cemas itu yang dirasakan Ayana melihat beberapa orang yang keluar masuk kedalam rumahnya untuk menghias bahkan terlihat ibunya berseri-seri menerima sebuah bingkisan besar diantarkan langsung oleh sosok pria yang tidak dikenalnya. alisnya terangkat dan keningnya sedikit mengeryitkan melihat bagaimana Santana ibunya yang secara ajaib tersipu-sipu seperti anak ABG padahal Santana terkenal jutek dan tak peduli. Dalam sejarah hidup Ayana yang ia tahu Santana ibunya hanya tertawa dengan ayahnya saja atau om Niel.
"kamu terlihat sehat dan seksi"ucap Mathew pelan berusaha tidak terlalu mencolok.
wajah Santana berubah memerah seketika. melihat itu Mathew tersenyum sambil menyerahkan bingkisan yang dibawanya tak lain sebuah bunga kesayangannya yaitu bunga mawar beraneka ragam.
"ini...?"tanya Santana ragu menerimanya terutama dilihatnya bunga mawar yang langka.
"dari rumah...hari ini berbunga setelah bertahun-tahun dan kupikir kamu akan menyukainya sama sepertiku"jawab Matthew kalem menunggu reaksi Santana.
Ayana memperhatikan dari taman samping rumahnya. beberapa kali Ayana menggeser posisi badannya lebih dekat untuk menguping pembicaraan ibunya dan tamu. Santana mengajak Mathew masuk kedalam rumah. sungguh,Ayana penasaran dengan tamu yang masuk. Wajahnya yang tampan dan berkarisma memiliki pesona kuat yang membuat semua perempuan akan berteriak dalam hati serta jatuh cinta dalam pandangan pertamanya. Ayana heran terhadap Santana ibunya yang tidak biasa bisa tersenyum malu-malu bahkan wajahnya memerah. entah apa yang dibicarakan mereka.
"Ayana"panggil Niel pelan ditelinga Ayana, Ayana sontak kaget mendengarnya.
gubrakkk
Ayana terjatuh nyaris mencium lantai kalau tidak ditahan oleh leon. Niel tertawa terbahak-bahak melihatnya, Ayana menggerutu kesal karena lupa kebiasaan Niel ayahnya yang suka jahil.
"kalau mau mengintip yang benar Ayana"tegur Leon mengelus rambutnya perlahan.
Ayana memang mengintip ibunya dan tamu itu tapi ia tidak menyadari kalau ia bersandar ke sandaran kursi. Leon menggeleng kepala melihat Niel masih saja menggoda Ayana membuat akhirnya Ayana tetap saja terjatuh. tawa Niel sontak terdengar ditambah Leon membuat Ayana bertambah kesal sambil mencoba berdiri dibantu Leon.
"ih ayah apaan sih"tanya Ayana kesal kemudian duduk di kursi panjang samping Leon
"Ayana...Ayana..."kata Niel mengusap air matanya yang keluar ketika tadi tertawa terbahak-bahak.
"kamu ini 3hari lagi akan menikah masih saja bertingkah seperti anak kecil Ayana"tegur Leon pelan membiarkan Ayana merebahkan kepalanya di pangkuannya
"paman... bagaimana kalau orang yang dijodohkan jelek terus tua"tanya Ayana
"jelek dan tua itu sudah pasti"kata Niel duduk disebelahnya Leon.
"ayah ah tega ama Ayana"Rajuk Ayana sambil memukul Niel tapi belum sempat tangannya sudah keburu di pegang Leon.
"tenanglah Ayana. Orangnya tampan,pintar dan masih muda. mungkin beberapa tahun diatas ayana. paman tentu saja tidak akan ikut menyetujui kalau tidak sesuai selera Ayana"jawab Leon memelototi Niel ketika tangan Niel hinggap didadanya mengelus perlahan menganggu konsentrasi.
Niel mengangkat bahunya tidak peduli bahkan mencium bibir Leon sekilas ketika diliriknya Ayana menutup mata sebentar karena merasa silau dengan sinar matahari. Ayana bergerak bangun lalu berdiri.
"mau kemana Ayana?"tanya Niel heran
"lanjut ngintip ibu"jawab Ayana buru-buru masuk kedalam rumah
Niel menyandarkan kepalanya di bahu Leon. Leon merangkul Niel untuk lebih rapat sehingga Niel merasa nyaman. Niel dan Leon terdiam merenung mengingat kembali bagaimana awal mulainya semua kejadian ini.
"menurut papa haruskah aku beritahu Ayana terang rahasia sebenarnya?"tanya Niel melepaskan rangkulan Leon.
"lihat situasi saja dulu ayah"jawab Leon mengelus tangan kurus Niel pelan.
"aku tidak tega melihatnya menangis"kata Niel tersentak ketika jari Leon sudah pindah ke bagian sensitif miliknya.
"sayang, aku masih merindukanmu"ucap Leon sangat pelan dan bernafsu
"tapi..."elak Niel berusaha bangun dari tarikan Leon yang memindahkan tubuhnya keatas pangkuan Leon dengan santai seakan berat badan Niel bukanlah masalah besar.
posisi mereka yang sangat tidak layak dilirik dapat disalahartikan oleh orang lain walaupun tertutup meja didepannya, belum lagi Niel merasakan tonjolan keras dibawahnya. Leon menciumi leher Niel dan memberikan tanda kepemilikan disana. tangan Leon menemukan apa yang dicarinya didalam celana Niel dan langsung mengocoknya dengan perlahan-lahan membuat pemiliknya mendesah tidak karuan bahkan tidak menyadari sama sekali kalau celananya sudah melorot hingga mempertontonkan bagian bawah tubuhnya. Leon sangat memahami bagian tubuh Niel mana yang mampu membuatnya mengikuti keinginannya tanpa harus bersusah-susah menggoda. dirabanya lubang a**s Niel lalu dimasukkan jarinya untuk melemaskan sebelum memasukkan miliknya. setelah dirasanya siap, cepat dibukanya celananya dan memasukkan miliknya kedalam lubang Niel sekali sentak.
desahan dan erangan kenikmatan keluar dari mulut Niel menambah semangat Leon untuk terus meningkatkan gerakannya menaikan dan menurunkan tubuh Niel serta tangannya yang mengocok. bahkan sesekali Niel menggoyangkan pantatnya sedemikian rupa membuat geram Leon.
"apa yang kalian lakukan? jangan bilang..."
mereka berdua tersentak kaget mendengar suara Matthew kalem menunggu reaksi kedua orang dihadapannya yang asyik dengan satu sama lain. Leon mendengus kesal merasa terngangu tapi tetap saja tangannya terus mengocok milik Niel yang sempat turun
"Leon...sudah...ya.."
Niel merasa malu dengan kedatangan Matthew yang santai saja menonton mereka berdua bercinta bahkan ada sedikit perubahan pada gerakan Leon yang memang paling suka kalau kegiatan intimnya ada yang melihat.
"uhh...ahhh...Leon...aku mau keluarrr"
"bersamaan sayang"
Matthew menelan ludahnya melihat itu dan perasaan jijik tergambar jelas diwajahnya tapi itu semua mempengaruhi setiap sel sarafnya meminta hal yang sama, diliriknya bagian tubuhnya yang terlihat mengembang sempurna untuk dilepaskan bahkan mulai dirasakannya basah.
"ehm..."
"Leon...."
"ya sayang...ya..."
Matthew tidak sanggup lagi melihatnya, segera saja ia berbalik tapi tertegun melihat Santana berdiri mematung melihat itu bahkan matanya menilisik kearah bawah Matthew yang sudah mulai nyeri.
"Santana...apa yang kamu inginkan"
"makan siang sudah siap"
kalimat Santana yang ambigu membuat Mathew tidak nyaman bahkan nyaris mengerang dalam hati karena sangat menginginkannya dalam artian lain sedangkan Niel dan Leon merasa tidak terganggu dengan gangguan itu malah membuat mereka bersemangat untuk meneruskan kegiatannya. Matthew berusaha menutupi kegiatan m***m Niel dan Leon dengan tubuhnya yang lumayan besar sebelum Santana bisa melihat jelas dan akan mengamuk kalau tahu dua makhluk ajaib itu melakukan hal yang tidak terpuji di teras samping.
"ehm..boleh aku ke kamar mandi dulu?"
"ke kamarku saja, kamar mandi dapur sedang diperbaiki, ayo"
Mathew bingung melihat Santana tidak berjalan juga malah berusaha melihat apa yang terjadi dibelakang punggung Mathew yang menutupi Niel dan Leon. Santana sedikit heran dengan sikap Mathew yang aneh.
"mereka berdua sedang apa?"
"hiraukan , mereka berdua tidak penting daripada Ayana sekarang ini"
"benar juga"gumam Santana tidak puas dengan jawaban Mathew, ia berfikir nanti saja ditanyakan.
Santana membalikkan badannya diikuti Mathew dibelakangnya memperhatikan gerakan tubuh Santana secara diam-diam. selintas perasaan bersalah hadir dalam hati Mathew tapi mau bagaimana lagi nasi sudah jadi bubur, saat ini terpaksa Mathew hanya bisa menjadi teman bagi Santana. untuk sekarang ini Mathew harus puas berada dalam hidup Santana sebagai calon besan.
Dibukanya pintu kamar santan dan terkejut melihat Ayana berada di kamarnya. Matthew tertegun melihat anaknya yang tidak dapat diakui olehnya. Wajah yang mirip dengan Santana bahkan bentuk lekuk tubuhnya nyaris tidak berbeda.
"ibu?"
Ayana mengerutkan keningnya dalam-dalam melihat pria yang tadi dilihatnya sekarang berada dikamar Santana ibunya.
"kenalkan ini calon mertuamu Ayana"
Ayana bingung harus bagaimana bersikap tapi Mathew berusaha menghapus kecanggungan yang terjadi dengan mengulurkan tangannya kearah Ayana untuk bersalaman.
"panggil saja aku Papa"
"eh..iya om"
"Oya, kamar mandi?"
"astaga maaf silahkan itu "kata Santana sambil menunjukkan letak kamar mandi yang berada di kamarnya dekat lemari.
Ayana diam saja memperhatikan tingkah Santana ibunya yang gugup. Mathew cepat-cepat masuk kedalam kamar mandi untuk menuntaskan apa yang akan dikeluarkan tubuhnya. Santana keluar kamar diikuti Ayana yang terus mengikuti hingga ke dalam dapur.
"Bu"
"ya Ayana sayangku"
"jangan lebay dong bu"
Santana mulai mengeluarkan beberapa bahan makanan kemudian diaturnya diatas meja dapur. mengetahui jam menunjukkan sebentar lagi malam , hatinya antusias membuat makanan dan lagi sekarang ditambah ada Mathew.
"buat makanan kesukaan Mathew ah..sudah lama", batin Santana.
Ayana terheran heran mendadak melihat senyuman manis Santana ibunya yang jarang terlihat tapi hari ini sudah berkali kali dilihatnya.
"benarkah itu calon mertua Ayana?"
"ya"
"kok kemari? bukannya acara masih 3 hari lagi ya Bu?"
"memang acara pernikahan itu 3 hari lagi tapi pertunangan kan besok malam"
"apa!!!"
Niel dan Leon masuk kedalam dapur tepat saat Ayana berteriak kaget. Santana ibunya kesal dibuatnya karena teriakan Ayana membuat jarinya tergores pisau hingga keluar darah. semua orang kaget melihat itu tapi belum sempat merespon kejadian tersebut, Matthew datang langsung mengambil alih jari Santana dan memasukkan jarinya kedalam mulutnya.
"eh..itu.."
Santana terdiam, tidak jadi ketika mata Mathew yang terlihat sedikit marah menatapnya. Niel dan Leon pergi meninggalkan mereka berdua sambil mengapit tangan Ayana dan menutup mulut Ayana dengan tahu goreng sehingga mau tidak mau Ayana mengikuti keinginan Leon dan Niel.
Begitu diruang tamu, Ayana didudukkan di samping Leon sedangkan ayahnya Niel berdiri dekat jendela rumah.
"om?"
"biarkan mereka berdua"
"maksud om"
Leon menghembuskan nafasnya pelan sambil mengamati gerakan Niel yang menghampiri mereka berdua lalu duduk di hadapan Ayana.
"Ayana"
"ya, ayah"
"ayah mau cerita tapi setelah ayah cerita jangan bertanya kepada ibumu"
"mengapa?"
"ibumu sudah banyak terluka dan terbebani jadi ayah harap Ayana bisa mengerti"
"baiklah"
Niel menyandarkan kepalanya di sandaran kursi sambil menunggu Leon yang pindah duduk disebelahnya. Ayana memandang keduanya dengan bingung. setelah Leon duduk dengan nyaman, Niel mengubah posisi duduknya.
"sebenarnya ibumu dan calon mertuamu adalah orang tuamu yang sesungguhnya", kata Niel perlahan takut mengetahui reaksi Ayana yang mungkin akan menjadi masalah.
"tapi.."bantah Ayana
"dengar sampai selesai Ayana!"tegur Leon tidak suka dan itu cukup membuat Ayana diam.
"dulu mereka adalah sepasang suami istri tapi karena kesalahpahaman dari papamu yang t***l membuat akhirnya mereka bercerai, saat itu ibumu tidak tahu kalau sedang hamil. Ayah dan om Leon sebenarnya suami istri dan sahabat ibumu tentu saja menerima ibumu dengan lapang d**a dan menikahinya"
Ayana menutup mulutnya terkejut bahkan nyaris tidak percaya dengan apa yang didengarnya tapi Leon mengelus tangan Niel dihadapannya dengan santai bahkan mengecup bibir Niel sekilas. Ayana membelalakkan matanya melihat kejadian itu.
"Leon ah.. jangan gitu depan Ayana"tegur Niel spontan manja, Leon hanya terkekeh geli dengan tingkah Niel.
"jadi kalian...gay lalu ibuku?"
"ayah tidak pernah menyentuhnya, kita sudah seperti saudara kakak adik bagaimana mungkin ayah Melaku lebih dari itu. buat ayah memiliki Ayana sebagai putri ayah merupakan anugerah terindah yang dapat kami rasakan"
"terus aku gimana"
"seharusnya kamu panggil om Leon dengan panggilan ayah Leon. tapi, itu sih terserah Ayana juga maunya bagaimana"
"jadi aku punya 3 ayah?"
"yah bisa dibilang gitu tapi sebenarnya sih hanya punya 2ayah", kata Leon santai dan membiarkan Niel yang mulai merebahkan kepalanya di pangkuannya.
"kok"
"yang dipangkuan om sekarang ini kalau diluar negeri dipanggil nyonya hahaha"
Niel yang mendengarnya hanya tersenyum malu dan menutup mata dengan bantal sofa. melihat itu Ayana syok dan bingung.
"nah sekarang Ayana kan sudah tahu jadi om harap mulai malam ini dan seterusnya kamu bisa mengerti. lagipula om rasa kamu bisa melihat jelas bagaimana ibumu terlihat bahagia dengan papamu itu"
"tapi dia calon mertua Ayana"
"yahh ada janji yang harus dibayar suka tidak suka , calon mertua mu yang sudah banyak membantu Niel ayahmu"
"ayah...Ayana ke kamar dulu ya. Ayana bingung"
Niel bangun lalu memeluk Ayana lembut. Leon diam saja sambil mengamati wajah Ayana dan Niel.
"istirahatlah ,besok acara penting. ayah harap Ayana tidak berlaku bodoh seperti papamu itu"
Ayana mengangguk pelan saja kemudian tinggalkan mereka. Niel kembali tiduran di pangkuan Leon. mereka berdua bersamaan menari nafasnya panjang. Sejujurnya mereka enggan membeberkan rahasia kecil itu tapi tidak mungkin Niel harus terus menerus merahasiakan dari Ayana terlebih usianya sudah bukan lagi anak-anak.
sementara di dapur, Mathew membantu Santana memasak makan malam tidak memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya. sesekali mereka tertawa terbahak-bahak mengetahui kesalahan kecil dalam memasak saat mereka bernostalgia masa lalu. terkadang Mathew sekilas mencuri kecupan di bibir Santana dan itu sudah cukup membuat Santana jengah.
cinta tidak harus memiliki tapi cinta bisa sebagai penghubung kenangan masa lalu dan sekarang walaupun berakhir sebagai seorang teman ataupun sahabat.