Dengan wajah tertunduk dan tidak berani memandang pria yang di hadapannya, Puspa beberapa kali mengusap air matanya. “Aku perlu penjelasan tentang ini Puspa, kau jangan pernah menyembunyikan hal sebesar ini padaku,” Bram berujar pelan karena tak sanggup melihat Puspa yang terus menangis tapi dengan nada yang tetap mendesak. “Aku takut Mas,” lirih Puspa dengan suara terdengar parau. Bram mendesah berat, memandang wajah cantik Puspa yang terlihat pucat, “Ini menyangkut Fani, putri almarhum adikku.” Puspa tetap diam tak menjawab, hanya tarikan napas panjang di tengah tangisnya yang terdengar sesenggukan. “Bagaimana mungkin ada orang yang mengaku sebagai ayah dari Fani, apalagi dengan bukti tes DNA yang aku tidak tahu kapan di lakukan,” lanjut Bram menunjuk pada kertas yang ada di ta