Bab 17

1617 Kata

Aku berdiri agak menjauh dari Pak David, tak berani menatapnya. Biasanya aku pecicilan menggodanya, tetapi hari ini gak ada minat. “Ceritakan apa yang semalam terjadi, Ra?” Dia menatapku dalam jarak yang masih terbilang sopan. Mungkin nyadari diri juga, aku ini bukan siapa-siapanya. Hanya seseorang yang kebetulan mirip dengan almarhum istrinya. “Untuk apa, Pak? Apakah bisa merubah sebutan yang dia berikan pada saya? Baginya, saya tetap seorang pelakor!” ketusku. Aku membuang muka, tak hendak bertatapan dengannya. “Astaghfirulloh, Ra. Maafkan dia … semalam sudah saya jelaskan ketika dia datang ngamuk-ngamuk ke rumah!” What? Dia ngamuk-ngamuk? Aih, iya … lupa aku, kan namanya juga macan. Pasti senang sekali menujukkan taringnya, ya kan? “Hani ketakutan, dia sampai pagi tadi gak mau di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN