8. Menjalankan Rencana

1068 Kata
"Ibu dari mana?" tanya Raihanah saat melihat ibunya baru naik ke teras. "Em, ibu dari itu, dari rumah Bu Tiwi," jawab Bu Salamah. "Ngapain sih Bu, Bu ... Ibu itu lagi sakit, pucat gitu, tolong lah Bu, istirahat!" Raihanah benar-benar tak habis pikir dengan ibunya yang tak mau diam. "Ibu, cuma mau bilang makasih aja sama Bu Tiwi, tadi udah nolong Ibu," jawab Bu Salamah. "Ya sudah, sekarang ibu istirahat, Hanah mau masak." "Iya." Bu Salamah masuk ke dalam kamarnya, wanita paruh baya itu tersenyum mengeluarkan satu benda di tangannya yang baru ia dapatkan dari Bu Tiwi. "Ya Allah, lancarkan rencanaku, ini satu-satunya cara yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan putriku sebelum aku mati. Agar dia tidak bernasib sama sepertiku," gumam Bu Salamah. Ba'da isya, Bu Salamah berkali-kali melihat ke luar rumah melalui balik tirai. "Bu, hati-hati kena pecahan kaca itu," tegur Raihanah. Kaca jendela ruang tamu mereka memang pecah hingga membentuk lubang dengan pinggiran tajam dari kaca itu. Raihanah belum mampu untuk mengganti kaca itu yang harganya pasti lebih dari seratus ribu. Karena itulah Raihanah hanya menutup dengan potongan kardus saja. "Lagipula Ibu sedang apa?" tanya Raihanah penasaran. Dengan lesu Bu Salamah kembali duduk di kursi panjang di ruang tamunya. "Ibu nunggu Pak Dokter datang lagi," jawabnya. Mendengar itu Raihanah mengerutkan keningnya. "Ibu kenapa, sakit lagi?" tanya Raihanah khawatir. "Tidak, ibu em ibu hanya mau bilang terima kasih, juga ... juga kan katanya mau bawa obat buat ibu," jawab Bu Salamah. Obat, Raihanah ingat obat ibunya sudah habis. Meski dia sudah berpesan pada Dokter Affan untuk memotong biaya obat dari gajinya nanti, tapi Dokter Affan belum mengiyakan. "Mungkin sibuk Bu, dia dokter di Rumah Sakit," ujar Raihanah yang kemudian pergi ke dapur untuk mengambil makan malam untuk ibunya. Bu Salamah pun mengangguk, ia kembali melihat ke arah luar rumahnya. Sangat berharap dokter itu datang lagi atau rencananya akan gagal. Raihanah kembali ke ruang tamu membawa sepiring nasi dan satu mangkok sayur bening bayam dan wortel, lalu ada juga tahu goreng. "Ini Bu, makan dulu," ucap Raihanah. Kemudian wanita itu pun duduk di depan ibunya, ia juga akan makan makanan yang sama dengan ibunya. Bu Salamah terlihat menatap malas pada makanan di depannya. "Ayo Bu, makan!" ujar Raihanah sekali lagi. "Mau sampai kapan ibu makan makanan seperti itu terus Hanah," ujar Bu Salamah. "Tapi Ibu sakit," ucap Raihanah. "Bukan alasan sakit, tapi memang kita tidak mampu untuk membeli lauk lainnya, bukan?" tanya Bu Salamah. Mendengar itu, sesak sekali hati Raihanah. Ingin menjerit, bukan karena tuntutan ibunya. Tetapi dia merasa tidak berguna menjadi seorang anak karena tidak bisa memberi apa yang ibunya inginkan. "Sabar Bu," ucap Raihanah, hanya itu yang mampu ia ucapkan saat ini. Hingga kemudian terdengar suara mobil memasuki halaman rumah mereka. Bu Salamah langsung berdiri dan melihat siapa yang datang. Khawatir jika yang datang adalah Juragan Karsa. "Alhamdulillah," ucap Bu Salamah. "Bu," ucap Raihanah yang ikut melihat siapa yang datang. Dan setelah melihat Dokter Affan turun dari mobil, Raihanah segera membuka pintu rumahnya. Dokter Affan terlihat membawa beberapa kantong keresek berwarna putih. "Kalian sudah makan?" tanya Dokter Affan. "Assalamualaikum Mas," ucap Raihanah. Mendengar salam dari Raihanah, Affan hanya tersenyum tipis, lalu menyerahkan kantong keresek yang ia bawa pada Raihanah. "Ini, aku bawa makanan untukmu, dan satu menu sehat untuk