Dalam perjalanan menuju apartemen Fabio. Daisy singgah sebentar di sebuah toko kue untuk membelikan aneka camilan untuk sang putra. Kasihan sekali karena Fabio yang jauh dari keluarga, kurang terjaga makan minumnya. Maklumlah, yang namanya anak bujang mana terlalu perhatian dengan asupan makanan. Fabio itu sudah terbiasa hidup di luar negeri. Untuk makan sehari-hari pria itu lebih suka makanan yang simpel saja. Tinggi protein dan rendah karbo.
"Tante Daisy!" Panggilan yang menolehkan kepala Daisy pada sosok wanita muda yang sudah sangat dikenalnya. Bahkan wanita ini dulunya hampir saja menjadi menantunya, andai saja Fabian tidak menikahi Aruna.
"Vero! Kami di sini juga?"
"Iya. Tante apa kabar," ucap Veronica mendekati Daisy dan keduanya saling menempelkan pipi.
"Tante baik. Vero apa kabar?"
Vero mendesah, "Ya, seperti ini, Tante. Kurang baik akhir-akhir ini."
Kening Daisy mengernyit. "Vero sakit?" Daisy menelisik wajah Veronica yang tampak sedikit pucat.
"Bukan sakit Tante. Tapi saya ...." Vero mendekatkan kepala pada Daisy, lalu berbisik lirih. "Sedang hamil muda."
Mata Daisy membola dengan senyuman lebar. "Wah, kamu hamil, Ver? Selamat, ya!"
"Terima kasih, Tante."
"Setelah menikah sekian tahun, akhirnya kamu hamil juga. Ya, meski pun sudah ada Scarla, jika ada anak kandung itu rasanya pasti beda, Ver."
"Iya, Tante benar. Apalagi Scarla yang selalu saja berulah membuat kepala saya makin pusing saja. Mana papinya sama sekali sudah tak mau peduli dengan Scarla." Tanpa sadar Vero justru curhat pada wanita yang dulu hampir saja menjadi mertuanya.
"Yang sabar, Ver. Ini namanya ujian."
"Mungkin karma saya juga, Tante. Sewaktu dulu usia saya sama dengan Scarla, tingkah laku saya juga tak jauh beda. Tak sanggup membayangkan bagaimana papa dan mama dulu yang kebingungan seperti yang saya rasakan sekarang. Sudah hamil muda rewelnya kebangetan, tidak doyan makan. Hanya bisa makan kue saja, sudah gitu pikiran diperas habis oleh tingkah laku Scarla."
Daisy mengusap pelan lengan Veronica. "Yang sabar. Jangan terlalu dipikirkan. Lihatlah bagaimana badanmu yang Tante rasa makin kurus saja."
"Sejak hamil saya hampir tidak bisa makan Tante. Jadi, ya kurus begini."
"Asalkan bayinya sehat."
"Jika janinnya sehat, Tante. Beratnya juga bertambah. Sayanya saja yang kian kurus kering begini. Oh, ya. Bagaimana kabarnya Atta? Pasti makin lucu saja"
Atta adalah cucu Daisy, anak dari Fabian Limantara dengan Aruna Virginia. "Atta makin besar makin pintar dan menggemaskan."
"Saya sudah lama sepertinya tidak bertemu dengan Fabian sekeluarga."
"Kapan-kapan ajak suamimu main-main ke rumah."
"Baik, Tante. Nanti jika Scarla sudah kembali, saya akan bawa mereka main ke rumah Tante."
"Tante tunggu, loh. Ya, sudah. Tante pamit dulu, ya! Tante mau mengunjungi Fabio."
"Oiya. Fabio apa kabar?"
"Baik."
"Kapan Fabio nikah, Tan?"
"Itulah. Tante sudah sering menyuruhnya menikah. Tapi sepertinya masih juga betah melajang padahal usianya lebih dari tiga puluh."
"Salam untuk Fabio ya, Tan."
"Iya. Nanti Tante sampaikan salamnya. Tante duluan ya!"
Sebelum berpisah, Keduanya kembali saling menempelkan pipi.
•••
Beberapa jam kemudian, Daisy keluar dari dalam mobil yang sudah diparkir di dalam basemen sebuah apartemen. Sopir pribadinya sudah lebih dulu keluar dan sedang menurunkan banyak barang dari dalam bagasi.
"Jangan sampai ada yang ketinggalan ya, Pak! Bawa semua ke atas." Perintah Daisy, melenggang duluan sembari menenteng kotak kue di tangan. Sopir pribadinya mengikuti dari belakang dengan membawa kardus berisi barang-barang.
Keduanya menaiki lift menuju unit Fabio berada. Kedatangan Daisy kali ini juga tanpa memberitahu Fabio. Sudah hal yang biasa bagi Daisy melakukan hal ini. Security yang bertugas di apartemen ini pun sudah kenal juga dengan Daisy sekeluarga.
Berdiri di depan pintu apartment yang sekarang sedang coba Daisy buka. Daisy sendiri memiliki akses keluar masuk apartemen ini. "Ayo, Pak. Bawa masuk saja. Nanti langsung letakkan di atas meja pantry. Biar saya rapikan sendiri."
"Siap, Bu!"
Daisy melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen yang tidak bisa dikatakan rapi. Namanya laki-laki. Menjaga kerapian tempat tinggalnya sendiri saja kurang bisa. Menurut Fabio sudah rapi, tapi tidak dengan Daisy. Sebenarnya apartment ini juga rutin dibersihkan oleh petugas cleaning servis yang dipekerjakan setiap dua hari sekali.
Daisy mengeluarkan barang-barang dari dalam kardus yang tadi dia bawa. Sopir pribadinya sampai bolak balik membawa barang dari mobil dan memasukkannya ke dalam apartemen.
"Ada lagi nggak, Pak?"
"Sudah habis, Bu. Ini yang terakhir."
"Oke. Tunggu saja saya di mobil. Sebentar saya beberes ini dulu. Atau mungkin bapak mau ngopi dulu?"
"Tidak, Bu. Terima kasih. Saya tunggu di mobil saja."
Setelah kepergian sopirnya, Daisy mulai menata satu per satu barang-barang pada tempatnya. Untuk aneka sayur, buah, dan perdagingan, Daisy simpan di dalam lemari pendingin. Daisy tahu jika Fabio juga lebih suka memasak menu makannya, oleh karena itulah wanita itu membawa banyak aneka bahan makanan mentah.
Lalu, sejenis kopi, gula, coklat, oat, Daisy simpan di rak kabinet. Selesai menata barang, Daisy memanaskan makanan jadi yang tadi juga dia bawa. Dan terakhir menyimpan kue yang juga dibelinya sampai bertemu dengan Veronica.
Puas dengan hasil kerjanya, Daisy berniat duduk selonjoran di sofa sebelum beliau kembali pulang. Inginnya, Daisy tinggal di sini sambil menunggu Fabio pulang. Sayangnya malam nanti Daisy ada acara mendampingi suaminya yang sempat dia lupakan. Jadilah wanita itu tak bisa berlama-lama berada di sini.
Ekor mata Daisy melirik pada pintu kamar yang masih tertutup. "Pasti kamar Bio berantakan," ucapnya lalu mendekat pada kamar. Mengulurkan tangan memutar handel pintunya. Daisy menebak sudah pasti kamar putranya itu sangat berantakan.
Namun, ada hal yang membuatnya terkejut. Begitu kamar dibuka, tak hanya pemandangan kamar yang berantakan saja, melainkan keberadaan seseorang yang meniduri ranjangnya Fabio. Mata Daisy membola. Tentu saja wanita itu tahu jika yang ada di kamar anaknya adalah seorang perempuan. Mulut Daisy terbuka yang langsung dibungkam dengan telapak tangannya. Jantungnya berdetak sangat kencang. Hampir saja air matanya menetes mengingat betapa buruk kelakuan putranya ini. Sejak kapan Fabio berani menyimpan perempuan di apartemennya? Karena ini untuk kali pertama Daisy memergoki sang putra menyembunyikan seorang wanita.
Dengan keberanian, Daisy mulai melangkahkan kakinya masuk semakin dalam. Mengabaikan jantung yang hampir meloncat dari tempatnya. Mata Daisy memicing memperhatikan dari jarak dekat siapa gerangan wanita yang sepertinya Daisy kenal.
Makin mendekat dan detik itu juga tubuh Daisy limbung hampir saja pingsan ketika mengetahui siapa gadis yang sudah disembunyikan oleh putranya.
"Scarla," ucapnya tak mampu mempercayai penglihatannya sendiri.