Sejak pagi rumah Ayana sudah disibukkan dengan kegiatan persiapan untuk malam nanti, suara tawa kerabat dan keluarga besar terdengar ramai belum lagi ditambah EO yang datang untuk memastikan semua lancar.
Ayana berdiri di depan jendela kamarnya dengan pikiran bingung, sejak peristiwa kemarin membuatnya ragu untuk meneruskan pernikahan ini terlebih rahasia ibunya. Ayana mendengar suara tawa ibunya gembira dibawah. pintu kamarnya terbuka, Ayana membalikkan badannya menghadap arah pintu. Leon masuk begitu saja tidak peduli pandangan Ayana yang tidak ingin diganggu sementara waktu, ditutupnya pelan.
"Ayana"
"om eh ayah Leon"
Ayana salah tingkah mengucapkan kalimat yang tidak pernah diucapkan dan hal itu membuat Leon mendengus dingin kemudian duduk diatas ranjang. memperhatikan sekelilingnya dan mengangguk-angguk menyetujui apa yang dilihatnya. Ayana diam saja. Leon sengaja datang ke kamar Ayana untuk menenangkan Niel yang sedari kemarin malam merajuk tidak mau disentuh kalau tidak memastikan kondisi Ayana baik-baik saja.
"jangan lari, Ayana. cukup lihat ibumu saja"
"Ayana bingung"
"apa yang terjadi itu sudah masa lalu. hutang budi kepada keluarga Cassano membuat ibumu terbebani. coba kamu pikirkan posisi ibumu"
"tidak mudah"
"itu tau"
"tapi om eh ayah Leon"
"ketika tidak ada orang lain, kamu bisa memanggilku dengan ayah Leon, Ayana"
Ayana mengangguk pelan sambil duduk di sofa kamar. Leon membaringkan badannya di ranjang Ayana. matanya menatap langit-langit kamar tidur Ayana yang dilukis oleh Ayana sendiri. diperhatikan gambar seorang malaikat yang sangat indah.
"hidup terkadang tidak seperti yang terlihat ayana", Leon mengulirkan badannya kearah Ayana yang diam menunggu penjelasannya.
"ayah tidak menyalahkan kalau kamu membatalkan tapi ayah pesan setelah itu pergilah jauh dari kami karena ayah tidak ingin melihat ayah Niel dan ibumu menanggung malu yang besar"
"bukankah di indonesia, gay belum diakui? ayah tidak malu? bagaimana dengan ibu?"
"tujuan kami hanya menolong ibumu saat itu, lalu apa yang salah, toh kami menikah secara sah di luar negeri, kalau ayah boleh tanya atas dasar hukum, apa ibumu bisa menikahi ayah Niel?"
"Ayana tidak tau"
"ibumu menikah dengan ayah Niel dibawah tangan. kalau ayah jahat! sejak dari awal ayah sudah menyuruh ayah Niel menceraikan ibumu! tapi lihatlah kami bahkan mencintaimu seperti anak kami sendiri, apa itu belum cukup untuk membalas jasa kami dengan melihat kamu menikah? tanpa keluarga Cassano, ibumu sudah lama mati!" teriak Leon kencang , untung saja kamar Ayana dibuat kedap suara oleh Niel jadi tak seorangpun bisa mendengar perkataan itu.
Ayana menunduk dan menghapus air matanya mengalir di pipi mengunakan bajunya. Leon bangun dari ranjang Ayana kemudian duduk dengan posisi badannya menghadap Ayana.
"hapus air matamu dan lakukan semua itu untuk kami. kami tidak akan mungkin menjerumuskan anak sendiri ke jurang. ayah harap perkataan ini kamu mengerti"
Leon berdiri dan berjalan menuju pintu tapi sebelum membukanya, ia berbalik memperhatikan sekali lagi kondisi Ayana.
"kamu tidak berhak mempertanyakan cinta karena ayahmu ini sudah mengalah banyak memberikan Niel untuk ibumu! sejak kamu lahir, ayah sudah banyak melihat berapa banyak air mata yang keluar sia-sia dari mata Niel dan ayah tidak ingin melihatnya lagi. kalau kamu ingin merusak dirimu, pergi jauh dari kota ini dan jangan hubungi kami lagi"
Ayana tersentak mendengar suara pintu dibanting setelah mengatakan kalimat keras dari Leon. Leon menjauh dari kamar Ayana menuju kamarnya. Leon membuka pintu kamarnya dan terdiam melihat Niel masih tertidur pulas di atas ranjangnya. iapun duduk disebelahnya lalu ikut berbaring dengan memeluk Niel dari belakang. Leon sudah lelah bolak-balik pulang pergi dari Amerika dan Indonesia. untuk sekali ini Leon bermaksud egois dan membawa Niel pulang kerumahnya yang di Amerika.
Santana keluar dari persembunyiannya yang ada di celah lemari antara kamar Ayana dan kamarnya. ia heran melihat Leon keluar dari kamar Ayana dengan wajah marah, cepat-cepat ia masuk kedalam kamar Ayana dan mendapati putrinya menangis tersedu-sedu.
"Ayana sayang, ada apa nak?"
Ayana bingung mau berkata apa, dihapusnya cepat air matanya. Santana duduk disampingnya kemudian memeluknya.
"tidak ada Bu, Ayana hanya bingung nanti Ayana tidak bisa bertemu dengan ibu lagi", kata Ayana bersandar di pelukan Santana ibunya.
"anak bodoh! jaman sekarang sudah ada video call Ayana , astaga anak ibu mendadak bodoh? lalu mengapa om Leon terlihat marah tadi keluar dari kamar Ayana" selidik Santana
"yah karena Ayana bilang tidak ingin meninggalkan kalian semua"
"astaga Ayana"
Santana mencium kening Ayana perlahan lalu melepaskan pelukannya.
"sebentar lagi tim perias akan datang, lebih baik sekarang Ayana bersiap-siap. ibu tidak mau anak kesayangan ibu jelek. coba bayangkan mau ditaruh dimana muka ibu kalau foto dan aslinya beda"
sontak Ayana cemberut mendengar perkataan itu. Santana mengangkat bahunya kemudian mengambil kemeja panjang yang memudahkan untuk diganti dengan baju pertunangan yang sudah disiapkan oleh Greyson. Ayana menerima kemeja itu dan segera ke kamar mandi. Santana tahu ada yang salah dengan putrinya tapi ia tidak ingin menanyakan hal itu sekarang.
tak lama kemudian pintu kamar Ayana diketuk dari luar, Santana membukanya dan mempersilahkan masuk. sejenak mereka bercakap-cakap tentang model riasan yang tepat untuk Ayana. Ayana keluar dari kamar mandi dan langsung ditarik untuk duduk depan meja rias untuk dirias mengingat waktu tersisa tinggal 5jam lagi.
-----
Greyson mendengarkan penjelasan Juan yang mendadak datang dan mengenalkan beberapa orang yang sudah dipilihnya untuk memalsukan semua dokumen yang ada.
"jadi ini semua hanya dibawah tangan?"
"betul"
"lalu bagaimana dengan dokumen"
"asli tapi palsu"
"maksudnya"
"agama sudah pasti asli tapi kalau hukum tidak"
"bagaimana kalau ingin bercerai"
"ya diurus saja seakan asli tapi usahakan untuk tidak datang ke sidang perceraian"
Greyson manggut-manggut saja sambil mengamati isi dokumen. Juan mengisyaratkan ke anak buahnya yang dengan cepat meninggalkan mereka berdua.
"lalu bagaimana Angela"
"sudah siap untuk hari itu Angela akan melakukan shooting film"
"Gladiola?"
"ehm...itu sudah ditangani dengan baik"
"kapan kamu menikahinya, Juan"
"setelah pernikahanmu , aku akan memberitahukan ayahmu"
Greyson memperhatikan Juan seksama sedangkan yang diperhatikannya mulai tidak nyaman. beberapa kali Juan mengubah posisi duduknya lebih nyaman tapi dengan tatapan Greyson seakan serba salah.
"Gladiola hamil?"
'belum dipastikan tapi diusahakan"
Juan menyeringai lebar mengakuinya yang langsung saja dipukul kepalanya oleh Greyson yang malas melihat seringai yang diperlihatkan Juan. itu membuat hatinya nyeri mendadak mengingat sebentar lagi dirinya akan menikahi wanita yang tidak dicintainya.
"aduh...jangan pakai pukul. juga grey!!"
giliran Greyson yang menyeringai senang , ia tidak pernah mengira akhirnya Juan mampu menaklukkan kakaknya Gladiola setelah sekian lama berpura-pura menjadi sahabatnya.
"jangan terlalu lama"
"tenanglah"
Juan kesal karena dipukul tapi mau gimana lagi Greyson atasannya.
"malam nanti kamu datang?"
"aku harus kembali ke Amerika"
Greyson mengangguk-angguk mengerti sambil mengelus lehernya yang mulai kaku.
"aku merindukan Angela"
"kamu bisa menelponnya"
"Angela susah dihubungi kalau bisa pun Michael yang menjawab"
diam-diam Juan menggumpati Michael yang ceroboh nyaris mengungkapkan rencananya sendiri.
"sebenarnya apa yang dilakukan Angela hingga sulit aku hubungi,Juan?"
"perbedaan waktu tentu saja menjadi kesulitan tersendiri,bos"
"bisnis underground bagaimana?"
"seperti air mengalir bos, tidak ada masalah"
Greyson menghela nafasnya panjang kemudian diam. Juan yang melihatnya segera meminta ijin untuk pergi dan ditanggapi Greyson dengan anggukan kepala tidak berminat.
----
Michael merasa geram mendapatkan Angela malah asyik membaca buku n****+ mengabaikan dirinya yang sedari tadi menunggunya.
"Angela"
"hmm"
"kamu tau ini hari apa?"
"iya gladi bersih buat acara shooting film kan"
"bajunya sudah fitting belum"
"sudah tadi mbak amber datang menggepas sekali lagi"
Angela meletakkan n****+ yang dibacanya keatas meja setelah Michael yang mengusel-usel lehernya dan mengecupnya memberikan tanda kepemilikan.
"Michael..ahh..jangan gitu"
"kenapa"
"nanti tidak bisa hilang, besok bajunya terbuka dan transparan", rengek Angela memprotes tindakan Michael sebelum lebih jauh lagi. Angela sangat mengerti kalau lebih jauh lagi itu berarti bisa sepanjang malam ia melayani nafsu Michael yang tidak pernah ada habisnya.
"Angela...itu bisa ditutupi bedak"
Michael mengendong Angela dan membawanya kedalam kamar. Angela berusaha berpegangan pada leher Michael secara otomatis, takut jatuh. dibaringkan badan Angela diatas ranjang dan tanpa berkata-kata lagi, Michael melakukan apa yang diinginkannya. kalau sudah begini, Angela hanya bisa pasrah dengan keinginan Michael. ada perasaan takut di hati Michael mendekati hari pernikahan Greyson yang sebentar lagi, bagaimana kalau tiba-tiba Angela mengetahuinya. hal itulah yang membuat nafsu Michael melebihi batas.
"Mic"
"yah..." tepat ketika semburan kedua memenuhi tubuh Angela.
"aku ingin pulang ke Indonesia"
"nanti setelah film ini selesai"
"aku..."
gerakan tiba-tiba yang dibuat Michael membuat Angela tidak bisa berfungsi secara normal karena sudah diambil alih oleh kebutuhan yang harus dituntaskan demikian juga Michael.
----
Matthew tertegun melihat foto lama yang ada di laci meja kerjanya. terbersit keinginan untuk menghubungi Santana , wanita yang selalu ada dihatinya. pintu ruang kerjanya berayun kedalam menampakkan istrinya yang cantik bahkan nyaris sempurna mendekati dirinya. dimasukkan perlahan foto tersebut sebelum istrinya sempat menyadari apa yang dilihatnya.
"apa semua sudah siap, Elisabeth sayang"
"sudah Mathew sayang,. Oya, aku pergi dulu"
Elisabeth memeluknya dan mencium bibir Mathew pelan yang langsung disambar Mathew penuh nafsu bahkan tangan Mathew sudah meraba bagian bawah tubuh Elisabeth memang sengaja tidak mengunakan celana dalam dan tentunya jari Mathew masuk dengan leluasa. Matthew termasuk tipe orang yang tidak mampu menahan nafsu sehingga mudah dibangkitkan gairahnya, Elisabeth sangat tahu itu dan sukarela melayaninya tanpa banyak bicara.
begitu selesai pelepasan nafsunya, Mathew mengambil kartu kredit berwarna hitam ke tangan Elisabeth yang langsung disambutnya dengan tenang. hubungan mereka tidak seperti suami istri biasa , buat mereka pernikahan adalah bisnis jangka panjang jadi tidak masalah kalau salah satu berselingkuh asal tidak ada anak yang mengikutinya. hubungan itu dibuat setelah Mathew kembali datang ke pangkuan Elisabeth sejak Greyson berumur 5tahun.
langkah kaki Elisabeth terdengar santai meninggalkan Mathew diruang kerjanya tanpa menoleh , iapun menutup pintunya perlahan. dilihatnya tetesan bekas s****a di kaki jenjangnya. cepat diambilnya tisu basah tapi sebelum sempat ia mengambilnya, ia terdiam melihat Diego kekasihnya membersihkan kakinya dengan lembut menggunakan bibirnya merayap keatas.
nafas Elisabeth tersendat-sendat menikmati sensasi yang dihidupkan melalui kelincahan lidahnya.
"aku..", Elisabeth mencengkeram pundak Diego berusaha keras untuk tidak berteriak ketika gelombang kenikmatan itu datang. Elisabeth sangat menyadari dibalik pintu itu Mathew masih ada didalam dan tentunya ia tidak ingin kartu kredit itu diambil kembali. Diego tersenyum licik dan membiarkan semburan cairan kental itu membasahi lantai dan bibirnya baru kemudian mencium bibir Elisabeth dan memaksakan miliknya masuk dengan cepat kedalam tubuh Elisabeth, ia tidak terima wanita yang dicintainya habis dipakai oleh atasannya. Diego ingin menghapus semua jejak Mathew yang ada didalam Elisabeth hingga tak bersisa.
"aku akan membuatmu tidak bisa berjalan ,sayang"bisiknya kejam ditelinga Elisabeth setelah itu Diego membopong tubuh Elisabeth menuju kamar mandi terdekat.
erangan kenikmatan yang keluar dari mulut Elisabeth didalam kamar mandi ,sudah pasti membuat Diego lepas kendali dan benar saja Elisabeth tidak dibiarkan begitu saja melawan keinginannya. seluruh tubuh Elisabeth penuh s****a yang sengaja di muncratkan oleh Diego. Elisabeth diam saja membiarkan Diego melepas nafsunya yang gelap mata karena cemburu. tubuhnya sakit pada bagian-bagian tertentu tapi Diego belum selesai.
penyesalan selalu datang terlambat ketika dulu Elisabeth menolak permintaan Diego menjadi istrinya tapi sekarang lihatlah Elisabeth menjadi b***k nafsu Diego maupun Mathew. hati Elisabeth menjerit tapi tak berkuasa saat uang sudah bicara. diambilnya uang yang dilemparkan Diego kearahnya, Diego keluar dari kamar mandi tidak memperdulikan keadaan Elisabeth yang sangat memperihatinkan. diusapnya air matanya setiap sehabis melayani keduanya. cepat dilepasnya baju yang dikenakannya. Elisabeth mandi dengan cepat dan mengambil pakaian yang memang sengaja disediakan di seluruh lemari kamar mandi rumahnya kalau-kalau mereka berdua mendadak minta dilayani.
diperhatikannya sekali lagi setelah siap , Elisabeth keluar dari kamar mandi menuju basemen rumah untuk pergi dari rumah itu sejenak. sopir yang sudah menunggunya segera saja membukakan pintu dan mengendarai mobil Elisabeth. sopir Elisabeth mengetahui persis apa yang dialami majikannya sejak ia muda jadi ia cepat-cepat membawanya pulang ke rumah yang sengaja dibeli diam-diam oleh Elisabeth untuk melarikan diri dari Mathew dan Diego.