Bab 16

1107 Kata

Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya aku putuskan untuk tak mengangkat teleponnya. Biar saja, sesekali kuabaikan. Ya, walau hati meronta kegirangan berasa diperhatikan. Lemah emang, baru ditelpon saja sudah geer, dasar aku. “Ra!” Hilda manggil aku. Dia masih berdiri di dekatku. “Hmmm?” Mode jawaban paket hemat, kuaktifkan. “Lo jualan duren?” Aku mendongak. Jelas Hilda salah paham lihat nomor yang memanggil---Bos Duren Montong. “Iya, buat sampingan.” Akhirnya kuaminkan. “Eh gue mau dong!” Rupanya dia sudah tak hendak membahas kejadian menyebalkan tadi. Kini perhatiannya beralih pada Duren Montong. “Tapi durennya gak gue jual ke lo!” tukasku seraya melempar gawai ke tengah tempat tidur. Membiarkan nama itu kembali mengulangi panggilan. “Dih, sama teman, kok gitu!” tukasnya seray

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN