Ayana tertawa terbahak-bahak melihat Greyson basah kuyup ketika tak sengaja semprotan air mengenai Greyson yang seharusnya tanaman. Greyson kesal sebenarnya tapi tidak jadi melihat Ayana. wajah Ayana yang bebas tanpa menggunakan make up terlihat cantik.
"Ayana!!!"
"eh bukan salahku"
Greyson mengambil alih selang yang dipakai Ayana dan menyemprot balik kearah Ayana. tentu saja Ayana berteriak kaget sedangkan Greyson tertawa terpingkal-pingkal melihat Ayana yang menghindari semprotannya malah terjatuh nyungsep di lantai. wajah Ayana meringis pantatnya sakit.
"Greyson...sakit ini kok malah diketawain bukannya dibantu"
"ya..ya..bentar.."
ditaruhnya selang dekat tanaman bogenvile kemudian dibantunya Ayana berdiri, pelan diusapnya p****t Ayana. usapan lembut itu disadari betul Greyson bahkan matanya menilisik kearah tubuh Ayana yang basah hingga mencetak jelas pakaian dalamnya. sore itu Ayana menggunakan baju dress satin sutra dikarenakan cuaca cukup panas. Ayana sama sekali tidak sadar baju yang dikenakannya melekat erat mencetak jelas lekuk tubuhnya. Greyson berusaha keras untuk tidak terpengaruh.
"masih sakit?"
Ayana diam saja ketika menyadari dirinya sangat dekat dengan Greyson. mereka berdua berpamitan dan Greyson menciumnya dengan lembut meminta ijin untuk masuk kedalam mulutnya. karena tidak tahan, Ayana membiarkan hingga erangan lembut terdengar dari mulut Ayana.
"tuan..", panggil pembantunya takut-takut menganggu adegan hot dan mesra majikannya.
Greyson melepaskan ciumannya dan melotot kearah pembantunya sedangkan Ayana bersemu merah dan malu karena lagi-lagi karena dirinya mereka jadi tontonan pembantu.
"ada apa"
"tuan besar menelpon"
"kok telpon kamu?"
"itu..tuan..dari tadi sibuk... jadi ga dengar"
"ahh..."
Greyson mengambil handphone rumah yang disodorkan pembantunya. Ayana beranjak kedalam untuk mengantikan pakaiannya yang sudah basah. Greyson hanya meliriknya sekilas lalu berkosentrasi dengan orang yang menelponnya. untung saja dirinya teralihkan oleh telepon kalau tidak dia sudah menyentuh Ayana. diusapnya wajahnya dengan gusar mengingatkan dirinya untuk lebih bisa menahan nafsunya.
Greyson menutup handphone rumah lalu ke kamarnya. digantinya pakaiannya dengan yang baju rumah. ia duduk di sofa kamarnya dan terdiam sejenak untuk menganalisa permintaan papanya yang mendadak memintanya datang ke Jogja. memang sudah 3bulan, ia tidak pulang kerumah sejak resepsi pernikahannya.
Ayana mengetuk pintu kamar Greyson perlahan dan menunggu diluar Greyson membukanya. dengan malas Greyson berdiri membuka pintu. Greyson memberikan isyarat tangan untuk Ayana agar segera masuk. dilihatnya lagi-lagi Ayana memakai kaos crop top memperlihatkan perutnya sebagian dan rok pendek jeans pendek sobek-sobek memperlihatkan celana dalam rendanya kalau salah duduk. posisi duduk Ayana yang langsung jelas Greyson bernafas sangat susah payah. ia menyadari celana renda yang dipakai Ayana sangat-sangat mungil hanya menutup bagian vital saja.
"ada apa"
"papamu menelpon minta kita datang ke Jogja?"
"kok kamu tahu"
"baru saja telpon katanya beritahu Greyson jangan coba-coba bilang ga, buruan ke Jogja penting! gitu"
Greyson menghela nafasnya panjang kemudian diam. Ayana ikut diam saja melihat sekeliling isi kamar Greyson yang tidak pernah dimasuki olehnya.
"kamu mau ke Jogja?"
"aku sih ikut saja"
"ya sudah dua minggu lagi kita kesana"
"kenapa ga minggu ini"
" besok aku mau ke Amerika"
"bisnis?"
"ya cek saja sudah lama juga tidak kesana"
"aku perlu ikut?"
"tidak usah, aku tidak lama disana"
"ya"
Greyson mulai tidak nyaman dengan gerakan memutar Ayana yang spontan mempengaruhi saraf bagian bawahnya. Ayana sengaja mengunakan pakaian yang mengundang karena kemarin sempat menelpon Santana untuk berkonsultasi mengenai pernikahan bahkan Santana kaget kalau sampai detik ini Greyson belum menyentuh Ayana sama sekali. Menurut Santana, Ayana terlalu polos kurang bisa genit jadi biar tidak kelihatan disarankan memakai pakaian yang seksi tapi tidak terkesan murahan. setelah itu Ayana ke mal memborong baju-baju yang menurutnya seksi dan pakaian dalam yang hot. tentu saja setelah searching di internet. awal memakainya ada perasaan risih tapi ditepisnya demi menjadikan pernikahannya dengan Greyson awet sampai punya cucu. Santana mengatakan kalau dikamar jadilah seperti p*****r untuk menggoda suami tapi kalau diluar harus seperti princess untuk dihargai orang, untuk lebih jelasnya ia disuruh searching.
"Ayana"
"hmm"
"kamu pernah melakukan seks?"
"tentu saja tidak"
"kenapa"
"aku ingin melakukannya dengan suamiku"
"begitu ya"
"ada apa"
"kamu mau belajar?"
"aku sudah pernah lihat di internet sih tapi belum pernah praktek"
"kamu mau praktek?"
"ya kalau boleh"
Greyson menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal mendengar kalimat mengiurkan Ayana. Ayana yang tidak pernah tahu apa itu seks yah wajar-wajar saja berkata demikian, lagipula dia kan disuruh Santana belajar.
"kamu mau yang bagaimana"
Ayana segera menyalakan handphonenya dan menunjukkan video yang tadi sempat dilihatnya. Greyson menelan ludahnya begitu tahu video yang diperlihatkan bagaimana cara menghisap yang baik bagian bawah tubuhnya.
"bagaimana apa aku boleh praktek?"
"kamu nyakin"
"yah nanti kalau Ayana punya suami yang lain kan jadinya sudah siap"
"lhah emang mau praktek dengan siapa"
Greyson bangkit berdiri lalu duduk di ranjang diikuti Ayana yang kemudian duduk disampingnya.
"ya ga gitu, kamu kan sudah punya kekasih terus ya masak aku sendirian. ga mungkin kan"
"kamu ingin bercerai denganku?"
"ya ga tapi kan cinta tidak bisa dipaksakan"
Greyson mengangguk-angguk menyetujui perkataan Ayana yang sadar betul posisinya di hati Greyson.
"baiklah"
"bagaimana caranya"
"putar videonya trus tanganmu kesini"
Greyson membuka resleting celananya dan mengeluarkan miliknya yang sudah siap tempur. Ayana kaget dan terpesona melihat betapa besar milik Greyson, tidak sama dengan yang ada di video. diarahkan tangannya menyentuhnya, terasa keras. nafas Greyson spontan tersendat bahkan nyaris tidak dapat berbuat apa-apa karena sentuhan tangan Ayana terasa sangat lembut.
"begini ya"
"ya begitu...terus saja,. persis seperti yang di video"
akhirnya sepanjang sore itu dilewati Ayana untuk belajar dengan Greyson yang dengan semangat mengajarkan. kalau tidak pas, ia meminta Ayana mengulang kembali hingga Greyson puas. Ayana yang baru pertama kali tentu saja takjub bahkan semangat untuk melakukan apa yang diminta Greyson.
----
Elisabeth berlari menuju jalan masuk rumah Diego begitu turun dari mobil. anak buah Diego diam saja membiarkan Elisabeth masuk tapi salah satunya sudah memberitahukan kedatangan Elisabeth kepada Diego melalui walkie talkie yang disediakan dirumah itu.
Elisabeth tidak terima begitu mendapatkan undangan untuk menghadiri sidang perceraian dan yang lebih kesalnya lagi ia mengetahui dalang di baliknya sidang itu adalah Diego.
brak....
suara kencang pintu yang dibukanya membuat Diego menghentikan aktivitasnya yang sibuk maju mundur dengan wanita dibawahnya. erangan kenikmatan keluar dari mulut wanita itu. walaupun Diego tahu mata Elisabeth menatap tajam dengan yang dilakukannya sekarang, ia tidak peduli tetap saja melakukannya untuk mencapai kepuasan yang belum datang pada dirinya.
mata Elisabeth kaget mendapati Diego bersama seorang wanita, walaupun terselip perasaan takut tapi ia berusaha tidak memperlihatkan.
"apa maksudmu ini, hah!!!"
Elisabeth masuk kedalam dan melempar dokumen yang dibawanya, Diego cepat mengelak dan menyambar tangan Elisabeth. Elisabeth yang tidak siap tentu saja langsung jatuh menimpa d**a Diego dan Diego mencium bibir Elisabeth ganas. saat itulah Greyson mencapai klimaksnya. dilepasnya ciumannya dan menarik bagian tubuhnya dari wanita dibawahnya yang sudah pingsan.
Elisabeth mengusap bibirnya dengan telapak tangannya kasar. Diego tersenyum mengejek sambil mengunakan pakaiannya.
"Diego!!"
"memangnya kamu tidak bisa baca"
"bukankah sudah kubilang kamu jangan ikut campur urusanku"
"aku tidak ikut campur"
"lalu ini"
"hanya membantu menyelesaikan tugas dari atasannya"
"kamu...."
Diego mendekati Elisabeth yang mengacungkan jari manisnya kearahnya, Elisabeth berjalan mundur menyadari ada sinyal bahaya yang dikeluarkan dari Diego. Diego memiringkan kepalanya menatap wajah Elisabeth yang berubah pucat pasi.
"jangan coba-coba keluar ruangan ini"
"apa maksudmu"
"kalau tidak ingin nasibmu sama seperti wanita itu"
Elisabeth dan Diego melirik bersamaan melihat wanita yang berada tak jauh dari kaki Diego. Elisabeth menelan ludah sendiri ketakutan. mendadak kaki Elisabeth kaku, keputusannya untuk bertanya bahwa keputusan Diego membantu Mathew tentang perceraian ternyata salah malah menjadi bumerang untuknya.
"karena mu, aku jadi tertunda"
"apa...yang mau kamu lakukan"
"menginap disini sukarela atau kamu jadi pengganti wanita itu"
"itu...itu...ada..urusan yang aku..."
"Elisabeth... lihatlah"
Diego menunjukkan emosinya yang terpancar di wajahnya, sangat menakutkan bagi Elisabeth. ia sudah melihat kekejaman Diego kalau tidak puas terhadap sesuatu hal.
tiba-tiba
"bos"
"bawa wanita itu keluar dan tutup semua akses jalan keluar. kalau ada yang keluar bunuh saja"
"baik bos"
anak buahnya cepat-cepat mengendong wanita itu dan menutup pintu kamar Diego serta melakukan perintah Diego untuk menutup akses keluar.
"nah Elisabeth, sekarang kita bicara"
tangan Elisabeth digandeng Diego untuk mengikuti langkahnya menuju kearah dekat ranjang. mulut Elisabeth mendadak bisu, rasa takutnya berlipat-lipat. ia ingat persis, bagaimana Diego memukuli dirinya diatas ranjang karena menolak melayani nafsu Diego dihadapan anak buahnya.
"berbaringlah"
Elisabeth melakukan apa yang diminta Diego. Diego tersenyum mengejek sambil ikut membaringkan tubuhnya di samping Elisabeth.
"aku capek, temani sebentar aku tidur"
"aku.."
"diamlah Elisa..."
Elisabeth diam saja mendengar nama kesayangan Diego terucap dari mulut Diego yang berarti ia harus waspada. cepat dipeluknya erat-erat badan Elisabeth yang kaku, Diego tidak peduli dengan kondisi Elisabeth yang ketakutan.
perlahan-lahan Elisabeth tertidur pulas dengan elusan lembut yang dilakukan Diego di punggung Elisabeth. desah lelah keluar pelan Diego , dikecupnya kening Elisabeth pelan takut membangunkan.
"sweet dreams baby"
Diego tersenyum lega ketika merasakan badan Elisabeth rileks berada di pelukannya dan iapun menutup matanya.
cinta itu buta
sepandai-pandainya mengelak kalau sudah ada di hati, untuk mengeluarkannya sangatlah sulit.