Amira malah menangis mendengar Ilyas yang membicarakan keuntungan selama mencintainya. Ilyas sendiri berusaha bersabar dan mengusap air mata Amira. Toh, istri tercinta jadi mana mungkin dimarahi karena hal sepele. "Tidak lelah menangisnya? Bukankah perut juga butuh diisi?" Amira memandang suaminya, kemudian meraih menu makanan lagi. Jemari Ilyas membenarkan rambut istri yang berantakan, dia menatap Amira lekat kemudian tersenyum. Baru dia sadari, ternyata Amira lumayan cengeng. Padahal sebelum benar-benar dekat, Ilyas mengira Amira wanita yang sulit didekati. Setelah menyantap makan siang. Tepat saat matahari tenggelam, Ilyas membawa Amira ke pantai Ancol yang jaraknya kurang dari 1 KM dari penginapan. "Jangan jauh-jauh," ujar Ilyas mengingatkan. Ilyas berjalan mengikuti Amira dari b