“YOHAN!!!”
Sontak Yohan menghentikan langkah dan menoleh ke sumber suara. Dari arah kantin Auryn berjalan cepat sambil melambaikan tangan. Senyum Yohan mengembang. Melihat wajah cantik dan senyum manis Auryn membuat cowok itu makin semangat.
“Lo dari mana?” tanya Yohan ke Auryn.
Auryn menggerakkan minuman kaleng di tangannya. “Sarapan.”
“Kok tumben nggak sarapan di rumah?”
Dua orang itu lalu berjalan beriringan. Auryn melirik Yohan yang terlihat segar. “Pengen aja sarapan di kantin.”
“Oh,” respon Yohan. “Oh ya gue udah baikan sama Redo.”
Kalimat itu membuat langkah Auryn terhenti. Dia kaget, lalu dia menutupi keterkejutannya itu dengan senyum segaris.
“Oh ya? kapan?”
“Barusan?”
Sontak Auryn mengedarkan pandangan. Dia tak menemukan kehadiran Redo. “Mana dia?”
Yohan melangkah ke anak tangga terlebih dahulu. “Pulang.”
“Kok pulang?”
Auryn menaiki tangga menyamai Yohan. Gadis itu penasaran kenapa Redo pulang. Harusnya kan cowok itu berangkat.
“Dari semalem dia nggak pulang,” Yohan menjawab.
“Nggak pulang?”
Penasaran Auryn semakin bertambah. Dia melanjutkan langkah, ingin cepat-cepat sampai kelas dan menghubungi pacar keduanya itu.
“Nanti sore bisa nemenin gue latihan?” tanya Yohan setelah sampai di anak tangga terakhir.
“Emm. Lihat dulu deh.”
Auryn tersenyum singkat lalu masuk ke dalam kelas. Dia segera duduk di tempatnya lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Auryn: lo kenapa nggak sekolah?
Gadis itu bertopang dagu menunggu chat balasan dari Redo. Tapi cowok itu tak kunjung membalas, membuat Auryn kian penasaran.
***
Suasana sekolah telah sepi, dan Redo baru saja datang dengan pakaian bebas. Dia melihat lapangan basket masih kosong. Cowok itu lalu berjalan ke arah berlawanan dari ruang ekskul, berganti ke arah kelas Auryn.
Katanya gadis itu menunggu di kelas, membuat Redo penasaran. Tumben sekali gadis itu menunggu Redo? biasanya Redolah yang menunggu.
“Hai.”
Sapaan itu membuat Auryn yang duduk seorang diri di kelas langsung tersentak kaget. Dia menoleh dan mendapati Redo dengan rambut klimis masuk ke dalam kelas.
“Lo semalem nginep di sekolah?” tanya Auryn to the point.
Redo melanjutkan langkah dan duduk di samping Auryn. Cowok itu menatap depan dengan pandangan menerawang.
“Apa info itu udah nyebar?”
“Nggak juga,” jawab Auryn. Dia merasa hanya anak-anak terdekat yang tahu kalau Redo tadi pulang.
“Kan gue udah bilang kalau tadi gue sakit.”
“Lo udah baikan?” pertanyaan itumembuat bibir Redo tertarik ke atas.
Kepalanya bergerak ke kiri. Membuatnya bertatapan langsung dengan gadis berambut terurai dengan bando polakadot itu.
“Udah. Do you miss me?”
“Enggak,” Auryn menjawab dengan jutek. Dia memang tak kangen, hanya khawatir cowok itu kenapa-napa.
Tangan Redo lalu terulur ke rambut Auryn. “Kangen banget berarti ya?”
Kedua tangan Auryn terlipat di depan d**a. Manik matanya tertuju ke wajah Redo yang telah bersih itu, tak ada lagi bekas legam.
“Bener lo tadi sakit?” tanya Auryn ingin tahu.
“Ya”
“Bener?”
Manik mata Auryn tertuju ke mata Redo. Terlihat mata cowok itu bergerak gelisah, dan ada sesuatu yang disembunyikan.
Ditatap seperti itu oleh Auryn membuat Redo terdiam. Cowok itu lalu memajukan tubuhnya. Tanpa meminta izin dia menarik Auryn ke dalam pelukan. Membuat tubuh Auryn seketika kaku.
“Izinin gue meluk lo. Sebentar,” kata Redo dengan mata terpejam.
Auryn merasakan pelukan itu begitu erat. Membuat punggung gadis itu terasa sakit. Namun Auryn sama sekali tak protes. Dia hanya diam menerima pelukan ini. Lalu Auryn membalas pelukan itu dan mengusap punggung Redo pelan. Auryn merasa kalau Redo sedang ada masalah.
“Makasih ya, Ryn.”
Beberapa detik kemudian, Redo melepas pelukannya. Dia tersenyum lembut ke Auryn. Kini kegelisahan cowok itu perlahan menghilang.
Auryn melihat tatapan yang berbeda dari Redo. Bibir gadis itu gatal ingin menanyakan kondisi Redo. Namun, yang dia lakukan justru diam.
Tiba-tiba suara teriakan dari arah lapangan terdengar. Redo ingat jika harus latihan, padahal cowok itu masih ingin berduaan dengan Auryn.
“Gue harus latihan,” kata Redo sambil beranjak. “Gue turun duluan ya.”
Selepas kepergian Redo, Auryn masih terdiam di posisinya. Gadis dengan bibir kemerahan itu yakin kalau Redo tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi cowok itu berusaha terlihat tegar.
“Semoga Redo nggak kenapa-napa.”
Auryn lalu keluar kelas. Dia akan menemani Yohan latihan, sekaligus ingin melihat Redo. Sampai di lantai bawah, Auryn menyempatkan diri ke toilet.
“Eh ada penikung!”
Sapaan itu Auryn dapat ketika tiga langkah dari pintu masuk. Dia seketika menoleh dan menemukan Yunda berdiri di depan kaca. Auryn menatap gadis itu dari kaca.
“Lo ngomong sama gue?” tanya Auryn tak merasa.
Yunda mendengus lalu balik badan. Kedua tangannya terlipat di depan d**a. Dagu Yunda terangkat menatap Auryn.
“Iyalah. Menurut lo? Emang di sini ada cewek lain?”
Auryn mengangkat bahu pela lalu melangkah ke wastafel. Dia mengeluarkan sabun muka yang selalu dia bawa di tasnya. Lalu mulai membasuh wajahnya dengan sabun, tak menghiraukan Yunda yang menatap tajam.
“Kalau nggak berkepentingan mending pergi. Mau jadi penunggu toilet?” sindir Auryn.
Auryn membasuh wajahnya yang penuh dengan buih sabun. Setelah itu dia balik badan dan menemukan Yunda yang masih berdiri di posisi semula.
“Ternyata sekolah gue punya penjaga toilet!” Auryn meledek.
Yunda tak tinggal diam. Dia maju selangkah lalu menatap Auryn yang mengusap wajah dengan tisu. “Mulut lo ya! Pernah dididik nggak?”
“Gue bakal sopan kalau tuh orang sopan ke gue!”
Auryn meremas tisu dan melempar benda itu ke arah Yunda. Beruntung tisu itu tak mengenai gadis Kpop itu.
“Gue tahu rahasia besar lo, Ryn!” kata Yunda dengan senyum mengejek.
Yunda melihat perubahan wajah di depannya itu. Perlahan dia mendekat, menyentuh pundak Auryn dan menepuknya beberapa kali.
“Lo harus baik-baikin gue kalau lo mau aman,” lanjut Yunda.
Tepukan itu, dianggap Auryn sebagai penghinaan. Dia bergerak hingga tangan Yunda menjauh dari pundaknya. Kedua tangan Auryn lalu bertengger di pinggang. Salah kalau Yunda mengira Auryn akan tunduk dan ketakutan.
“Baik ke lo? gak sudi!”
“Oh ternyata mau main-main dulu. Oke Auryn si penikung dan tukang selingkuh.”
Perkataan Yunda membuat Auryn menyadari jika rahasia besarnya mulai tak aman. Namun, Auryn tak akan mau tunduk kepada siapapun demi melindungi rahasianya. Auryn, tak pernah diajarkan untuk mengalah. Apalagi untuk hal yang sama sekali bukan salahnya. Oke sebenarnya soal selingkuh juga ada salahnya juga, tapi Auryn mana mau kalah di depan Yunda.
“Whatever. Terserah lo mau ngomong apa! yang jelas orang-orang lebih peduli sama gue daripada lo,” jawab Auryn.
Tangan kanannya lalu terangkat menyentuh pundak Yunda. Auryn tahu kalau Yunda bersikap seperti ini karena tak bisa mendapatkan Yohan. Yunda juga iri dengan ketenaran Auryn.
“Lo jangan main-main sama gue,” ancam Auryn. Setelah mengucapkan itu dia melangkah keluar. Seiring langkahnya, dia akan bertekad semakin hati-hati jika di sekolah. Auryn yakin jika Yunda akhir-akhir ini mengikutinya.
Sedangkan di kamar mandi, Yunda menatap tajam ke arah pintu. Dia tadi tahu bagaimana Auryn dan Redo berpelukan di kelas. Senyum sinis Yunda terukir. Dia merasa sebentar lagi Auryn akan jatuh. Tak akan ada Auryn siswi yang diidolakan di Graha Buana.
“Tunggu masa kejatuhan lo, Ryn!”