8. Tak Ingin Mengecewakan Keluarga

1000 Kata
Daisy beranjak berdiri. "Mama pulang," ucapnya lalu menghela napas. "Antar Scarla pada keluarganya begitu dia bangun nanti. Jangan sampai membuat Vero dan suaminya cemas akan keberadaan putrinya." Daisy berlalu menuju pintu keluar. Fabio mengekor di belakang mamanya. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan putranya, Daisy kembali menolehkan kepalanya. "Ingat, Bio! Jangan mencoreng nama baik keluarga Limantara karena ketahuan kamu menyimpan anak gadis orang!" Fabio membungkam mulutnya. Ini baru masalah Scarla saja mamanya sampai murka. Bagaimana jika sampai ia mengaku pernah meniduri seorang gadis yang bahkan tak ia kenal? Entah apa yang akan terjadi. Fabio sungguh tak sanggup membayangkan andai nanti seluruh keluarga besar Limantara akan menghakiminya. Daisy sudah tak terlihat lagi dari pandangan matanya. Fabio kembali masuk lalu menutup pintunya. Pria itu duduk di atas sofa. Gara-gara Scarla dia harus terkena masalah. Bisa-bisanya sang mama datang di waktu yang tidak bersahabat. Astaga! Fabio dapat menebak jika sampai di rumah nanti pasti mama akan bercerita pada papa dan kakaknya. Hal itulah yang makin menyulitkan hidupnya. Melajang di usia kepala tiga saja sudah membuat hidup Fabio tidak tenang. Ditambah dengan ia yang ke gap menampung Scarla. Tiba-tiba saja pemikiran buruk singgah di kepala. Oh, tidak! Fabio geleng-gelengkan kepalanya demi mengusir semua ketakutan yang belum tentu terbukti kebenarannya. "Uncle!" Fabio tersentak dari lamunan. Gadis dengan mata sembab serta rambut acak-acakan berdiri di ambang pintu kamar, sedang menatap padanya dengan penuh tanya. "Uncle kok ada di sini?" Pertanyaan ambigu yang memicu kekesalan hati Fabio. "Ini apartemenku jika kau lupa, Scarla! Jadi sudah wajar jika aku ada di sini. Lain jika itu denganmu. Siapa yang minta padamu dengan lancang meniduri kamarku?" Glek. Scarla menelan ludah gugup. Dari sorot mata pria itu, Scarla menebal jika Fabio sedang marah padanya. Tapi marah karena apa? Iyakah karena hal sepele dimana dia tidur di dalam kamar tanpa ijin lebih dulu pada pemiliknya? "Uncle! Badanku sakit semua tidur di atas sofa. Jadi aku pindah ke kamar Uncle. Maaf," cicit Scarla takut-takut menundukkan kepala sembari menggigit bibirnya. Bisakah Fabio memarahi gadis itu yang tampak ketakutan padanya? Fabio membuang napas kasar. "Cepatlah mandi! Aku tunggu di sini. Bersiaplah karena kau akan ikut denganku!" Titah Fabio, menautkan kedua alis Scarla. Gadis itu terlihat menggemaskan jika sedang sibuk berpikir. Mungkin karena kesadaran Scarla belum terkumpul sepenuhnya, jadilah gadis itu kesulitan mencerna kata-kata yang Fabio ucapkan. "Ikut ke mana, Uncle?" "Jangan banyak bertanya. Cepatlah mandi!" Scarla mengerucutkan bibirnya. "Iya ... iya." Gadis baru akan kembali masuk ke dalam kamar. Namun, kembali memutar kepala ke belakang. "Uncle!" Mata Fabio mendelik. Menghadapi gadis ini memang harus penuh kesabaran. "Apalagi Scarla!" "Memanganya Uncle tidak kerja? Ini masih siang, tapi Uncle sudah di sini saja." "Aku kerja atau tidak bukan urusanmu." Scarla mencebik. "Sensitif sekali," gerutu gadis itu lalu melangkah masuk kembali ke dalam kamar. ••• Fabio masih fokus pada ponsel di tangan. Masalah Scarla membuatnya harus meninggalkan kantor beserta pekerjaan yang menumpuk. Untung saja ada sekretaris yang mau mengerti dan ikut ambil bagian menghandel pekerjaannya. "Uncle Bio! Aku sudah siap!" Suara Scarla disertai dengan aroma harum dan segar yang menguar di indera penciumannya, membuat Fabio mendongakkan kepala. Gadis itu berdiri tak jauh darinya dengan penampilan yang lebih segar. Wajah polos tanpa make-up tak menyurutkan kadar kecantikan Scarla. Gadis itu memang blasteran. Di usia remaja yang ranum-ranumnya mampu menghipnotis kaum adam tentunya. Fabio heran dengan Veronica. Bagaimana mungkin mereka membiarkan anak gadisnya berkeliaran ke mana-mana tanpa pengawasan. Andai sesuatu terjadi pada Scarla, apakah mereka tak akan menyesal nantinya. Untung saja yang menemukan Scarla adalah dirinya. Bagaimana jika sampai ada orang jahat yang memanfaatkan gadis lugu dan sepolos Scarla? Ah, nanti jika dia bertemu dengan Veronica, maka Fabio pastikan dia akan banyak memberikan wejangan- wejangan agar lebih memperhatikan gadis ini. Meski Scarla bukanlah anak kandung Veronica, akan tetapi sebagai seorang ibu sambung Vero tetap memiliki tugas utama sebagai seorang ibu pada umumnya. "Uncle! Kok malah bengong? Kita jadi pergi atau tidak?" Fabio mengerjab-ngerjabkan matanya. Sial! Kenapa dia jadi tidak fokus begini. Pria itu beranjak berdiri dari duduknya. "Tentu saja jadi. Ayo!" Scarla bahkan sudah mengikuti Fabio, tapi pria itu melupakan sesuatu. "Bawa sekalian tas milikmu Scarla!" "Untuk apa aku membawanya? Apakah Uncle berniat akan membuangku?" "Sudah aku katakan padamu jangan banyak tanya." "Tapi aku harus tahu ke mana Uncle akan membawaku? Kenapa juga meminta padaku harus membawa tas segala?" "Karena barang-barangmu pasti ada dalam tasmu itu. Sudahlah Scarla. Berhenti membuat ulah dan menjadikan kepala ini makin pening. Sekali ini saja menurut lah padaku agar aku juga tak terlibat dalam masalah apapun dalam hidupmu!" Scarla seolah berat sekali untuk ikut bersama Fabio. Apalagi jika ia mengingat bahwa pria dewasa yang ia kira berpihak padanya dan mau membantunya, ternyata sama saja. Akan membuangnya dan tak mau menampung dirinya meski untuk beberapa hari saja. Tak lagi ada semangat ketika Scarla berbalik badan kembali masuk ke dalam kamar. Membawa tas ransel miliknya lalu menghampiri Fabio tanpa kata. Tak lagi ada semangat serta gairah hidup dalam diri Scarla. Dengan langkah malas gadis itu menurut saja ke mana Fabio akan membawanya. Ia sedih. Fabio yang ada bersamanya kini bukan lagi sosok pria dewasa yang melindunginya dan mau mendengar semua keluh kesahnya. Berbeda sekali dengan Fabio yang beberapa tahun silam sempat singgah sebentar menjadi penenang di kala hati sedang marah sebab sang papa yang memilih membawanya ke Indonesia untuk menetap dan tinggal di negara ini bersama istri barunya. Fabio menjalankan mobil meninggalkan apartemennya. Bahkan ia tak sempat mengganti bajunya. Yang ada dalam benak Fabio saat ini adalah mengembalikan Scarla pada keluarganya agar ia tak terlibat masalah apapun yang berhubungan dengan gadis itu. Ditambah ancaman dari sang mama yang tak bisa dia abaikan begitu saja. Meksi sebenarnya ia tidak tega pada gadis disebelahnya ini yang berubah jadi pendiam semenjak mereka keluar dari apartment tadi. Tak ada juga suara atau pun protes yang dilontarkan oleh Scarla. Sesekali Fabio melirik ke samping tapi Scarla justru tengah menolehkan kepala menatap diam pada jalanan yang sedang mereka lalui. Fabio jadi serba salah sendiri. Ini ada apa sebenarnya? Kenapa Scarla jadi bersedih hati seperti ini. Apakah gadis itu memang sedang ada masalah sebenarnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN