bolak balik dilihatnya handphone miliknya, takut Greyson menelponnya tapi ia tidak dengar. sudah 2hari Greyson tidak menghubunginya. jarak antara Amerika dan Indonesia sangatlah jauh. Ayana sadar itu tapi yang membuatnya gelisah karena Greyson sebentar lagi bertemu dengan Angela kekasihnya.
"haduh, bagaimana ini"gumamnya pelan sambil bolak balik ke kamar Greyson seakan berharap ia melihat Greyson disitu. Ayana tidak melihatnya, bayangannya pun tidak. air matanya menetes lagi. Ayana duduk di ranjang, mengusap seprai yang terakhir kali Greyson tiduri. untuk sejenak Ayana mengenang kembali percakapan diantara mereka.
----
Michael merasa gelisah mendengar kalimat Juan yang duduk dengan santai memainkan game di handphonenya.
"kamu nyakin Greyson kemari"
"dalam perjalanan"
"seberapa cepat"
"kalau tidak ada hambatan...besok sampai"
Michael mulai mondar-mandir kemudian ia melihat ke arah jendela yang menampilkan pesona kota dibawahnya. kesibukan padat di hari ini sama seperti hari kemarin, setiap orang acuh tak acuh terhadap satu sama lain. Juan menghentikan aktivitasnya dan ikut berdiri disampingnya.
"bagaimana Angela"
"masih sama, Gladiola?"
"tidak jauh beda"
mereka berdua terdiam dan menghela nafasnya mengetahui Greyson datang ke Amerika berarti Angela dan Gladiola mulai melupakan mereka karena cinta mereka hanya untuk Greyson.
"kita bunuh saja gimana"
"gila"
"yahh aku tidak mau kehilangan Gladiola"
"setelah p***s mu masuk setiap malam? yang benar saja Juan"
"hati kan tidak bisa dipaksa"
"benar juga kalau sekedar seks, tidak masalah tapi kalau lebih aku rasa Angela pasti menolak"
"dimana Angela"
"sekarang sedang mencari makanan kesukaannya, akhir-akhir ini ia sedikit aneh"
"hamil tidak"
"hamil?"
"coba kamu ingat-ingat sejak kapan dia aneh"
Michael diam untuk waktu lama bahkan nyaris tidak dapat menahan tawa begitu ia sadar perubahan aneh Angela. Michael buru-buru pergi meninggalkan Juan yang bengong melihatnya pergi begitu saja. dilihatnya Gladiola masuk kedalam ruangannya.
"ada apa dengan Michael"
"tidak tahu, kenapa memang"
"hampir saja menabrak ku"
Juan mengangkat bahunya menandakan dirinya tidak tahu.
"kamu tahu Greyson akan datang"
"ya, Diego baru saja memberikan kabar"
Juan malas membahas tentang Greyson, ia keluar untuk mencari udara segar. Gladiola menatapnya tajam kepergian Juan yang mendadak. Gladiola merasa bersalah tapi sekali lagi cinta tidak dapat dipaksakan.
langkah kaki Juan sampai di cafe dekat kantor. ia masuk kedalam dan duduk. tak banyak yang datang ketempat ini karena masih jam kantor. ia memesan capuccino latte panas ke pelayan yang datang ke mejanya.
"apa sulit untuk melepaskan perasaan untukku"
Gladiola duduk di depan Juan yang diam membisu. kopi yang dipesannya muncul di letakkan didepannya, asap mengepul menggoda hidung siapapun yang menghirupnya.
"aku mencintaimu"
"kita sahabat Juan"
"tidak, aku tidak pernah menganggap kamu sahabatku"
"Juan"
Juan mengubah posisi duduknya lebih nyaman sehingga mudah menyesap kopinya. Gladiola bersandarkan pada kursi dan mengamati lalu lalang orang didepan cafe.
"jangan lakukan ini padaku,Juan"
"aku mencintaimu hanya itu"
"tapi aku tidak"
"katakan padaku Gladiola, apa yang kamu dapatkan dari Greyson"
"aku merasa dibutuhkan"
"aku melakukan hal yang sama untukmu"
"aku merasa berada ditempat yang benar"
"benarkah? Greyson adalah adik tiri dan kamu bukan siapa-siapa dimatanya"
"Juan!"
mata Juan memandang Gladiola marah , ia tidak menyukai satu oktaf nada suara yang dikeluarkan oleh Gladiola. Gladiola merasa bersalah.
"maafkan aku"
"tidak ada yang perlu dimaafkan"
"Juan , please..."
"kalau aku bisa memberikan apa yang diberikan Greyson, apa kamu akan mempertimbangkan aku?"
"aku.."
"katakan padaku, cinta apa yang kamu cari Gladiola"
Gladiola terdiam tak menjawab pertanyaan Juan yang memang ia bingung. Juan sadar betul mengkonfrontasi Gladiola bisa berujung kehilangan tapi sebelum Greyson muncul, ia harus mendapatkan perhatian Gladiola hanya untuknya.
"aku mencintaimu ,tak peduli dengan latar belakang apa yang kamu miliki. aku menginginkanmu tanpa anak ataupun dengan anak yang memang milik kita"
"walaupun kita tidak menikah sama sekali"
"buatku ini sudah cukup"
"Juan"
"aku..."
"aku tidak bisa menjanjikan hidup yang selalu mulus tapi aku bisa janjikan kamu kalau aku selalu ada dan kamu tidak akan pernah hidup susah"
Gladiola mendengar kalimat Juan yang memang hanya itu saja yang diinginkannya.
"kamu tidak akan meninggalkan aku?"
"tidak akan pernah dan tak terlintas di pikiranku"
diraihnya tangan Gladiola untuk mengikuti keinginan Juan yang berdiri keluar dari cafe. mereka berdua berjalan tanpa kata-kata. tiba-tiba Juan berhenti di depan toko perhiasan.
"beri aku kesempatan untuk membuat semua menjadi nyata"
Gladiola menoleh kearah Juan yang menatapnya dengan pandangan lembut. senyum menghiasi wajahnya.
"katakan ya, Gladiola"
Juan menunggu jawaban Gladiola yang masih ragu dengan keinginannya.
"please Gladiola, one chance"
"Juan...tanpa pernikahan yang tercatat?"
"ya..tapi dengan cincin yang melingkar di jarimu tentunya"
"Juan, aku sungguh-sungguh"
"yang bilang bohong itu siapa"
Juan gemas jadinya, diciumnya bibir Gladiola dengan lembut hingga perasaannya dapat dirasakan oleh Gladiola. Gladiola merasa tidak berdaya, ada getaran yang tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Juan melepaskan ciumannya dan menatap wajah Gladiola yang memerah.
"Gladiola, apa jawabannya"
Juan tak mampu membendung perasaannya lagi ketika Gladiola mengangguk pelan.
"katakan padaku"
"tadi udah Juan"
"apa itu...katakan ya, Gladiola, aku mau rekam"
"eh...Juan"
"ayo katakan"
mereka menjadi tontonan orang yang ada disekitarnya. mereka sama sekali tidak menyadari sudah menjadi tontonan orang dari awal.
"katakan padaku, Gladiola sayang"
"ya aku menerimamu"
Juan mengangkat badan Gladiola dan memutar-mutar badannya dengan tawa yang terbahak-bahak bahagia.
"terimakasih kesempatannya, ayo"
"kemana"
"beli cincin"
Juan langsung masuk kedalam toko perhiasan dan disambut dengan antusias pegawainya. tentu saja drama yang terjadi didepan toko sudah ditunggu kelanjutannya. Gladiola tersenyum malu melihat Juan yang memintanya untuk mencoba semua cincin di toko itu.
Juan tak peduli jika harus mengikat Gladiola dengan sederet kata tak penting, buatnya Gladiola adalah miliknya selamanya. cincin itu akhirnya melingkar manis dijari keduanya. senyum mengembang di wajah Juan.
mereka berdua meninggalkan toko itu menuju apartemen. dengan perasaan berbeda. Gladiola tidak tahu bagaimana kedepannya tapi tidak ada salahnya memberikan Juan kesempatan.
hidup itu aneh sama seperti cinta .
Greyson duduk di bandara dengan perasaan kesal. lagi-lagi orang yang dihubungi tak satupun mengangkat panggilannya.
"b******k kemana lagi manusia satu ini"
diusapnya kasar wajah lelahnya. perjalanan berganti-ganti pesawat terbang membuatnya kelelahan. Greyson memutuskan untuk menggunakan taxi bandara menuju hotel yang sudah dipesannya ketika masih di Jogja.
sementara waktu Greyson ingin beristirahat terlebih dahulu sebelum mulai mencari Angela. ia nyakin Juan dan Gladiola sudah tahu dirinya ada di Amerika melalui Diego.
handphone Angela pecah berantakan begitu mendengar penjelasan diego, maksud kedatangannya mendadak. Diego mentertawakan kebohongan Michael yang dilakukannya tanpa setahu Angela.
"bos"
saat ini Angela sedang melakukan pengiriman barang via laut. wajahnya suram seketika mengetahui kebodohannya sendiri yang dimanfaatkan Michael. ia terlalu percaya pada Michael. Angela tidak mengira semua hidupnya hanyalah sebuah permainan dan kebohongan. lama ia berdiri di bibir kapal pengangkut.
"bos"
Angela menatap tajam kearah anak buahnya.
"ada apa"
"patroli polisi sebentar lagi akan melewati kita"
"baiklah"
dengan cepat dilepasnya baju yang dikenakannya dan disisakan hanya pakaian dalamnya yang menyerupai bikini. anak buahnya menelan ludah melihat kemolekan tubuh Angela.
"lakukan tugasmu seperti biasa"
"baik bos"
Angela selalu mengelabui petugas dengan berpura-pura menjadi turis asing yang sedang berjemur dengan kekasihnya di kapal pengangkut miliknya yang disulap menjadi kapal pesiar. polisi meliriknya sebentar lalu melanjutkan kegiatannya tak berminat sedangkan anak buahnya sudah tak tahan lagi tapi ditahannya kalau tidak ingin nyawanya melayang.