Ilyas tersenyum. "Mana tega aku minta jatah saat istri baru lahiran." Meski mulut bilang tidak tega, namun mata Ilyas tertuju pada tubuhnya. Hal itu membuat Amira melototkan mata. Jika saja perutnya tidak dijahit, Amira mungkin akan langsung berdiri dan memukul dahi suaminya. Setelah menjenguk putrinya. Ilyas membawa Amira kembali ke kamar rawat. Ilyas yang seorang dokter mengganti perban Amira dan mengobatinya. "Aku kira jahitannya bakal timbul, Mas," komen Amira sembari melihat perutnya sendiri. Tatapan Ilyas tertuju padanya. "Memang kelebihan dari metode itu jahitan kecil dan bekasnya tidak begitu jelas." Setelah selesai menutup perban. Ilyas menatap pada Amira dengan cukup serius. "Nah, siang nanti ada jadwal beri asi. Jadi, aku akan--" "Jangan praktik!" larangnya. Ilyas mena