh ini, kata mama kalau sudah menjadi istri itu harus seksi,hot plus cantik" "kenapa begitu?" "biar suami betah dan ga kecantol cewek tidak jelas" Greyson manggut-manggut saja sambil mengambil makanannya. sejujurnya Greyson ingin rasanya mengetok kepala mamanya Ayana yang menimbun fakta-fakta tidak penting tapi ia juga heran bagaimana bisa Ayana begitu polos. "selama ini kamu ngapain" "aku bantu bisnis mama terus ya dirumah" "kamu tidak ke club' atau shopping mall atau apa gitu" "kata mama, itu tidak baik" kembali Greyson manggut-manggut lagi mendengar penjelasan Ayana yang harus di acungi jempol untuk mamanya yang sudah mendidik Ayana jadi anak baik. "lalu kamu ga bosen gitu" "kalau Ayana bosen sih biasanya ikut lomba-lomba gitu" "Ayana lulusan apa sih dulu" "cumlaude S2 jurusan matematika" "matematika?" Ayana mengangguk pelan. diambilnya teh panas untuk diminum pelan. Ayana bingung harus bagaimana menjawabnya karena tidak banyak orang yang menyukai bidang itu. Greyson kaget mengetahui Ayana cumlaude jurusan matematika tapi tidak bekerja. "mengapa tidak bekerja?" "Ayana maunya gitu tapi kasian kan bisnis bunga mama ga ada yang bantu" "kamu ingin bekerja?" "sekarang? tidak. kata mama kalau sudah jadi istri harus urus baik-baik suami, jangan serakah" Greyson tak mampu lagi bertanya-tanya. Greyson tidak menyangka pengaruh Santana cukup besar mengontrol kehidupan Ayana. "Ayana" "mengapa kita bertemu di angkringan? apakah mamamu juga tahu?" "tentu saja. mama pesan jangan sampai jam 12" "kalau kamu bertemu orang jahat bagaimana?" "untuk apa? Ayana bukan orang kaya bahkan wajahku saja pas-pasan, siapa juga yang mau" Greyson melongo mendengar kalimat terakhir Ayana yang sama sekali tidak sadar akan daya tarik seksual yang dimilikinya. Greyson berdiri dan berjalan keluar diikuti Ayana. "aku ke kantor dulu" "grey..." "ya" Greyson bingung ketika merasakan Ayana mendekati dirinya dan menatap matanya dengan malu-malu. "ada apa" "kata mama, kalau suami mau kerja harus dicium" "oke lakukanlah" Greyson tidak siap saat Ayana mencium bibirnya dengan lembut memberikan kesempatan Greyson untuk mengelak dan itu membuatnya harus berjuang keras untuk tidak menarik Ayana lebih rapat. Ayana melumat bibir Greyson lembut ,sejak tadi sangat ingin dicobanya. dengan alasan kata mama, ia mengakses bibir Greyson hingga Greyson membalasnya dengan penuh gairah. Ayana menginginkan pernikahannya berjalan sama seperti orang lain. ia akan belajar mencintai Greyson dan menjadi istri yang baik untuknya. Greyson melepaskan ciumannya lalu membalikkan badannya berjalan masuk kedalam mobilnya yang sudah dibukakan pintu oleh sopir. Ayana menarik nafasnya yang memburu serta mengguncang setiap sarafnya. wajahnya memerah begitu diperhatikan olehnya para pembantu rumah tangganya dan tetangga yang lewat tercengang melihat tontonan yang hot di perumahan mereka. Ayana berbalik masuk kedalam rumah dan mulai mengatur jadwal kerja secara online melalui laptopnya. banyak yang harus dilakukan, terlebih Santana ibunya sendirian di Jogja. sepanjang perjalanan menuju kantor, tak henti-hentinya Greyson mengumpat dalam bahasa binatang bahkan sopirnya hanya dapat meringis mendengar kalimat itu. Greyson benar-benar dalam masalah serius setiap menyentuh Ayana itu berarti miliknya mengembang menyesakkan celananya dan menimbulkan nyeri. diurutkan semua jadwal meeting yang sudah diatur hari ini dalam hati untuk mengalihkan perhatiannya. ia mulai berfikir untuk datang ke Amerika sekedar menuntaskan hasratnya dengan Angela.  ---- "ada apa Diego?" "ada waktu?" Matthew tertegun sejenak ketika Diego duduk di sofa ruang kerjanya. ditangan Diego ada map dokumen. Matthew mengira-ngira kedatangan Diego kali ini untuk apa. Mathew beranjak dari tempat ia berdiri sejak tadi. "aku rasa kamu perlu membaca dokumen ini" "apa ini tentang Elisabeth?" "bukan" Diego berubah pikiran yang tadinya ingin memberitahukan tentang Greyson menjadi Elisabeth ketika Mathew menyinggung namanya. "lalu?" "itu...nanti saja"kata Diego mengubah posisi duduknya, "apa kamu akan bercerai?" Mathew berfikir bahwa ini kesempatan bagus untuk menendang kedua orang yang dianggap olehnya sebagai benalu dalam hidupnya. "kalau ya, kamu mau apa" "aku akan mengambilnya" "begitu ya walaupun Elisabeth menolaknya" walaupun menolak" "kamu ingin memaksanya?" "kalau terpaksa" Matthew terkejut mendengar kalimat tegas yang diberikan Diego. selama ia mengenalnya sebagai sahabat lama dan tangan kanannya dalam semua bisnisnya, tak satupun Diego menunjukkan emosinya dan walau ia sudah mendengar sepak terjang Diego seperti singa serta perlakuannya terhadap Elisabeth yang menjijikkan, ia tak menduganya Diego ternyata memiliki perasaan yang mendalam terhadap Elisabeth. "kamu sangat mencintainya?" "sangat" wajah Diego mengeras dan itu sudah cukup membuat Mathew tertawa terbahak-bahak mentertawakan kalimat Diego yang seperti anak ABG labil. "baiklah urus dokumen perceraiannya dan usahakan Elisabeth datang ke sidang" "tentu" "itu dokumen apa?" "ini masih bisa menunggu" Diego beranjak dari duduknya lalu berjalan cepat keluar dari rumah itu tapi saat tangannya menyentuh gagang pintu terdengar suara Mathew. "kalau aku menyetujuinya, pastikan bawa pergi Elisabeth jauh dariku" "tenanglah itu pasti" dibukanya pintu dengan keras dan menimbulkan suara yang cukup keras ketika mengayun menutup. kekesalan Diego dan senang bercampur aduk dalam hati. Matthew menyeringai senang. kesempatan langka mengguncang singa yang sudah lama menunggu raja hutan melemparkan buruannya sia-sia. Elisabeth bersandar di dinding dekat ruangan Mathew dan mendengar semuanya. air matanya menetes dalam diam. ia benar-benar kalah. diseretnya kaki jenjangnya ke lantai tiga dimana kamarnya berada melalui lift. ada perasaan ingin melarikan diri tapi kemudian iapun tersenyum terlintas ide gila di kepalanya. satu dua pulau terlewati, mengapa tidak? hutang budi sudah dibayar sekarang sudah waktunya untuk membereskan kekacauan yang dilakukannya. permainan sudah dimulai dari Greyson dan prinsip siapa kuat dialah yang menang, untuk kali ini Elisabeth akan mengunakan Ayana untuk terlibat didalamnya. bukankah kata orang, jangan mengusik ketenangan orang mati? kalau tidak ingin di usik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN