24-Cari Gara-Gara

1171 Kata
Hari Kamis, waktunya pelajaran Biologi pelajaran yang tak begitu disukai Auryn. Hari ini tak ada jadwal praktikum, jadi siswa kelas IPA dua melajukan pembelajaran di dalam kelas seperti biasa. Setiap mata pelajaran Biologi, Auryn akan duduk di deretan depan—di samping Virgo. Bukan tanpa alasan, karena saat bu Armin datang, beliau langsung minta Auryn duudk di depan. Sekarang Auryn duduk dengan kedua tangan terlipat di depan d**a. Kepalanya tertunduk, matanya seolah ingin terpejam. Auryn tak tahu kenapa setiap waktunya Biologi selalu mengantuk. Mungkin efek karena dia tak menyukai pelajaran ini, jadi tubuh meresponnya seperti ini. “Jadi sistem reproduksi hewan berbeda-beda.” Samar-samar Auryn mendengar ucapan Bu Armin. Gadis itu mengangkat kepala lalu menoleh ke Bu Armin yang berdiri di tengah ruangan. “Ish hewan punya keturunan aja diteliti. Nggak sekalian tanggal lahirnya diingat,” gerutunya sebal. Di samping Auryn, Virgo berdecak. Dia sama sekali tak bisa berkonsentrasi ketika teman sebangkunya itu sibuk mengomentari. Iya kalau mengomentarinya bagus, nah ini sama sekali komentar tak relefan. “Berisik,” desis Virgo. Sontak Auryn menoleh mendengar desisan. Satu alisnya lalu terangkat. “Ngatain gue? Atau Bu Armin?” “Lo!” Setelah mengucapkan itu Virgo memajukan tubuhnya. Dia lebih memilih membaca buku paket daripada mendengar ucapan Bu Armin yang tak begitu terdengar tertutup geraman Auryn. Sedangkan Auryn masih menatap Virgo. Tak terima dikatai cowok itu. “Gimana tadi? habis berangkat sekolah sarapan bareng di kantin nggak?” Auryn mulai menggoda Virgo. Menurutnya itu adalah cara ampuh untuk membunuh waktu. Auryn bergeser lalu menusuk lengan Virgo dengan jari telunjuk. Virgo berusaha berkonsentrasi dia fokus membaca buku. Tapi tusukan jari itu semakin terasa membuatnya melirik gadis di sampingnya itu. Auryn terlihat tersenyum puas, buru-buru Virgo kembali membaca buku paket. Kalau diladeni Auryn semakin gencar untuk mengerjai. “Hari ini sampai di sini. Karena saya ada rapat dengan kepala sekolah.” Kalimat Bu Armin seolah memberi angin segar. Siswa-siswi yang sebelumnya berwajah lusuh kini mulai semangat kembali. Termasuk Auryn, gadis itu seketika menghentikan kejailannya lalu menatap bu Armin yang sedang membereskan buku. “PR halaman 109 sampai 111,” lanjut Bu Armin membuat hampir seisi kelas mengeluh. “Ck! Inget aja soal PR,” gerutu Auryn sambil membuka buku paket. Dia melipat halaman 109 dan 111 lalu memasukkan buku tebal dengan cover bergambar bunglon itu ke dalam tas. “Sampai bertemu minggu depan,” pamit Bu Armin lalu keluar kelas. “Yeay!!” teriak Auryn senang. Tret!! Bel istirahat berbunyi disusul suara gaduh semakin terdengar. Auryn menyampirkan tasnya ke pundak lalu menoleh ke Virgo yang tak mengeluarkan suara. Dia melihat Virgo mengeluarkan kotak makan berwarna putih. “Cie. Enak ya dibekalin pacar,” goda Auryn. Virgo pura-pura tak mendengar. Dia mulai membuka bekalnya dan melihat nasi goreng bentuk hati. Virgo lalu mengambil notes kecil yang tertempel di penutup kotak makan itu. Semoga kakak suka makananku ya. -Seika- Diam-diam Auryn membaca notes itu. Dia dengan cepat menarik notes itu dari Virgo, dan berlari ke tengah kelas. “Ternyata Virgo punya pacar nih. Namanya Seika!!” teriaknya Virgo berdiri lalu mendekat ke Auryn. “Balikin!” Sontak Auryn menyembunyikan notes itu ke belakang tubuhnya. Dia mendongak sambil menggeleng tegas. “Nggak mau!” “Balikin!” kata Virgo sambil berjalan mendekat. Refleks Auryn mundur. Virgo pun semakin melangkah mendekat. Tak ingin mengulang kejadian yang sama, Auryn berkelit lalu berjalan keluar kelas. Virgo tak tinggal diam. Dia tak ingin siswa luar kelas tahu notes dari Seika. Bisa-bisa Seika menjadi bercandaan. Virgo tak terima gadis sepolos Seika menjadi bahan bercandaan dan kejailan Auryn. “Balikin!” perintah Virgo sambil menarik tangan Auryn. Auryn terbahak. Dia menunjukkan notes­ itu lalu menyembunyikan di belakang tubuhnya. Wajah Auryn memerah karena tawanya. Wajah Virgo juga memerah, tapi lebih memerah karena emosi. “Ryn!” panggil Virgo untuk pertama kali. “Lo tadi panggil nama gue? Coba panggil lagi gue pengen denger,” goda Auryn. “Balikin!” dengan gerakan cepat, Virgo memiting leher Auryn, gadis itu ternyata tak bisa digertak dengan omongan saja. Satu tangan Virgo lalu menarik notes dari tangan gadis Auryn. “Nggak mau!!” teriak Auryn sambil menggerakkan tubuhnya. “Keras kepala!” Setelah berhasil merebut notes Virgo menyimpannya di dalam saku. Dari ekor matanya, dia melihat banyak pasang mata yang menatapnya penasaaran. Buru-buru Virgo masuk kelas, tak ingin menjadi tontonan umum. Sedangkan Auryn masih terbahak di depan kelas. Gadis itu tak peduli dengan siswa lain yang menatapnya. Namun, dia tak sadar jika pacarnya menatap interaksinya dengan Virgo.   ***   Hari sudah menjelang petang. Sekolah mulai sepi, hanya beberapa siswa ekskul basket yang masih memadati lapangan. Seorang cowok berambut disisr ke belakang keluar dari perpustakaan. Dia tangannya terdapat buku tebal yang berisi tentang sejarah teknologi. Berada di perpustakaan membuat cowok itu lupa waktu. Kalau tak diingatkan pustakawan mungkin cowok itu sampai larut di ruangan penuh buku. Virgo berjalan sambil sesekali melihat siswa yang masih asyik bermain bakset itu. Kebanyakan siswa lelaki memiliki hobi olahraga. Namun, berbeda dengan Virgo. Dia sama sekali tak tertarik dengan olahraga. Bukannya dia tak suka, dia sebenarnya juga suka olahraga. Tapi tak sampai mendalami dengan ekskul basket seperti teman-temannya. Cowok minim ekspresi itu lebih senang membaca buku. Baginya buku adalah lorong waktu yang bernama pengalaman tanpa perlu repot-repot terlibat. Virgo lalu berbelok ke arah parkiran yang mulai sepi. Sambil berjalan dia memasukkan buku bersampul cokelat yang tadi dia pinjam. Setelah itu Virgo berjalan tegak ke arah motornya. Dari kejauhan dia melihat seorang cowok berseragam bakset duduk di atas motornya. Virgo menghentikan langkah, untuk apa cowok itu duduk di sana dan menatapnya. “Siapa sih,” gerutu Virgo sambil melanjutkan langkah. Saat tinggal beberapa langkah, barulah dia melihat cowok bermata kecokelatan dengan senyum miring yang khas. “Ngapain lo?” Senyum miring lelaki itu terbit. Dia seolah santai duduk di motor ninja yang bukan miliknya. “Gue mau bikin perhitungan.” Satu alis Virgo terangkat. “Apa maksud lo?” Redo menoleh. Dia menatap Virgo dari ujung rambut hingga ujung kaki. Menurutnya, Virgo adalah cowok nerd hanya minus kacamata. Seragam Virgo yang dimasukkan celana serta sepatu hitam polos meyakinkan jika cowok itu sangat taat peraturan sekolah. Berbeda dengan Redo yang selalu mengeluarkan seragamnya. “Jangan deketin Auryn!” Virgo merasa aneh mendengar gadis menyebalkan itu disebut. Tak lama dia mulai paham. “Lo fansnya?” “Lebih dari itu.” “Oh,” Virgo ber-oh ria. Dia sama sekali tak tahu jika Auryn berpacaran dengan Redo. Bagi Virgo hal-hal semacam itu tak penting. Redo turun dari motor. Dia mendekat lalu menarik bagian depan seragam Virgo. Manik mata Redo terarah ke mata Virgo. “Gue tadi liat lo meluk Auryn! Ngaku! lo suka sama dia?” Virgo mendorong d**a Redo. Cowok nerd itu membenarkan letak seragamnya, lalu menatap Redo tak kalah tajamnya. Bedanya tak terlihat ada emosi di mata itu. “Gue lagi gila kalau naksir tuh cewek!” “Maksud lo?” tanya Redo sambil melangkah mendekat. “Gue nggak suka dia!” Setelah mengucapkan itu Virgo menunggangi motornya. Tapi dari arah samping Redo mengepalkan tangan dan menonjok bagian pelipis Virgo. Membuat Virgo terdorong, tapi beruntung tak sampai terjatuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN