Juan mendengarkan penjelasan Greyson melalui telepon kemudian diletakkan handphonenya di atas meja, iapun bersandar di sandaran kursi sambil memperhatikan orang-orang disekitarnya yang dapat ia lihat melalui kaca jendela pembatas ruang kantornya. jarinya mengetuk pelan dimeja menghitung jumlah kerugian yang harus ditanggung perusahaan milik Greyson untuk sementara waktu efek pemindahan Angela ke Amerika.
matanya menangkap sosok perempuan yang berjalan lemah gemulai dan tersenyum kecil ketika beberapa kali disapa oleh pegawainya. Gladiola wanitanya datang dari Indonesia langsung menuju kantor Juan , alih-alih beristirahat di apartemen miliknya. tangan mungilnya memegang gagang pintu dan masuk kedalam ruangan Juan dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya membuat Juan gerah karena itu tandanya Gladiola tidak menyukai rencana yang dibuatnya.
"Juan... Indonesia dan Amerika itu sangat jauh"
Juan menelan ludahnya sendiri sebelum merangkai sejuta kata kebohongan untuk Gladiola wanitanya. iapun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Gladiola. Sesaat dipeluknya dan diciumnya bibir Gladiola dengan penuh kerinduan yang tidak ditutupi. Gladiola menerima pasrah perlakuan Juan yang memang setiap bertemu dengannya akan seperti ini. untuk waktu yang lama mereka berdua seakan lupa berada dimana. Posisi tersebut tentu saja seluruh pegawainya yang berada satu lantai dengan Juan melihatnya dan terkejut karena setahu mereka, Juan tidak pernah mempertontonkan kemesraannya dengan lawan jenis bahkan nyaris kaku.
Dilepasnya ciumannya dan membiarkan Gladiola menarik nafasnya yang memburu serta mengguncang semua sarafnya yang tidak pernah diketahui olehnya. Juan memang sengaja melakukannya untuk mengetahui reaksi Gladiola.
"apa yang terjadi,Juan"
"tidak ada"
sontak wajah Gladiola berubah menatap Juan tidak percaya sedangkan Juan malah merapatkan tubuhnya kearah Gladiola seakan ingin menyerap energi Gladiola. Gladiola tidak mengerti perubahan Juan yang mendadak seperti ia adalah kekasihnya.
"Juan"
"ayo aku antar ke apartemen", ucap Juan mengalihkan perhatian Gladiola dengan menarik pelan tubuh Gladiola yang masih berada di pelukannya sehingga mau tidak mau ia mengikuti langkah Juan.
Sebelum melangkah jauh, Juan bertemu dengan sekretarisnya lalu berhenti sejenak untuk kesekian dibawah tatapan curiga Gladiola.
"semua dokumen yang berkaitan dengan fashion week sudah harus ada dimeja saya besok!"
"baik pak"
"Juan itu..."
Juan menoleh kearah Gladiola dan mengecup bibirnya sekilas. perlakuan spontan Juan membuat Gladiola terdiam dan wajahnya berubah merah menahan malu. Sekretaris Juan matanya melotot melihat kejadian tersebut tapi kemudian dia mengubahnya menjadi biasa, takut Juan atasannya akan marah.
"untuk hari ini semua jadwal dibatalkan"
"tapi pak"
"lakukan saja apa yang saya minta!"
"baik pak"
Juan dan Gladiola melanjutkan langkahnya menuju lift khusus untuknya. Sekretarisnya mengumpat di belakangnya yang berjalan menuju meja sekretaris diluar ruangan Juan. Jadwal pertemuan untuk hari ini terpaksa dirubah padahal membuat janji temu dengan beberapa kolega dan klien tidak mudah karena banyak yang berada diluar Amerika.
Gladiola diam saja selama perjalanan ke apartemennya, Juan masih belum mau melepaskan pelukannya dan itu membuatnya risih terlebih karena beberapa kali sopir didepan meliriknya.
"itu mata untuk melihat didepan bukan dibelakang"tegur Juan sangat pelan dengan intonasi yang mampu siapapun yang mendengarnya langsung merinding.
"eh maaf pak"kata sopirnya dengan gugup.
Gladiola menengadah menatap wajah Juan yang tampak guratan kelelahan dan senyum Juan saat melihatnya. Juan menundukkan kepalanya menatap mata Gladiola kemudian menciumnya sehingga Gladiola menutup matanya menikmati sentuhan mulut Juan. Gladiola merasakan perasaan nyaman yang tidak dapat dilukiskan bahkan nyaris tidak pernah ia rasakan saat bersama Greyson. Gladiola tahu kalau dirinya salah sudah melampiaskan kerinduannya kepada Juan tapi ia juga tahu Juan tidak akan keberatan dengan yang dilakukannya.
"pak, sudah sampai"
Juan menghentikan aktivitasnya demikian juga Gladiola yang memperbaiki penampilannya terlebih mendadak ia menjadi gugup. Juan membiarkan Gladiola keluar dari mobilnya setelah dirinya dan kembali memeluk pinggangnya. Gladiola berusaha menurunkan tangan Juan yang berada di pinggangnya yang mulai menjadi tatapan perhatian orang-orang saat mereka berdua menunggu lift. Tapi Juan malah mempererat tangannya bahkan sesekali mencium bibir Gladiola seakan tidak peduli pendapat orang lain. orang-orang disekitarnya tersenyum maklum bahkan ada yang memfoto mereka berdua untuk dimasukkan kedalam media sosial.
Mereka semua masuk kedalam lift dengan tenang. Saat sudah hampir mencapai lantai tempat tinggal Gladiola, Juan melepaskan pelukannya dan itu membuat Gladiola lega.
"malam ini aku menginap tempatmu"
Mendengar kalimat Juan yang mendadak menjadikan Gladiola bertambah salah. Juan hanya meliriknya tanpa minat lalu melangkah keluar dari lift begitu terbuka, Gladiola mengikuti langkah Juan padahal ini apartemennya. Sebelum melangkah jauh, diletakkan handphonenya keatas meja marmer yang berada di tengah ruangan itu. Juan duduk di sofa depan jendela yang menghadap kearah pemandangan alam. Posisi apartemen Gladiola yang mengarah ke pantai menambah pesona tersendiri bagi pemiliknya. decak tidak setuju terdengar dari mulut Gladiola saat melepas sepatu high heels honey favoritnya. Juan menutup matanya meresapi setiap momen hari ini yang ingin dirubahnya menjadi miliknya selamanya dengan memanfaatkan semua perintah Greyson dan fasilitas.
"Juan!!"
Juan membuka matanya perlahan seiring matahari terbenam sehingga memberikan siluet cantik dibelakang Gladiola berdiri. Gladiola yang tidak menyadari sedikitpun perubahan ekspresi Juan yang memang tidak pernah ia ketahui selama ini. Tangan Juan terulur menarik Gladiola jatuh keatas pangkuannya kemudian menciumnya dengan cepat sehingga Gladiola yang awalnya tidak ingin membalas terpaksa membalasnya saat Juan menyentuh bagian sensitif tubuhnya, mulut Gladiola terbuka dan membiarkan Juan mengabsen serta memberikan jejak panas yang tidak dimengerti sama sekali oleh Gladiola. Juan menggeser posisi badannya untuk membaringkan tubuh Gladiola di sofa sambil tetap menciumnya.
"Juan.."
tepat saat mulut Juan menyentuh bagian depan tubuh Gladiola yang sudah terbuka polos tidak ada penghalang sama sekali. Juan melirik kearah wajah Gladiola yang kebingungan mendapatkan sensasi yang dibangkitkan oleh Juan.
"hmm"
"apa yang kamu lakukan"
"bermain"
"ini...ah..Juan...ini tidak benar"
"benarkah?"
"ya"
"kamu ingin aku berhenti?" tanya Juan berhenti sejenak menunggu jawaban Gladiola yang mulai terlihat diwajahnya reaksi sentuhan Juan sudah tidak dapat dibendungnya.
"aku..aku..tidak tahu"jawab Gladiola dengan pelan sambil menarik wajah Juan kearahnya.
Juan mengangkat badan Gladiola yang lemas menuju kamarnya dan membaringkan disana. Juan menindihnya dan menatap mata Gladiola yang tidak mengerti bahkan merasa kehilangan dengan sentuhan Juan.
Juan berkata "aku menginginkanmu dan mulai hari ini kamu milikku", setelah berkata demikian Juan melanjutkan apa yang sudah dimulainya tanpa mendengar satupun kalimat protes yang keluar dari mulut Gladiola. Juan sudah tidak peduli lagi dengan benar atau salah menurut aturan yang berlaku. menurutnya sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat Gladiola menjadi miliknya.
jeritan kesakitan Gladiola seakan menambah kenikmatan dan rasa syukur tiada henti diucapkan Juan dalam hati. Ini adalah yang pertama kali buat Gladiola jadi rasa sakit dan nikmat yang bersamaan ketika dimasuki Juan dalam tubuhnya membuat ia tidak mampu membendungnya sehingga dengan cepat mencapai klimaks tapi Juan tidak menghentikan, ia terus membuat Gladiola melayang jauh bahkan mengancam kewarasannya serta jiwanya yang tanpa disadari olehnya telah membuat Juan ada dihatinya.
Ditariknya lepas miliknya setelah selesai dan ambruk disamping Gladiola yang nafasnya memburu karena pelepasan yang entah ke berapa. Juan menarik badan Gladiola lebih rapat kearahnya dan bed cover untuk menutupi seluruh tubuhnya. Gladiola terpaksa menengadah untuk melihat Juan.
"maaf"
"Juan itu..."
Gladiola melotot kearah Juan yang seenaknya memasukkan sebuah cincin dijarinya. Juan mengecup kening Gladiola lalu tersenyum puas melihat wajah cemberut Gladiola.
"jangan dilepas..aku akan bertanggungjawab"
"tapi Juan"
"aku tahu kamu tidak mencintaiku tapi aku tidak mungkin tidak bertanggungjawab setelah baru saja yang kita lakukan"
"Juan"
"nikmati saja apa yang kuberikan, nanti kalau semua sudah selesai aku akan menikah denganmu"
"Juan ,kamu tidak perlu melakukan itu"
"apa kamu pikir tindakan barusan tidak menghasilkan sesuatu seperti bayi misalnya"
Gladiola terkejut mendengar kalimat Juan yang mengingatkan bahwa ada konsekuensi besar dikarenakan tadi tidak memakai alat pengaman alias kondom. Juan tertawa terbahak-bahak melihat wajah Gladiola mendadak pucat pasi mendengar kata bayi.
"bayi?"
"yah siapa tahu didalam sana sudah tumbuh Juan kecil"
"itu tidak mungkin Juan"
"katakan padaku sekarang tanggal berapa"
"tanggal apa"
"menstruasi"
Gladiola mulai mengingat-ingat tanggal dan mulai panik saat tahu ini tanggal subur 3hari sebelum ia mendapatkan menstruasi. kepala Juan masuk kedalam ceruk leher Gladiola dan merasakan denyut nadi cepat milik Gladiola.
"bayi"
"tidurlah aku capek"
"tapi"
"atau kita bisa mengulang kejadian tadi..."
"tidak..tidak..kita tidur saja"
Gladiola menutup matanya dengan harapan peristiwa tadi hanya mimpi saja dan tidak akan ada bayi didalamnya. Juan tersenyum geli melihat reaksi wanita yang dicintainya bahkan Gladiola belum protes mengenai cincin dijarinya serta alasan ia memindahkan Gladiola ke Amerika. Untuk kali ini saja Juan bertindak mengikuti kata hatinya dengan mewujudkan obsesi pribadinya. Belum sempat Juan menutup matanya, ia mendengar suara handphone miliknya berbunyi nyaring hingga mau tidak mau memaksa Juan bangun dan melepaskan Gladiola yang sudah tidur pulas. senyum mengembang di wajah Juan lalu diambilnya celana panjangnya tanpa menggunakan celana dalamnya. Juan melangkah menuju ke meja marmer ditengah ruangan. dilihatnya nama Greyson terpampang jelas di layarnya kemudian digesernya warna hijau untuk menerima panggilan telepon.