ibumu," ujarnya. "Ah, iya, terima kasih Mas," ucap Raihanah. Kemudian gadis itu memberi jalan untuk majikannya itu masuk ke dalam gubugnya. Affan masuk ke dalam rumah Raihanah, dlihatnya Bu Salamah sedang duduk di kursi kayu panjang di ruang tamu. "Makan apa Bu?" tanya Affan, ia melihat pada menu yang tersaji di sana. Dua piring nasi, satu mangkuk sayur bening bayam dan tahu goreng. "Hanah, kemari!" ujar Affan. Raihanah pun segera mendekat lalu mengerutkan keningnya melihat kode dari majikannya itu yang belum ia mengerti. "Makanan untuk ibumu!" ujar Affan. "Oh iya." Kemudian Raihanah pun segera memeriksa dua kantong kresek yang diberikan Dokter Affan tadi padanya. Ada satu kotak makanan yang dia yakin itu makanan sehat untuk ibunya. "Ini Bu makanan dari dokter Affan," ucap Raihanah. "Akhirnya menunya ganti," ujar Bu Salamah. Dokter Affan pun tersenyum, lalu ia membantu Raihanah membuka kotak makan untuk ibunya itu. "Dimakan ya Bu, nanti minum obat lagi," ucap Dokter Affan, kemudian ia mengeluarkan obat-obatan yang sudah ia siapkan tadi. "Terima kasih Dok," ucap Bu Salamah. Kemudian Dokter Affan meminta Raihanah untuk membuka kantong keresek satu lagi. Raihanah pun mengangguk. Ada dua kotak makanan di sana. "Tolong ambilkan minum untukku, buat ibu juga, jangan teh seperti ini, air putih saja kalau ada yang hangat!" ujar Affan. "Oh iya Mas," jawab Raihanah, gadis itu pun berlalu pergi ke dapur untuk mengambil apa yang diminta oleh Dokter Affan. Bu Salamah tersenyum melihat betapa baiknya dokter Affan, ia semakin yakin untuk menjalankan rencananya nanti. Yaitu, untuk menyatukan Raihanah dan Dokter Affan, ini satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan masa depan putrinya sebelum ia tiada. Selesai menghabiskan makan malam mereka, Affan langsung membantu Bu Salamah untuk meminum obat-obatnya, kemudian setelahnya ia memberitahukan kepada Raihanah tentang aturan minum obat ibunya. "Mengerti Hanah?" tanya Affan. Raihanah pun mengangguk. "Mengerti Dok," jawabnya. "Hanah tolong buatkan kopi untuk Mas Dokter," ucap Bu Salamah. "Oh, tidak usah Bu," tolak Affan. "Tidak, tidak. Dokter harus menerima kopi dari saya, ini sebagai wujud ucapan terima kasih dari saya, kalau Mas Dokter menolak, saya sedih!" ucap Bu Salamah. Mendengar itu, akhirnya Affan pun menyerah, ia lalu menganggukan kepalanya. "Biar saya periksa Ibu lagi ya!" ujarnya. Tak lama kemudian Raihanah pun kembali sambil membawa kopi, lalu saat Raihanah akan menyerahkan kopi itu pada Affan, Bu Salamah tiba-tiba berdiri hingga kopi hitam itu pun tumpah ke kemeja Dokter Affan. "Astagfirulloh Hanah, hati-hati sayang," ucap Bu Salamah. "Aduh, maaf Mas, sa-saya tidak sengaja," ucap Raihanah takut. Affan yang kepanasan langsung melepaskan kemejanya juga singlet dalamnya, ia lalu mengelap bagian perutnya. "Aduh bajunya pasti mahal ini, jadi kotor kan, Hanah tolong cuci bajunya. Cepat, terus keringkan!" perintah Bu Salamah. "Tidak, tidak usah Bu," tolak Affan. Tetapi Bu Salamah langsung mendorong Raihanah pergi meninggalkan ruang tamu sambil membawa kemeja Affan itu. "Aduh, maaf ya Mas dokter. Biar dibersihkan dulu bajunya." Affan pun hanya bisa menghela napasnya, ia tak punya pilihan lain. Ia kemudian mencoba memeriksa bagian perutnya apa melepuh atau tidak? Tiba-tiba Bu Salamah menyerahkan minum pada Affan. "Ini, minum dulu Mas Dokter, maaf tadi putri saya kurang hati-hati." Affan tak menjawab, dia kesal. Karena itu untuk meredam amarahnya, ia mengambil minum dari tangan Bu Salamah dan meminumnya hingga tandas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN