Ilyas berjalan pelan dengan dibantu Malik. Tatapan sang ayah melirik kaki Ilyas yang kesulitan berjalan. Malik terenyuh, mengingat cerita dokter yang lain. Bahwa Ilyas seperti orang kesetanan membawa Amira memasuki gedung rumah sakit. Pasti kaki terasa sakit luar biasa, namun tetap dipaksa menggendong Amira. "Fokuslah mengurus anak dan istrimu nanti, jangan pikirkan pekerjaan." Mendengar saran itu, Ilyas melirik. "Tentu saja aku tahu prioritasku saat ini, Pa." Malik mengangguk. "Istirahatkan kakimu, lalu lakukan pengobatan." "Papa cemas sekarang?" Melihat Ilyas yang menunjukkan sikap tenang, membuat Malik kesal hingga menekan lengan Ilyas yang memar. Ilyas tentu saja meringis dan langsung melotot. "Papa sengaja, ya!" "Makanya nurut dan dengar omongan orang tua, supaya tidak durhaka