"ada apa grey?"
"dimana dokumen yang berisi tentang Ayana?"
"ada di laci nomer tiga kamar Gladiola"
"untuk apa kamu letakkan disana dokumen sepenting itu"
"itu tempat teraman grey..kamu tahukan Gladiola tipe orang yang tidak memperdulikan barang-barangnya sendiri jadi ya aku taruh saja"
"astaga Juan, aku tahu kamu sangat mencintai kakakku tapi tidak begitu juga"
Juan memijit pelipisnya yang mendadak sakit kepala walaupun sebenarnya tidak hanya saja ia harus memberitahukan apa yang terjadi dengan Gladiola kepada Greyson, bagaimanapun sebentar lagi dia menjadi kakak ipar Greyson.
"Oya grey...aku akan menikahi kakakmu"
"apa!! bagaimana? kamu nyakin"teriak kencang Greyson di handphone membuat Juan menjauhkan handphonenya dari telinga
"tidak usah teriak juga telingaku tidak tuli"
"hahaha maaf, ini berita bagus. nanti aku beritahukan kepada kedua orang tuaku"
"jangan dulu aku ingin membuat kejutan untuk semuanya"
"baiklah"
"Greyson mengenai pernikahanmu dengan Ayana semua sudah siap di Amerika sedangkan di Indonesia memerlukan instruksi langsung darimu"
"kirim saja informasi semuanya melalui handphone yang satunya"
"ok"
"jadi sekarang aku harus membiasakan diri memanggilmu kakak ipar?"
"heh..tidak..tidak untuk sekarang masih belum jelas"
wajah Juan memerah senang bahkan nyaris hatinya ingin bersorak gembira tapi ditahannya kalau tidak ingin Gladiola mendengar teriakannya.
"Juan"
"lakukan saja yang perlu"
"baik bos"
akhirnya Greyson mengakhiri sambungan teleponnya. Juan duduk di sofa sambil merenung apa yang baru saja terjadi. lama ia termenung hingga tidak menyadari kedatangan Gladiola yang langsung memeluk lehernya dari belakang.
"apa yang kamu pikirkan Juan"
Juan menengadah menatap wajah Gladiola yang dekat dengannya.
"kita dan bayi"
Mendengar itu perasaan Gladiola menghangat membuatnya tanpa sadar melumat bibir Juan yang dibalas Juan dengan senang. perlahan ditariknya tubuh Gladiola melewati sandaran sofa hingga posisinya Gladiola berada di pangkuannya tanpa melepaskan ciumannya yang mulai menjelajah ke beberapa tempat. Gladiola memakai kemeja Juan setelah menyadari Juan tidak ada disampingnya dan mencarinya. Sempat Gladiola merasakan sebuah perasaan yang tidak mampu ia jelaskan ketika menemukan Juan sedang duduk sendirian di sofa. Ada perasaan tidak nyaman mengetahui Juan seperti kebingungan terlihat diwajahnya. Untuk pertama kalinya Gladiola membiarkan dirinya mengikuti keinginan hatinya yang menginginkan Juan berada didekatnya.
"aku tidak tahu harus bagaimana tapi satu yang harus kamu tahu aku tidak akan membiarkan siapapun juga untuk membuatmu terluka"
Sehabis mengucapkan kalimat itu ,Juan memasuki kedalaman tubuh Gladiola yang membuat batas tepi antara kewarasan dan kegilaan akan kenikmatan yang dirasakannya hilang. sepanjang malam itu yang terdengar hanya suara desahan dan erangan berulangkali dari keduanya disaksikan bulan yang tepat ada dihadapannya menembus jendela kaca apartemen seakan langit turut menyetujui permintaan Juan.
Gladiola menyerah membiarkan Juan melakukan apa yang diinginkannya dan kali ini ia hanya ingin menikmati selagi bisa sedangkan Juan berjuang keras untuk menarik semua perhatian Gladiola hanya untuk dirinya seorang tanpa Greyson didalamnya.