5. Keberadaan Scarla

1023 Kata
Sementara itu di apartemen Fabio, pria itu baru saja bangun dari tidurnya yang tidak seberapa lelap karena baru tertidur ketika lewat tengah malam. Semua karena adanya Scarla. Bisa-bisanya gadis belia itu terus saja mengganggu ketenangannya. Dan lagi-lagi di pagi hari ini ketika dia bangun, kembali terlihat adanya Scarla yang sudah tidur di atas ranjangnya. Mata Fabio yang semula masih menyipit, kini terbelalak. Jadi, semalam mereka tidur di satu ranjang yang sama? Bukankah Scarla ia minta untuk tidur di sofa. Kapan gadis itu pindah dan menyelinap ke dalam kamarnya? Fabio benar-benar geram. Gadis ini sungguh tidak ada rasa takut-takutnya. Dia pria normal. Bagaimana jika sampai dia khilaf lalu berbuat hal diluar batas kewajaran? Kepala yang berdenyut-denyut memaksa Fabio menuruni ranjang. Inginnya dia bangunkan Scarla lalu meminta gadis itu agar meninggalkan apartemennya agar dia bisa kembali menjalani hidup dengan tenang. Ini baru satu hari Scarla menumpang, Fabio sudah keliyengan. Menyeret kakinya melangkah menuju pantry. Bukannya langsung mandi, pria itu justru membutuhkan kopi. Menyesap kopi sembari mengecek ponsel melihat jadwal kerjanya hari ini yang biasanya di-email oleh sekretarisnya. Ketika Fabio mendongak menatap pada jam yang menempel di dinding apartemennya, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Gegas ia habiskan kopinya lalu kembali masuk ke dalam kamar dan .... Glek. Fabio menelan kesusahan salivanya. Selimut yang membungkus tubuh gadis itu tersingkap mempertontonkan paha mulus tanpa cela. Ya, Fabio akui jika Scarla itu cantik. Sayangnya dia hanyalah gadis labil yang banyak sekali tingkahnya. Jangankan menyukainya, yang ada Fabio justru ingin sekali melenyapkan gadis yang suka membuat ulah dan merepotkannya. Bagaimana Fabio tidak repot jika pagi-pagi seperti ini, adik kecilnya ikutan bangun karena Scarla. Sebenarnya, Scarla tidak berpenampilan seksi seperti halnya memakai lingerie. Gadis itu hanya mengenakan celana pendek dan juga kaos kebesaran yang juga ikut tersingkap memperlihatkan perutnya yang rata. Namun, hal kecil seperti itu saja dapat menarik perhatian adik kecilnya. Tak mau semakin sesak napas dibuatnya, Fabio gegas meninggalkan kamar dan masuk ke dalam kamar mandi dengan sedikit membanting pintunya. Sampai-sampai hal itu mengagetkan Scarla yang masih menikmati sisa-sisa kantuknya. Gadis itu beringsut bangun tak lagi melihat keberadaan Fabio. Namun, suara gemericik air, menjawab sudah tanya di dalam benak Scarla. "Oh, Uncle lagi mandi," ucap gadis itu seorang diri. Lalu memilih bersandar pada kepala ranjang menunggu sampai Fabio selesai. Ceklek Pintu kamar mandi yang terbuka, mengalihkan perhatian Scarla. Mata yang tadi masih saja lengket susah ia buka, mendadak berbinar dengan hanya melihat penampakan makhluk seksi yang pernah dia temui dengan mata kepalanya sendiri. Biasanya, Scarla sering melihat tubuh berotot milik para pria dewasa pada channel YouTube atau majalah dewasa milik papi dan maminya. Namun, sekarang ini mata Scarla betul-betul dimanjakan oleh pesona seorang Fabio Limantara. Bagaimana mungkin seorang Fabio yang sudah berusia kepala tiga, keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan handuk putih melilit pinggang sampai atas lutut. Bahkan karena fokus mengeringkan rambutnya yang basah, sampai-sampai pria itu tidak menyadari jika ada sepasang mata coklat milik gadis belia yang belum genap dua puluh tahun usianya, tengah memperhatikannya dengan mulut menganga. Glek Scarla kesusahan menelan Saliva. Pagi-pagi dapat rejeki nomplok begini. "Uncle seksi sekali. Tangan ini sudah gatal ingin meraba semua tonjolan yang ada di tubuh Uncle," ucap Scarla menghentikan aktifitas yang sedang Fabio lakukan. Pria itu mendongak, melotot menatap Scarla. Astaga! Bisa-bisanya Fabio kecolongan. Tadi saat mandi, Fabio memang tidak membawa baju ganti. Kebiasaannya memang seperti itu. Karena di apartemen ini pun dia juga seorang diri. Pagi ini pun, Fabio tenang-tenang saja keluar kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di bagian bawah tubuhnya, dan membiarkan tubuh bagian atas terekspos begitu saja. Fabio pikir Scarla masih tidur. Siapa sangka jika gadis itu sudah bangun bahkan tengah menatapnya tak berkedip begitu. "Tutup matamu, Scarla! Atau keluar lah dulu dari dalam kamarku. Aku mau ganti baju!" titah Fabio pads gadis yang masih lekat memperhatikannya. "Kenapa harus keluar? Bahkan aku tidak keberatan jika melihat pemandangan Uncle yang sedang telanj ...." Belum usai Scarla berucap, Fabio sudah lebih dulu menyela dengan hanya menggeramkan namanya. "Scarla!" "Iya ... iya. Aku keluar. Uncle ini pelit sekali," jawab Scarla mencebikkan bibirnya seraya merangkak turun dari atas ranjang. Bisa-bisanya gadis belia itu masih membalikkan badannya mencoba mengintip sebelum keluar dari dalam kamar lalu duduk menjatuhkan tubuh di atas sofa. Di dalam kamarnya Fabio hanya mampu berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Entah mau sampai kapan Scarla ada di apartemennya ini. Mungkin nanti dia akan menanyakan dan jika perlu Fabio akan memulangkan gadis itu ke keluarganya. Segera memakai cepat bajunya sebelum Scarla kembali masuk ke dalam kamar lalu berbuat ulah. Dengan setelan kerja berupa kemeja dan juga celana bahan, dengan rambut disisir rapi, tak lupa arloji telah melingkar di tangan kanannya. Fabio keluar kamar mendapati gadis itu tengah tertawa-tawa menyaksikan televisi. Tontonan anak-anak yang membuat Scarla sempat melupakan sejenak keberadaan Fabio jika pria itu tidak berdehem. Scarla mendongak menatap Fabio sudah rapi dan wangi. "Uncle tampan sekali," pujinya. "Sudah mau berangkat kerja, ya?" tanyanya kemudian. Fabio memilih duduk di sofa single lalu menatap Scarla dengan penuh selidik. "Hari ini sebaiknya kamu tinggal di rumah temanmu saja. Aku harus bekerja. Jadi tidak mungkin juga aku biarkan kamu berada di sini sendirian," ucap Fabio mencoba memberikan pengertian pada gadis yang duduk bersila di hadapannya. "Uncle mengusirku?" "Bukan begitu. Tapi aku harus bekerja." "Aku tidak apa di sini sendirian." "Tapi aku yang tidak percaya padamu, Scarla!" "Kenapa? Apa Uncle takut aku merampok apartemen ini di saat Uncle pergi bekerja?" Fabio berdecak. "Memangnya apa yang mau kamu rampok, hah? Di sini aku tidak menyimpan barang berharga. Justru aku khawatir jika meninggalkanmu di sini sendirian. Jika sampai terjadi sesuatu padamu, maka aku yang akan bertanggung jawab." "Uncle, please! Jangan usir aku. Biarkan untuk hari ini aku menumpang di sini. Aku janji tak akan berulah dan akan menjaga apartemen Uncle dengan baik." "Kau tak perlu menjaga apartemen ini, Scarla!" "Tapi ijinkan aku, Uncle. Please!" "Kamu ini benar-benar merepotkan sekali. Nanti aku akan menelpon Vero agar menjemputmu ke sini," putus Fabio lalu beranjak berdiri. "Yah, Uncle. Jangan telepon Mami Vero. aku janji tidak akan lama berada di sini. Satu minggu saja. Please, Uncle!" Fabio hanya menghela napas panjang. Tak menjawab dan begitu saja masuk ke dalam pantry ingin membuat sarapan sebelum pergi bekerja hari ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN