26-Lagi Baik

1217 Kata
Jam istirahat, ruang ekskul bakset cukup ramai. Ada yang sekadar bermain dengan teman satu organisasi. Ada yang mengerjakan tugas untuk organisasi, seperti Yohan. Kapten tim basket itu sedang memeriksa desain baju basket yang terbaru. “Kayaknya warna birunya kurang dominan,” usul Yohan sambil menatap baju basket berwarna biru tua dan putih. “Gue juga ngerasa kayak gitu. Mana yang harus gue ilangi?” tanya Uca selaku desainer baju olahraga. “Kalau warna putihnya bagian samping doang bagus nggak?” tanya Yohan meminta pendapat. Uca menyentuh dagunya dengan ibu jari. Dia sedang membayangkan warna putih hanya di bagian samping kaos. Tak lama dia menarik laptop mendekat. “Gue coba ya,” usul cowok bertubuh besar itu. “Oke. Nanti aja deh di rumah. Biar bisa konsen,” kata Yohan. Yohan lalu beranjak. Dia berjalan keluar ruangan, bertepatan dengan itu Auryn yang hendak berjalan masuk. Melihat pacarnya yang menghampiri Yohan mengulas senyum. “Kok tumben sih main ke sini?” Auryn menoleh ke sekeliling. Dia menarik tangan Yohan dan membawanya ke tempat sepi. “Lo ngapain Virgo?” sembur Auryn. Pertanyaan itu mengundang tanya, Yohan lalu mengernyit. “Virgo siapa?” “Virgo temen sekelas gue yang songong itu. Dulu lo pernah bilang mau balas dendam ke Virgo.” Yohan terdiam. Dia mencoba mengingat cowok bernama Virgo itu. Tak lama dia ingat dengan curhatan Auryn di kantin. “Oh Virgo yang itu. Kenapa?” tanya Yohan belum mengerti. “Lo kan yang mukul Virgo?” tuduh Auryn sambil bertolak pinggang. “Emang sih gue kesel ke Virgo. Tapi bisa kan nggak pakai ngelukain fisik?” “Wait!” Yohan meminta Auryn berhenti berbicara. Dia lalu menatap Auryn kebingungan. “Ngelukain fisik? Fisik siapa?” Auryn mendengus, tak suka kalau Yohan pura-pura tak tahu seperti ini. “Udah deh ngaku aja!” “Apanya yang ngaku sih!” “Lo kan yang mukul Virgo?” tanya Auryn dengan nada tinggi. “Gue nggak suka ya lo main tangan!” “Mukul siapa sih? Dari tadi aku di ekskul basket!” jawab Yohan. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. Sejak tadi dia sibuk membuat desain baju dengan Uca. Bahkan cowok itu sampai lupa mengajak Auryn ke kantin. Keseharian sebelumnya, Yohan juga lebih sibuk dengan urusan bakset. Auryn masih saja tak percaya. Gadis itu mendorong d**a Yohan cukup kencang. “Gue marah sama lo!” Auryn hendak balik badan tapi Yohan dengan cepat mencekal pergelangan tangannya. “Ryn! Mau ke mana? Gue masih bingung,” kata Yohan. “Udah lah gue males sama lo! gue kan udah peringatin lo, jangan berantem. Lo mau kena skors lagi?” tanya Auryn. Yohan menatap Auryn dengan pandangan menyelidik. Siapa yang mukul? Dan untuk alasan apa memukul? “Udahlah! Gue males sama lo.” Setelah mengucapkan itu Auryn berjalan menjauh. Dia berlari ke anak tangga dan menaiki tangga dengan cepat. “Ryn!! Gue nggak mukul siapapun, Ryn!!” “Siapa sih yang adu domba gue!” geram Yohan. Yohan mengacak rambutnya frustasi. Dia bingung dengan tingkah pacarnya yang tiba-tiba datang dan marah-marah itu. Yohan membuang napas panjang lalu berjalan kembali ke ruang ekskul. Yohan tak berniat mengejar pacarnya dan menjelaskan semuanya. Cewek itu tahu sifat Auryn. Gadis itu tak akan mudah percaya begitu saja ucapannya.   ***   “Nih buat lo.” Virgo melihat sari roti sandwich yang berada di depannya. Dia mendongak dan memperhatikan Auryn yang berdiri di depannya. Virgo lalu mendorong tangan gadis itu, menolak pemberian Auryn. “Beneran ini buat lo,” kata Auryn kembali menyodorkan rotinya lagi. Gadis itu lalu duduk di samping Virgo dan membuka bungkus roti itu. Dia kembali menyodorkan roti itu ke Virgo. “Pacar lo nggak ngasih bekal ya? kok tumben jam istirahat lo nggak makan?” tanya Auryn ingin tahu. “Gue juga yakin kalau lo malu buat ke kantin. Jadi ini buat lo.” Virgo menoleh ke Auryn. Cowok itu kaget dengan kalimat panjang barusan. Tak menyangka Auryn baik. Kelihatannya cewek itu sangat sombong dan sok iye. “Kenapa natap gue kayak gitu? Gue tahu gue cantik,” kata Auryn kala Virgo terus menatapnya. Buru-buru Virgo mengalihkan tatapannya. Dia memasang earphone lalu fokus membaca buku. Melihat tindakan itu Auryn memutar bola matanya malas. Dia langsung merobek roti itu dan mengarahkan ke bibir Virgo. “Makan. Jangan sok nggak mau!” perintah gadis itu. Patung ber-earphone itu langsung menoleh. Dia mengambil roti dari tangan Auryn. Virgo tersenyum tipis, membuat Auryn beberapa kali mengerjab. “Lo barusan senyum?” tanya Auryn kaget. Respon Virgo hanya gelengan pelan. Dia lalu melanjutkan kegiatannya sambil memakan roti pemberian Auryn. “Beneran lo senyum?” Kedua tangan Auryn lalu menggerakkan lengan Virgo. Hingga konsentrasi cowok itu terputus. Virgo menoleh dengan sorot mata tajam. Membuat Auryn langsung menjauhkan tangannya dari lengan Virgo. “Patung mode on,” kata Auryn sambil memutar tubuhnya menghadap depan. Virgo lalu kembali membaca buku. Diam-diam dia melirik Auryn. Cewek yang hari ini perhatian dan baik ke padanya. Tapi tetap saja meski begitu Auryn tetap berisik dan cenderung lebai. Seperti barusan, yang keheranan melihat Virgo tersenyum. Emang gue tadi senyum? batin Virgo tak yakin. Cowok itu lalu mencoba untuk fokus dengan buku bacaannya. Tak mau ambil pusing soal senyum singkat itu.   ***   Lapangan dengan cat berwarna hijau di bagian alasnya itu tampak ramai oleh siswa ekskul basket yang hendak latihan. Mereka masih mengenakan seragam, dengan bagian kemeja yang telah keluarkan. “Udah kumpul semua belum?” Yohan mendekat dan memperhatikan beberapa temannya yang sibuk men-shoot bola ke ring. Cowok itu bertolak pinggang dan memperhatian sekitar. “Redo belum dateng ya?” tanya Yohan kemudian. “Kelas dia belum keluar kayaknya.” Uca yang berdiri tak jauh dari Yohan langsung menjawab. Uca mendekat lalu melihat Yohan yang tampak kelelahan itu. “Lo nggak apa-apa kan?” Tangan Yohan bergerak, lalu mengusap peluh di pelipisnya. Sore ini cukup terik, ditambah cowok itu tak begitu konsen karena Auryn yang ngambek. Yohan lalu berjalan ke tempat yang teduh, dan mengirim pesan singkat ke Auryn. Yohan: lo masih marah sama gue? Yohan lalu bertolak pinggang. Sampai sekarangpun dia tak tahu maksud tuduhan Auryn. Cowok itu tak merasa memukul Virgo. Bahkan tahu cowok yang bernama Virgo aja enggak. Saat menatap ke arah depan, Yohan melihat Auryn berjalan terburu-buru. Lalu cewek itu menghentikan langkah dan memutar tubuhnya. Tindakan Auryn yang seperti itu menarik perhatian Yohan. “Ngapain tuh anak,” gumamnya sambil berjalan, hendak mendekati Auryn. “Langsung latihan nggak nih!!” Seruan itu membuat Yohan menghentikan langkah. Dia menoleh dan melihat Redo berjalan dengan tas masih menyampir di pundak. “Mau ke mana lo?” tanya Redo lalu mendekati Yohan. Arah pandang Redo lalu tertuju ke Auryn yang terlihat berjalan buru-buru. “Kenapa tuh anak?” gumam Redo lalu hendak mengejar Auryn. Untungnya Yohan langsung tanggap, cowok itu menarik bagian seragam Redo hingga wakil tim basket itu langsung menoleh. “Lo mau ke mana? nyamperin Auryn?” tanya Yohan dengan pandangan menyelidik. Redo mengangkat bahu tak acuh, lalu mengurungkan niatannya mengejar Auryn. Cowok itu berjalan ke bangku dekat lapangan dan meletakkan tasnya di sana. Yohan masih berdiri di posisinya. Dia menatap Redo yang terlihat sibuk dengan ponsel. Mendadak perkataan Yunda muncul di kepala Yohan. Jadi Auryn sama Redo itu pacaran. Entah kenapa Yohan malah mengingat bagian itu. Cowok itu lalu menggeleng, tak mau memikirkan lebih lanjut. “LATIHAN YUK!” serunya, daripada terus teringat kalimat Yunda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN